cenderung deduktif, yang bertolak belakang dengan penelitian kualitatif yang memiliki prinsip induktif. Kecenderungan deduktif karena pengambilan sampel
ini menggunakan pemilihan terhadap aspek-aspek tertentu yang dikandung dalam konsep yang digunakan Pawito, 2007: 93. Berarti sejak awal peneliti telah
menentukan aspek-aspek tertentu yang digunakan sebagai acuan untuk mencari sampel. Aspek-aspek tersebut adalah peneliti tidak memiliki kedekatan hubungan
dengan obyek penelitian, sampel merupakan pasangan yang telah melakukan pernikahan, sampel merupakan pasangan kawin campur Jawa dan Cina, sampel
dapat dan bersedia melakukan wawancara secara mendalam dengan peneliti, dan sampel berdomisili di Surakarta.
Kesulitan dalam mencari sampel terutama terjadi ketika memasuki lingkungan etnis Cina yang oleh masyarakat diklasifikasikan dalam status
ekonomi tinggi. Keterbukaan sangat kurang, dan membatasi diri dalam topik pembicaraan mengenai kawin campur, yang dikategorikan oleh mereka sebagai
asimilasi. Asimilasi atau pembauran, menurut mereka tidak perlu terlalu mendapat perhatian, karena malah justru akan terjadi salah pengertian.
G. Validitas
Penting sekali validitas data dilakukan untuk menjamin keakuratan dalam pengumpulan informasi. Validitas data akan dilakukan dengan teknik yang
disebut dalam penelitian kualitatif sebagai trianggulasi. Teknik trianggulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi sumber. Seluruh data dan informasi dikumpulkan dari sumber yang
berbeda, sehingga terjadinya bias dalam penyusunan dan analisis data dapat dikurangi. Data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenarannya dengan
cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya. Melalui cara ini informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari
berbagai pihak dapat dibandingkan, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Dan cara ini juga mencegah munculnya subjektivitas yang dapat membuat
keraguan pada hasil penelitian. Selain trianggulasi sumber, juga digunakan validasi dengan trianggulasi
teori. Teori yang digunakan adalah teori komunikasi penyesuaian keluarga kawin campur oleh Beulah Rohrlich, teori upaya penyesuaian keluarga kawin campur
oleh Dodd, konsep komunikasi antarbudaya De Vito dan teori konteks komunikasi antarbudaya dari Brian H. Spitberg.
Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat atau
pemikiran. Patton mengatakan dalam Moleong, 2007: 331, yang penting di sini adalah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan
tersebut.
H. Teknik Analisis
Teknik interaktif digunakan agar data dan informasi yang telah dikumpulkan dapat selalu diperbandingkan sehingga diperoleh data dan informasi
yang akurat. Melalui proses siklus, peneliti akan melakukan aktivitas yang berkelanjutan dalam tahapan-tahapan pengumpulan data, yaitu reduksi data, sajian
data dan penarikan simpulanverifikasi. Setiap data yang diperoleh akan diperlakukan tahapan-tahapan tersebut, sehingga data yang tersaji merupakan data
yang sudah disaring sedemikian rupa. Proses ini berjalan terus tanpa ada akhirnya dan mengikuti jalan tanpa putus-putusnya Nasution, 1992: 27.
Selanjutnya dalam proses analisis, penelitian kualitatif memiliki sifat induktif Nasution, 1992: 7. Seluruh proses penelitian tidak ditujukan untuk
membuktikan suatu hipotesis tetapi untuk mengambil suatu kesimpulan yang bermakna dan sebagai evaluasi atas kasus yang ditemukan di lapangan.
BAB IV SAJIAN DATA
A. Gambaran Wilayah Studi
Masyarakat Surakarta merupakan suatu komunitas yang memiliki keragaman etnis. Mayoritas penduduk Surakarta adalah suku Jawa, selebihnya
terdiri dari etnis Cina, keturunan Arab, keturunan India, suku Madura, Banjar, Sunda, Minang dan lain-lan Nurhadiantomo, 2006: 15. Masyarakat yang disebut
sebagai “nonpri” adalah masyarakat etnis Cina, Arab dan India karena asal usul mereka yang bukan dari suku-suku asli Indonesia. Mereka adalah pendatang yang
mengadu nasib di pulau-pulau di Indonesia. Tetapi dikarenakan masyarakat keturunan India jumlahnya relatif kecil dan keturunan Arab yang terbatas
dibandingkan dengan masyarakat etnis Cina serta dianggap memiliki agama yang sama dengan mayoritas penduduk, maka sebutan “nonpri” lebih cenderung
ditujukan pada etnis Cina. Begitu pula jika dilihat pada peranan masyarakat dalam bidang
perekonomian. Masyarakat etnis Cina memiliki peranan di bidang ekonomi cukup besar, serta kontrbusinya dalam bidang perdagangan tidaklah kecil. Jika
dibandingkan dengan masyarakat nonpri lainnya, seperti Arab dan India, etnis Cina bisa dikatakan memiliki akses tidak terbatas dalam bidang perekonomian.
Sebagai contoh, meskipun etnis Cina merupakan kelompok minoritas, tetapi sekitar 80 pemilik pertokoan di Surakarta adalah etnis Cina Nurhadiantomo,
2006: 17.