Transboundary Haze Pollution Akibat Kebakaran Hutan dan

Pada kurun waktu 1997-1998 saja, kebakaran hutan telah mengakibatkan kerugian negara sebesar 3 Milyar Dollar Amerika. 42 Transboundary haze pollution sejatinya telah melanggar hak- hak warga negara yang telah dijamin konstitusi dan juga hukum internasional. Seperti hak atas lingkungan yang baik dan sehat yang tertera dalam prinsip 21 deklarasi Stockholm, hak mengajukan gugatan, hak atas perlakuan yang sama dan juga yang tidak kalah penting adalah hak anak cucu bagi lingkungan yang baik kelak. 43 Besarnya dampak negatif yang dihasilkan oleh polusi asap terhadap lingkungan, telah menggerakkan Negara-negara di ASEAN untuk mengesahkan sebuah perjanjian lingkungan hidup yang bertujuan untuk mengendalikan pencemaran polusi asap di Asia Tenggara yaitu The ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution AATHP. 44 ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution ditandatangani tanggal 10 Juni tahun 2002 di Kuala Lumpur, Malaysia. Pada saat itu negara-negara yang menandatangani adalah Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, 42 “WWF desak Indonesia ratifikasi perjanjian asap”, http:www.bakornaspb.go.idwebsiteindex.php?option=com_contenttask=viewid=1 691Itemid=120, diakses pada tanggal 3 April 2015, jam 10.28 WIB. 43 Patricia W. Birnie, Alan e. Boyle, 1992, International Law the Environment, Oxford, hlm. 190-214 44 “Sekretariat ASEAN” diakses dari Persetujuan ASEAN tentang Pencemaran Asap Lintas Batas, 3 April 2015, jam 11.56 WIB. Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Pada dasarnya, perjanjian ini menekankan kembali kepada Deklarasi ASEAN 8 Agustus 1967 yang menjadi titik awal kerjasama regional diantara negara-negara ASEAN. Dalam beberapa poin, perjanjian ini juga mengingat kembali pada pertemuan di Kuala Lumpur mengenai Lingkungan dan Pembangunan yang menyatakan perlunya pencegahan polusi lintas batas Negara, dan juga sebagai tidak lanjut ASEAN Cooperation Plan on Transboundary Pollution yang khusus membahas mengenai polusi lintas batas negara, dan menetapkan prosedur dan mekanisme kerjasama diantara negara ASEAN dalam pencegahan dan mitigasi kebakaran hutan dan kabut asap. 45 45 Andi Hamzah. 2005, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 133. 42

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yang bersumber dari studi kepustakaan. Tipe penelitian yang digunakan menurut sifatnya adalah penelitian deskriptif eksplanatoris karena menggambarkan sekaligus memberikan data seteliti mungkin mengenai manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya dengan maksud terutama untuk memperkuat teori sebelumnya dan menyusun konsep baru yang di bangun dari penelitian ini. 46

3.2 Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan atau studi literatur. Dari sudut tipe-tipenya, maka data sekunder dapat dibedakan antara data sekunder yang bersifat pribadi dan data sekunder yang bersifat publik. Data sekunder yang bersifat pribadi seperti surat-surat dan 46 Soejono, H. Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 56. buku harian serta data pribadi yang tersimpan di lembaga tempat yang bersangkutan bekerja. Data sekunder yang bersifat publik adalah antara lain data arsip, data resmi, dan data lain yang dipublikasikan misalnya peraturan internasional. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. 47 Bahan hukum primer yang penulis gunakan adalah berbagai peraturan perundang-undangan nasional dan instrument lain yang menjadi sumber Hukum Internasional terkait dengan pembahasan tesis ini. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah berbagai literatur, yaitu buku, artikel, media massa, makalah serta jurnal ilmiah yang terkait dengan masalah yang tengah dibahas. Sedangkan, bahan hukum tersier yang digunakan adalah antara lain ensiklopedia, kamus, dan berbagai bahan yang dapat memberikan petunjuk serta penjelasan mengenai bahan hukum primer maupun sekunder. Selain alat pengumpulan data berupa studi kepustakaan, penulis juga melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait dengan judul tesis penulis. Wawancara yang dilakukan kepada 47 Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, hlm. 52.