Hal ini memperkuat asumsi peneliti bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang gizi memungkinkan untuk memiliki pola makan yang tidak
sesuai dengan PUGS, apabila pengetahuan tersebut tidak dibarengi dengan niat yang positif atau sikap untuk menerapkan pola makan sesuai PUGS dan ingin memenuhi
kebutuhan gizi seimbang. Asumsi Peneliti sesuai dengan teori Notoatmodjo 2007, yang mendefinisikan bahwa perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi,berfikir, sikap, motivasi, dan reaksi, sehingga setiap tindakan manusia baik yang positif maupun
negatif didasarkan oleh salah satu faktor tersebut.
6.8 Aktivitas Hubungannya dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syahid Jakarta tahun 2010
Kesibukan dan rutinitas mempengaruhi konsumsi makan seseorang. Seseorang yang sibuk oleh berbagai aktivitas cenderung akan memilih jenis makanan yang
praktis dan mudah diperoleh Menurut becke 1982 dalam Kamso 2000. Berdasarkan penelitian Nurul 2006 dalam Indrawagita 2009 diperoleh bahwa
terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi. Menurut Putra 2008 banyak faktor pertumbuhan mahasiswa diiringi dengan meningkatnya
aktivitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang di makan mahasiswa tersebut.
Dari hasil penelitian pada tabel 5.6 diketahui bahwa distribusi aktivitas mahasiswa memiliki persentasi terbesar yang kuliah saja yaitu 56. Banyaknya
mahasiswa yang beraktivitas kuliah diasumsikan karena sebagian besar mahasiswa
sudah cukup sibuk dengan rutinitas kuliah saja. Sesuai dengan Sayogo 2006 bahwa apabila seseorang menjadi mahasiswa secara langsung kehidupan sosialnya berubah
dengan aktivitas yang meningkat. Berdasarkan hasil uji statistik tabel 5.12 pada penelitian ini menunjukkan tidak
ada hubungan hubungan antara aktivitas dengan pola makan. Didapatkan hasil bahwa mahasiswa dengan pola makan sesuai PUGS, proporsi terbanyak pada aktivitas
kuliah, organisasi, dan bekerja dengan persentasi sebesar 63.6. Pada penelitian Hela 2008 didapat bahwa terdapat hubungan antara aktivitas
dengan pola konsumsi sayuran. Penelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara aktivitas dengan pola makan. Hal ini diasumsikan karena mayoritas mahasiswa memiliki pola makan yang
tidak sesuai PUGS dan mahasiswa memiliki kecenderungan yang tidak berbeda pada setiap aktivitas terhadap pola makan. Asumsi tersebut sesuai dengan pendapat
Sayogo 2006 bahwa apabila seseorang menjadi mahasiswwa secara langsung kehidupan sosialnya berubah dengan aktivitas yang meningkat. Kehidupan
mahasiswa menyebabkan terjadi perubahan pola makanan Guthrie Picciano, 1995. Perubahan kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan
mempengaruhi pola makan mereka terutama perubahan selera yang akan jauh dari konsep seimbang yang berdampak terhadap kesehatan dan status gizi Baliwati, 2004
Tetapi pada hasil didapat bahwa yang memiliki aktifitas kuliah, organisasi, dan kerja memiliki persentasi terbesar yaitu 63.6 dengan pola makan sesuai PUGS. Hal
ini dapat diasumsikan bahwa pada mahasiswa yang memiliki aktivitasnya kuliah, organisasi dan kerja disebabkan di tempat kerja tempat mahasiswa bekerja disediakan
makanan oleh pihak perusahaan untuk karyawan. Pada perusahaan juga telah diatur waktu untuk makan. Sesuai dengan pendapat Suhardjo 1989, pada masyarakat yang
menghabiskan waktu dari pagi sampai sore di luar rumah, biasanya akan berkembang kebiasaan makan ditempat kerja dimana makanan disediakan oleh katering yang
bekerjasama dengan perusahaan.
6.9 Tempat Tinggal Hubungannya dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syahid Jakarta tahun 2010
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan untuk memenuhi baik jenis maupun banyak makanan yang dimakan. Dalam mendukung seseorang dan
populasi melakukan pola makan yang sehat maka diperlukan ketersediaan makanan, kecukupan dan dapat diakses semua oran. Letak tempat tinggal memudahkan dalam
memperoleh makanan menentukan banyak sedikitnya makanan yang didapat untuk dikonsumsi Harper, 1986.
Dari hasil penelitian pada tabel 5.7 diketahui bahwa distribusi tempat tinggal mahasiswa lebih banyak yaitu tinggal bersama orang tua keluarga dengan persentasi
sebesar 57.6. Banyaknya mahasiswa yang tinggal bersama orang tuakeluarga diasumsikan karena sebagian besar mahasiswa tinggal tidak terlalu jauh dari kampus.
Berdasarkan hasil uji statistik tabel 5.13 pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara tempat tinggal dengan pola makan. Didapatkan hasil bahwa
mahasiswa dengan pola makan tidak sesuai PUGS, proporsi terbanyak pada
mahasiswa yang tinggal bersama keluarga dengan persentasi sebesar 65.3. Sebaliknya pola makan yang sesuai PUGS , proporsi terbanyak yaitu pada mahasiswa
yang tidak tinggal bersama keluarga 52.8. Pada penelitian Hela 2008 didapat bahwa tidak terdapat hubungan antara
konsumsi serat dengan wilayah mahasiswa dibesarkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa tidak terdapat hubungan antara tempat tinggal dengan pola makan.
Asumsi peneliti bahwa pola makan pada mahasiswa sudah tidak terpengaruh oleh kebiasaaan makanan keluarga ataupun ketersediaan makanan di rumah. Asumsi
ini sejalan dengan pendapat Suhardjo yang menyatakan bahwa faktor pribadi dan kesukaan yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Juga
sesuai pendapat Guthrie Picciano 1995 yang mengatakan bahwa pada orang dewasa terjadi perubahan pola makan, mereka menjadi tidak tergantung pada
kebiasaan orang tua dan meninggalkan kebiasaan makanan orang tua, tetapi lebih banyak makan dan jajan diluar.
Pada hasil didapat bahwa mahasiswa dengan pola makan tidak sesuai PUGS, proporsi terbanyak pada mahasiswa yang tinggal bersama keluarga dengan persentasi
sebesar 65.3. Sebaliknya pola makan yang sesuai PUGS , proporsi terbanyak yaitu pada mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga 52.8. Hal ini dapat
dikarenakan mahasiswa sudah dapat memilih makanan sendiri tanpa pengaruh orang tuakeluarga. Seperti halnya dalam studi di Amerika pada remaja non-Hispanic black
dan non-Hispanic white didapatkan bahwa ketersediaan makanan di rumah tangga tidak signifikan dengan konsumsi buah dan sayur pada orang dewasa dan juga
berdampak kecil terhadap kecenderungan dalam mengonsumsi buah dan sayur pada remaja tersebut Befort, 2006. Faktor pengetahuan juga dapat mempengaruhi
perbedaan hasil tersebut, diasumsikan pada mahasiswa yang tinggal dikosan lebih mengaplikasikan pengetahuannya dengan sikap gizi yang positif karena berfikir
bahwa mereka harus mandiri dan hidup sehat karena jauh dari orang tua. Terbukti dengan hasil yang didapat bahwa jumlah mahasiswa yang tinggal bersama orang tua
45 mahasiswa atau sebesar 62.5 memiliki sikap yang negatif.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN