sesuai PUGS dan mahasiswa memiliki kecenderungan yang tidak berbeda pada
masing-masing jenis kelamin terhadap pola makan.
Namun hasil yang didapat bertolak belakang dimana pada penelitian didapat bahwa laki-laki memiliki pola makan tidak sesuai PUGS dengan persentase terbesar
yaitu 67.5 dibandingkan dengan perempuan 52.9. Hal ini dapat disebabkan karena distribusi responden kurang heterogen, dimana perempuan jauh lebih banyak
dibandingkan laki-laki. Selain itu dapat diasumsikan bahwa perempuan lebih memperhatikan postur tubuhnya dibandingkan laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori
Apriadji 1986 yang menyatakan bahwa anak perempuan lebih mementingkan penampilannya dibandingkan laki-laki jadi perempuan lebih memilih jenis makanan
yang baik. Sedangkan menurut Depkes 2005 bahwa kebutuhan zat gizi antara laki- laki dan perempuan berbeda terutama pada usia dewasa.
6.7 Sikap Gizi Hubungannya dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syahid Jakarta tahun 2010
Sikap merupakan suatu yang masih bersifat abstrak, dapat didasarkan pada keyakinan yang ada pada setiap individu yang berkaitan dengan kognitif dan sering
kali sikap dipengaruhi oleh perasaan yang merupakan komponen emosional sehingga dapat membawa atau menentukan perilaku tertentu Oppenheim dalam
Ancok, 1997. Perilaku terbentuk karena adanya sikap dalam diri seseorang terhadap suatu objek. Menurut Blum dalam Notoatmodjo 2005 perilaku merupakan hasil dari
segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan masalahnya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap, keinginan, kehendak, kepentingan, emosi, motivasi, reaksi dan persepsi.
Dari hasil penelitian pada table 5.5 diketahui bahwa distribusi sikap gizi mahasiswa yang paling banyak adalah negatif dengan persentasi sebesar 53.6.
Banyak mahasiswa yang bersikap negatif terhadap pola makan diasumsikan karena sebagian besar mahasiswa memiliki pengetahuan yang tetapi tidak diaplikasikan
dengan baik. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Khomsan 2000, yang menyatakan bahwa memiliki pengetahuan gizi yang baik tidak berarti bahwa
seseorang akan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan
antara sikap gizi dengan pola makan. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 5.11 yang menunjukkan bahwa yang memiliki pola makan tidak sesuai PUGS, proporsi
pada responden yang bersifat negatif lebih besar yaitu sebsesar 71.6 dari pada responden yang bersikap positif. Sebaliknya pada responden yang memiliki pola
makan sesuai PUGS, proporsi mahasiswa yang bersifat positif lebih besar yaitu sebsesar 58.6 dari proporsi responden yang yang bersifat negatif.
Hasil penelitian Nasution 2001 yang mengatakan terdapat hubungan antara pola konsumsi makanan dengan sikap pemenuhan gizi. Penelitian tersebut sejalan
dengan hasil penelitian yang mendapatkan bahwa teerdapat hubungan antara sikap gizi dengan pola makan. Asumsi peneliti melihat bahwa perlu suatu keinginan, niat
yang positif atau sikap seseorang untuk dapat mencapai pola makan yang baik.
Hal ini memperkuat asumsi peneliti bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang gizi memungkinkan untuk memiliki pola makan yang tidak
sesuai dengan PUGS, apabila pengetahuan tersebut tidak dibarengi dengan niat yang positif atau sikap untuk menerapkan pola makan sesuai PUGS dan ingin memenuhi
kebutuhan gizi seimbang. Asumsi Peneliti sesuai dengan teori Notoatmodjo 2007, yang mendefinisikan bahwa perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi,berfikir, sikap, motivasi, dan reaksi, sehingga setiap tindakan manusia baik yang positif maupun
negatif didasarkan oleh salah satu faktor tersebut.
6.8 Aktivitas Hubungannya dengan Pola Makan Mahasiswa PSKM FKIK UIN Syahid Jakarta tahun 2010