Analisis pengaruh kualitas pelayanan, harga produk dan kepercayaan terhadap loyalitas pelanggan pengguna IM3

(1)

ANALISIS DAMPAK PENGUMUMAN STOCK SPLIT DAN REVERSE

STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN PERUBAHAN

BETA SAHAM

Oleh: Dedy Januar NIM : 107081003362

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(2)

ANALISIS DAMPAK PENGUMUMAN STOCK SPLIT DAN REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN PERUBAHAN

BETA SAHAM

Oleh : Dedy Januar NIM: 107081003362

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dedy Januar

No. Induk Mahasiswa : 107081003362 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.


(5)

(6)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Dedy Januar

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Januari 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl Tanah Ara No 30 Rt 06/012 Pondok –Pinang Kebayoran Lama

Telp / Hp :021 75913861 / 085782588482 E-mail :gilardinho_indonesia@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

2007-2011 : Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2004-2007 : Sekolah Menengah Atas Negeri 29 Jakarta 2001-2004 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 87 Jakarta 1995-2001 : Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi Jakarta

1994-1995 : Taman Kanak-kanak Tunas Satria Jakarta

PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Peserta “International Islamic Youth Seminar” Universitas Indonesia 2. Peserta ESQ Leadership Training 2008

3. Peserta Seminar Nasional Ekonomi Islam “Dampak Krisis Global Terhadap Perbankan Syariah” UIN

4. Peserta Seminar Ekonomi Nasional “Demokrasi versus Kesejahteraan Rakyat” UIN

5. Anggota tim pembuatan jurnal ilmiah “ Risk dan Return di Pasar Keuangan Syariah ”(2011)


(8)

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Ikatan Alumni Penerima Beasiswa Yayasan Dana Bantuan 2011 2. Anggota Divisi Dokumentasi Program Pengenalan Studi

Almamater Jurusan /manajemen (Propesa UIN) 2008

3. Anggota Pramuka SMA 29 JAkarta 2005 – 2006

4. IPSI Langlang Buana Jaya SMP N 87 2002 – 2003


(9)

ABSTRACT

The objective of this research is to find out empirical evidence about the impact of stock split and reverse stock split announcement to abnormal return and beta of stock changing companies that listed in Indonesia Stock Exchange. The variables tested in this research are : stock split and reverse stock split.

The samples of this research are using 16 companies that listed in Indonesia Stock Exchange doing stock split and reverse stock split policy betweens 2005-2009 which taken with purposive sampling method.That variables had tested of normality with kolmogorov smirnov and then we doing test of difference with paired sample t-test at level of significant five percent.

The result of this research show there are no significant of difference abnormal return before and after stock split but,but there are significant of difference abnormal return before and after reverse stock split. On the other hand, there are no significant of difference beta of stock before and after stock split and reverse stock split.


(10)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang dampak pengumuman stock split dan reverse stock split terhadap abnormal return dan perubahan beta saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah : stock split dan reverse stock split.

Penelitian ini menggunakan sampel 16 perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan kebijakan stock split dan reverse stock split periode 2005-2009 yang diambil menggunakan metode purposive sampling. Variabel-variabel tersebut kemudian diuji normalitas dengan menggunakan kolmogorov smirnov untuk kemudian dilakukan uji beda dengan menggunakan paired sample t-test pada level signifikan 5 %.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split, namun terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah reverse stock split. Selain itu tidak terdapat perbedaan beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split


(11)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya, salawat dan salam tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini memiliki judul “ Analisis Dampak Pengumuman Stock Split dan Reverse Stock Split Terhadap Abnormal Return dan Perubahan Beta Saham”. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak dan memberikan wawasan bagi pembaca.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Ibu penulis yang tercinta, Soediyo dan Setya Helyati, motivator utama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua pelajaran kehidupan yang telah diberikan, yakni tentang kedisiplinan, kerja keras, kesederhanaan, dan kejujuran, serta atas doa dan dukungannya selama ini. Semoga kelak aku dapat membahagiakan kalian dan memberikan yang terbaik yang bisa kulakukan. 2. Ibu Dr Hj Pudji Astuty selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Herni Ali HT,

SE,MM. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM selaku Pudek I bidang akademik, Bapak Indoyama Nasarudin SE, MAB selaku Pudek II bidang administrasi, dan Bapak Herni Ali HT,SE, MM selaku Pudek III bidang kemahasiswaan yang telah memberikan motivasi dan didikan yang baik buat penulis.


(12)

5. Bapak Suhendra S.Ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Leis Suzanawati, SE,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

6. Ibu Erika Amalia SE, Msi selaku dosen akuntansi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat bersama-sama membuat sebuah jurnal ilmiah.

7. Seluruh dosen, asisten dosen, karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai serta pelayanan akademik selama ini bagi penulis.

8. Adikku, Dian Kurniawan yang jago komputer serta kakaku : Defi Oktafani yang telah memberikan semangat dan dukungan bagi penulis dan tak lupa kakakku nun jauh di Nusa Tenggara Barat Desy Rahmawati dan Ahmad Abidin yang telah memberikan dukungan moril serta materil. Semoga kita bisa segera berkumpul kembali ya mba,mas aku kangen dengan kebersamaan kita seperti dahulu.

9. Saudara-saudara penulis yang ada di Cipondoh, Petukangan, dan juga nun jauh di Bobotsari Jawa Tengah. “aku kangen kalian semua”. Tak lupa Om Joni yang juga telah memberikan pinjaman laptop, makasih ya Om.

10. Teman-teman Manajemen D angkatan 2007 : Adin, Pipit, Rio, Yana, Deri, Yandi, Lingga, Agus, Diah, Kukuh, Ichank, Robi, Qodar,Tuti, Wahyudi, Latief, dll. Terima kasih atas kebersamaan dan kenangan-kenangan indah yang pernah kita lalui bersama.

11. Teman-teman Manajemen Keuangan 2007, terima kasih atas kekompakan kalian, semoga kelak kita bisa menjadi seorang ahli keuangan dan pasar modal yang amanah dan handal.Amiin.

12. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2007, maaf tidak bisa disebutkan satu persatu

13. Sahabat-sahabat seperjuanganku: Miftah, Yolan, Irsyam, Dito, Toni, Bimo, Ari, Emon “FISIP”, lanjutkan perjuangan kalian ya teman-teman doaku menyertai kalian.

14. Teman-teman bimbingan bareng : Yuli, Ijah, Via, Eva, Isna, Ica, Anggi,Yudi, tetap semangat yah.

15. Sahabat-sahabat Ipa 3 : Ipul, Puja, Ichal, Ilham, Eka, Dimas, Yan Haris, Nani, Fadiah, Sekar, Hani, Inge dll semoga kalian semua sukses.


(13)

16. Teman yang telah memberikan inspirasi, saran, doa, dan semangat bagi penulis: Apprina SE, makasih ya app, semoga Allah swt membalas kebaikan hatimu. Amiin

17. Calon istriku kelak yang telah tertulis didalam Lauhul Mahfudz, akan kumuliakan kehidupanmu nanti insya allah dengan segenap kekuatan dan kemampuanku.

18. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 1 Juni 2011


(14)

DAFTAR ISI

Cover Dalam

Lembar Pengesahan skripsi

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif Lembar pernyataan Keaslian skripsi

Daftar Riwayat Hidup i

Abstract iii

Abstrak iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 7

C. Tujuan dan Manfaat 8

BAB II LANDASAN TEORI 10

A. Landasan Teori

1. Stock Split 10

2. Reverse Stock Split 16

3. Beta Saham 18

a. Beta Pasar 19

b. Beta Akuntansi 20

c. Beta Fundamental 20

d. Beta Pasar dan Beta Fundamental 23

e. Beta Portofolio 24

4. Beta untuk pasar modal berkembang 25


(15)

6. Abnormal Return 27

7. Pasar Efisien 29

B. Penelitian Terdahulu 32

C. Kerangka Pemikiran 36

D. Hipotesis 39

BAB III METODELOGI PENELITIAN 40

A. Ruang Lingkup Penelitian 40

B. Teknik Penentuan Sampel 40

C. Teknik Pengumpulan Data 44

D. Teknik Analisis 46

E. Operasional Variabel Penelitian 60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 62

A. Perusahaan yang melakukan stock split 62 B. Perusahaan yang melakukan reverse stock split 63

C. Analisis dan Pembahasan 64

1.Analisis Deskriptif 64

a. Abnormal Return 65

b. Beta Saham 68

2. Analisis Pengujian Hipotesis 72

1. Uji Normalitas Data Abnormal Return Stock Split 73 2. Uji Normalitas Data Abnormal Return Reverse Stock Split 74 3. Uji Beda Abnormal Return sebelum dan sesudah stock split 75 4. Uji Beda Abnormal Return sebelum dan

sesudah reverse stock split 76

5. Uji Normalitas Data Beta Saham Stock Split 78 6. Uji Normalitas Data Beta Saham Reverse Stock Split 79 7. Uji Beda Beta Saham sebelum dan sesudah stock split 81 8. Uji Beda Beta Saham sebelum dan


(16)

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 84

A. Kesimpulan 84

B. Implikasi 88

Daftar Pustaka 89

Lampiran


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman Tabel 3.1 Daftar emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split 42 Tabel 3.2 Daftar Emiten yang melakukan stock split

yang digunakan sebagai sampel 43

Tabel 3.3 Daftar Emiten yang melakukan reverse stock split

yang digunakan sebagai sampel 44

Tabel 3.4 Daftar sampel emiten yang tidak terpilih 44

Tabel 4.1 Abnormal Return Periode investigasi 65

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Abnormal Return Periode Investigasi 66 Tabel 4.3 Abnormal Return Emiten yang melakukan Stock Split 67 Tabel 4.4 Abnormal Return Emiten yang melakukan Reverse Stock Split 68

Tabel 4.5 Beta saham periode investigasi 69

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Beta Saham 69

Tabel 4.7 Beta Saham Emiten yang melakukan Stock Split 70 Tabel 4.8 Beta Saham Emiten yang melakukan reverse stock split 71 Tabel 4.9 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Abnormal Stock Split 73 Tabel 4.10 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov

Abnormal Return Reverse Stock Split 74 Tabel 4.11 Uji beda Paired sample t-test abnormal return stock split 75 Tabel 4.12 Uji beda Paired sample t-test abnormal return reverse stock split 77 Tabel 4.13 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Stock Split 78 Tabel 4.14 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Reverse Stock Split 80


(18)

Tabel 4.15 Uji beda Paired sample t-test beta saham stock split 81 Tabel 4.16 Uji beda Paired sample t-test beta saham reverse stock split 82


(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lampiran 1 Abnormal Return Stock Split 94

Lampiran 2 Abnormal Return Reverse Stock Split 94

Lampiran 3 Deskriptif statistik Abnormal return Stock Split dan 95 Reverse stock split

Lampiran 4 Uji Normalitas Abnormal Return Stock Split 95 Lampiran 5 Uji Normalitas Abnormal Return Reverse Stock Split 96

Lampiran 6 Paired sample Statistic 96

Lampiran 7 Paired sample Correlation 96

Lampiran 8 Uji beda abnormal return stock split 96

Lampiran 9 Paired sample Statistic 97

Lampiran 10 Paired sample Correlation 97

Lampiran 11 Uji beda abnormal return reverse stock split 97

Lampiran 12 Beta Saham Stock Split 98

Lampiran 13 Beta Saham Reverse Stock Split 98

Lampiran 14 Uji Normalitas Beta Saham Stock Split 99 Lampiran 15 Uji Normalitas Beta Saham Stock Split 99

Lampiran 16 Paired sample Statistic 100

Lampiran 17 Paired Sample Correlation 100

Lampiran 18 Uji beda beta saham stock split 100

Lampiran 19 Paired sample Statistic 100

Lampiran 20 Paired sample Correlation 100

Lampiran 21 Uji beda beta saham reverse stock split 101 Lampiran 22 Deskriptive statistik Beta Stock Split 101 Lampiran 23 Deskriptive Statistik Beta Reverse Stock Split 101 Lampiran 24 Korelasi Serial RMT dengan RMT-1, RMT-2 . RMT-3 . RMT-4 101

Lampiran 24 Bobot Sekuritas 101


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan investasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh investor baik individu ataupun perusahaan dengan harapan akan memperoleh imbal hasil sesuai nilai nominal yang diinvestasikan. Besarnya imbal hasil yang akan diperoleh tergantung kepada karakteristik investasi yang dipilih oleh investor tersebut. Investor yang memilih untuk berinvestasi pada saham dengan risiko tinggi akan mendapatkan imbal hasil tinggi, begitu pula dengan investor yang memilih untuk berinvestasi pada saham dengan risiko rendah akan mendapatkan imbal hasil rendah.

Dengan investasi, seorang individu atau perusahaan akan membelanjakan uangnya hari ini dengan berharap akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa mendatang ( Brigham & Houston,2006: 214).

Risiko didefinisikan dalam kamus Webster sebagai “suatu halangan; gangguan; terhadap kerugian atau kecelakaan.”.Jadi risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan (Brigham & Houston,2006:216).

Risiko terbagi menjadi dua macam yaitu risiko sistematik dan tidak sistematik.

Risiko sistematik adalah setiap risiko yang mempengaruhi sebagian besar aset dengan tingkat risiko yang bermacam-macam. Risiko tidak sistematik adalah risiko yang spesifik mempengaruhi satu aset atau kelompok kecil aset dan risiko tersebut dapat didiversifikasi. Contoh dari risiko sistematik termasuk ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi secara umum seperti GNP, tingkat bunga atau inflasi. Dilain sisi,


(22)

pengumuman yang spesifik terhadap perusahaan, seperti tambang emas yang menemukan emas adalah contoh dari risiko tidak sistematik ( Rodoni dan Ali, 2010:89).

Jones (2001) dalam Michael C Koridama dan Kartika Nuringsih (2008:332-346), Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi. Dalam pembahasan lebih lanjut risiko sistematik dikenal dengan beta saham. Sebagai akibat dari sifatnya yang tidak dapat ditekan dengan diversifikasi, maka banyak penelitian yang membahas lebih mendalam mengenai risiko sistematis. Penelitian dilakukan untuk mengetahui variabel apa saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap risiko sistematis atau beta. Apabila ditelaah lebih lanjut, risiko sistematis lebih disebabkan oleh faktor ekonomi makro,tingkat inflasi,rasio keuangan,ukuran perusahaan, kebijakan pajak,kondisi perekonomian, dan faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.

Dwi Haroyah M (2000 : 50), untuk mengukur risiko yang tidak dapat disebar dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar digunakan koefisien beta. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap perubahan ekonomi makro atau return portofolio pasar. Penggunaan beta menunjukkan pengukuran risiko yang dipengaruhi oleh perubahan ekonomi makro yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi maupun risiko tidak sistematik. Dengan penggunaan beta sebagai ukuran risiko sistematik akan dapat dipakai untuk mengestimasi tingkat keuntungan yang diharapkan investor.

Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan


(23)

portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat risiko tertentu. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (privat) (Syaichu dan Puspito,2007:2).

Pasar modal yang efisien adalah satu dimana harga saham secara penuh merefleksikan informasi yang tersedia. Pasar modal efisien memiliki implikasi bagi investor dan perusahaan.

a. Karena informasi direfleksikan pada harga sekuritas dengan cepat, mengetahui informasi ketika diumumkan menjadi tidak ada keuntungan.

b. Perusahaan harus mengharapkan akan menerima nilai yang wajar dari sekuritas yang dijual.Perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan dari fooling investor dipasar efisien (Rodoni dan Ali,2010:108).

Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman stock split atau pemecahan saham. Informasi ini dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, yang akan tercermin dalam perubahan harga saham, volume perdagangan dan indikator atau karakteristik pasar lainnya. (Syaichu dan Puspito :2007 :2).

Susiyanto (2004) dalam Hamzah (2006 :24-25): bahwa pemecahan saham (stock split) merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang ditentukan.


(24)

berkebalikan dengan stock split, yaitudengan cara menggabungkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih besar sesuai dengan rasio reverse stock split yang telah ditentukan.

Stock split dan reverse stock split sendiri merupakan tindakan perusahaan (corporate action) yang masih menjadi fenomena yang menarik hingga saat ini karena keduanya tidak memberikan tambahan nilai ekonomis bagi perusahaan oleh karena itu keduanya sering disebut sebagai kosmetika saham yang mengandung pengertian bahwa upaya tersebut dilakukan oleh perusahaan untuk membuat sahamnya terlihat menarik bagi investor.

Terdapat banyak penelitian yang membahas mengenai pengumuman stock split dan reverse stock split. Penelitian yang dilakukan Ade Wirman (2002 :39) menguji pengaruh stock split terhadap likuiditas saham di pasar modal dengan memilih 15 emiten dari 40 emiten yang telah melakukan stock split atau perubahan nilai nominal menghasilkan kesimpulan bahwa stock split mempunyai pengaruh negative atau dapat dikatakan bahwa likuiditas menurun dengan dilakukan stock split.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Anomsari (2007 :209) menguji reaksi pasar yakni: harga, volume, dan likuiditas saham terhadap peristiwa stock split perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham dan likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split.


(25)

Penelitian yang dilakukan Wisudowati Ayu Sugito (2009) menguji motivasi dibalik stock split dan reverse stock split: Pembuktian pada likuiditas dan Return saham menghasilkan kesimpulan terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split. Terdapat abnormal return yang signifikan sebelum tanggal pengumuman stock split dan reverse stock split.

Penelitian stock split dengan menggunakan koreksi beta hanya sedikit, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiggins 1992 dalam Luciana Spica Amilia dan Emanuel Kristijadi (2005:2). Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan perbedaan beta diseputar tanggal pengumuman pemecahan saham dengan menggunakan data return bulanan. Metoda koreksi beta yang digunakan adalah Metoda Scholes dan Williams (1977) dan Fowler dan Rorke (1983). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara beta sebelum dan sesudah pemecahan saham baik dengan menggunakan data return harian, mingguan, maupun bulanan. Penelitian Wiggins tersebut didasarkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Brennan dan Copeland. Brennan dan Copeland (1988) melakukan pengujian terhadap 1034 perusahaan yang melakukan pemecahan saham dalam kaitannya dengan perubahan risiko sistematis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resiko sistematis atau beta yang terjadi pada saat sesudah pemecahan saham cenderung lebih tinggi daripada saat pengumuman dan sebelum pengumuman.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali dengan judul :


(26)

“Analisis Dampak Pengumuman Stock Split dan Reverse Stock Split Terhadap Abnormal Return Dan Perubahan Beta Saham”

Penelitian ini mengambil periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2009 dikarenakan:

1. Terdapat peningkatan jumlah emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split.

2. Meningkatnya capital inflow di pasar modal Indonesia

Adapun perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan variabel dependen abnormal return dan beta sebagai variabel yang dipengaruhi oleh stock split dan reverse stock split.

2. Periode penelitian yang dilakukan masih update sehingga menghasilkan informasi terkini mengenai perbedaan abnormal return dan beta saham yang disebabkan dari aktivitas stock split dan reverse stock split.

Untuk dapat lebih memahami dan menghindari kemungkinan menyimpang dari penelitian, maka diperlukan identifikasi dan pembatasan masalah sebagai berikut. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan identifikasi masalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split serta sebelum dan sesudah reverse stock split . b. Mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan beta saham yang signifikan pada saat


(27)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan masalah agar penelitian yang akan dilakukan tidak menyimpang dari maksud penelitian.

Adapun pembatasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang sahamnya

terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang melakukan kebijakan stock split atau

reverse stock split selama periode penelitian.

b. Tindakan Korporasi yang diteliti dalam penelitian ini, hanyalah stock split atau

reverse stock split.

c. Penentuan periode jendela (window period) dalam penelitian ini adalah 10 hari perdagangan untuk abnormal return yang mencakup 5 hari sebelum pencatatan

split, dan 5 hari sesudah pencatatan split. Sedangkan untuk beta saham mencakup 4 hari sebelum pencatatan split, dan 4 hari sesudah pencatatan split karena menggunakan metode beta Fowler dan Rorke periode 4 lag dan 4 lead.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan yang sinifikan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah stock split ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada saat sebelum dan sesudah stock split ?


(28)

4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split ?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang hal-hal berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah stock split.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada saat sebelum dan sesudah stock split.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penulis berharap bahwa penelitian ini akan memiliki manfaat bagi :

Penulis

Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk berfikir ilmiah serta mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah penulis dapatkan dari aktifitas


(29)

Perusahaan

Sebagai bahan masukan bagi perusahaan agar dapat membuat keputusan yang tepat untuk meningkatkan profitabilitasnya dengan melakukan kebijakan stock split dan reverse stock split.

Investor

Memberikan informasi yang berguna bagi investor dalam melakukan transaksi perdagangan saham pada perusahan yang melakukan stock split dan reverse stock split diukur dari risiko yang ada.

Penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya di bidang manajemen keuangan.

Akademisi

Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan stimulus bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel-variabel lainnya.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Stock Split

Block dan Hirt (2002 :656) “ stock split is a division of shares by a ratio set by the board of directors-two for one, three for one, three for two, and so on. Stock split ussually indicate the company’s stock has risen in price to a level that the directors feel limits the trading appeal of the stock. The par value is dividend by the ratio set, and the new shares are issued to the current stockholders of record to increase their shares to the stated level”

Ross et al (2003:627), A stock split conceptually similar to a stock dividend, but it is commonly expressed as a ratio. For example, in a three-for-two split, each shareholder receives one additional share of stock for each two held originally, so a three-for-two split amounts to a 50 percent stock dividend. Again, no cash is paid out, and the percentage of the entire firm that each shareholder owns is unaffected

Abdul Hafiz Tanjung (2007 : 117), pemecahan saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah pemecahan saham adalah 1/n dari harga saham sebelumnya. Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu split-up dan split down. Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan peningkatan dalam jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1, dan 4:1. Split-down merupakan peningkatan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan penurunan jumlah saham beredar, misalnya dengan split faktor 1:2, 1:3,


(31)

1:4, atau 1:5. Dalam hal ini split factor diartikan sebagai perbandingan antara jumlah saham yang beredar setelah pemecahan dengan jumlah saham yang beredar sebelum pemecahan. Jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar dengan nilai Rp 1000,- per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp 1000,- = Rp 1 milyard. Perusahaan memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan sebanyak 2 lembar saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah menjadi Rp 500,- dan jumlah saham beredar menjadi 2 juta lembar. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta x Rp 500,- = Rp 1 milyard.

Fitri Anomsari (2007:199), stock split (pemecahan saham) merupakan kebijakan para emiten untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar karena harga saham dinilai terlalu tinggi (over valued). Harga saham yang terlalu tinggi akan menjadi tidak menarik bagi investor karena sudah melewati “optimal trading range” tertentu, dimana harga tersebut sudah memberikan nilai yang maksimal bagi perusahaan sehingga tidak bisa meningkat lagi. Dalam kondisi seperti itu, pihak emiten akan melakukan stock split

dengan tujuan agar sahamnya menjadi menarik lagi bagi para investor karena harganya semakin murah (under-valued) seiring dengan jumlah sahamnya yang semakin banyak.

Bodie, et.al, (2008:648)Stock Split (pemecahan saham) adalah penerbitan oleh perusahaan atas sejumlah saham untuk ditukarkan dengan sejumlah saham yang ada yang dimiliki oleh pemegang saham. Pemecahan saham bisa dua arah, apakah menaikan atau menurunkan jumlah saham yang beredar

Ridwan S.Sundjaja, et.al (2010: 392), Pemecahan saham adalah metoda yang biasa digunakan untuk menurunkan harga pasar saham perusahaan dengan meningkatkan


(32)

jumlah lembar saham yang dimiliki pemegang saham. Pemecahan saham tidak berpengaruh pada struktur modal perusahaan, umumnya meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar dan mengurangi nilai per lembar saham. Dengan kata lain, dalam pemecahan saham, sejumlah lembar saham baru akan ditukar dengan sejumlah lembar saham yang beredar. Saham dipecah 2 dari 1 berarti 2 saham baru ditukar untuk 1 saham lama, saham dipecah 3 dari 2 berarti 3 saham baru ditukar untuk tiap-tiap 2 lembar saham biasa dan seterusnya.

Dari berbagai pandangan dan pernyataan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pengertian stock split adalah:

1. Stock split membagi saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil.

2. Split faktor adalah perbandingan antara jumlah saham yang beredar sebelum dilakukannya stock split dengan jumlah saham yang beredar setelah dilakukannya stock split. Besarnya rasio split faktor bergantung pada kebijakan manajemen perusahaan.

3. Stock Split (pemecahan saham) adalah penerbitan oleh perusahaan atas sejumlah saham untuk ditukarkan dengan sejumlah saham yang ada yang dimiliki oleh pemegang saham

Stock split dilakukan untuk mencapai titik rentang harga optimal karena harga saham yang terlampau tinggi akan sulit dijangkau oleh daya beli investor individu,dengan dilakukan stock split maka harga saham akan lebih murah dan mampu dijangkau oleh daya beli investor individu.


(33)

Beberapa alasan yang dapat dikemukakan, mengapa suatu perusahaan melakukan

stock split, yaitu:

1. Pengurangan Harga Saham Biasa

Tujuan utama stock split adalah untuk mengurangi harga per lembar saham perusahaan. Suatu harga per lembar saham yang lebih rendah, membuat saham itu dapat menghasilkan pembelian dalam jumlah yang lebih besar. Tujuan pengurangan harga adalah agar perusahaan dapat menarik lebih banyak investor untuk membeli saham sehingga dapat menaikkan permintaan dan harga pasar saham tersebut. 2. Indikasi Pertumbuhan

Manajemen mungkin menggunakan stock split untuk memberi tahu pasar, bahwa pertumbuhan yang tinggi telah dilakukan oleh perusahaan. Saham perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi biasanya mengandung nilai yang bersifat informatif, yaitu menunjukkan bahwa suatu perusahaan ingin menghindari harga per lembar saham yang tinggi di masa mendatang atas saham tersebut karena ada pertumbuhan

3. Reverse Split ( Indikasi Kesulitan )

Sebagai ganti stock split, mungkin perusahaan ingin mengurangi jumlah saham yang beredar. Hal ini dapat diselesaikan dengan suatu reverse split, yaitu pengurangan jumlah saham yang beredar.( Ika W dan Purwaningsih: 2008 ).

Perusahaan melakukan stock split karena harga saham sudah melebihi harga optimal dimana harga saham sudah tidak dapat meningkat sesuai dengan kenaikan


(34)

kemudian harga saham akan meningkat sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, menurut signaling theory, stock split hanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang baik dimana perusahaan yakin bahwa harga saham setelah dipecah akan naik sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan di masa depan. ( Ika W & Purwaningsih: 2008)

Grinblatt, Masulis dan Titman (1984) dalam Jogiyanto (2009: 545) menggunakan data harian untuk melihat pengaruh dari pengumuman stock split. Sebanyak 125 peristiwa stock split yang bebas dari pengumuman lainnya selama tiga hari sekelililng tanggal pengumuman dijadikan sebagai sampel data. Mereka menemukan reaksi yang signifikan dari pengumuman stock split. Mereka menginterpretasikan bahwa pengumuman stock split merupakan sinyal yang positip terhadap aliran kas masa depan perusahaan.(Jogiyanto, 2009:545).

Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer akan menyampaikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut yang tidak mempunyai nilai ekonomis,tetapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Supaya suatu sinyal dianggap valid dan dapat dipercaya oleh pasar, maka tidak semua perusahaan dapat melakukannya. Hanya perusahaan yang benar-benar mempunyai kondisi sesuai


(35)

yang disinyalkan yang akan mendapatkan reaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal tidak valid akan mendapatkan dampak yang negatif. Sesuai dengan yang ditemukan oleh Copeland bahwa stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya ini dan sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal tidak valid lewat stock split akan tidak mampu menanggung biaya tersebut, sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya.

Manajemen melakukan stock split dalam upaya untuk mengarahkan harga saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal atau tidak terlalu tinggi untuk saham perusahaan. Menurut teori ini, harga saham yang dinilai terlalu tinggi menyebabkan saham tersebut kurang aktif untuk diperdagangkan. Keputusan stock split menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi yang kemudian akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Jadi menurut trading range theory, manajemen melakukan stock split karena memandang bahwa harga saham perusahaan sudah terlalu tinggi. Atau dengan kata lain, harga saham yang tinggi menjadi pendorong bagi manajemen untuk melakukan stock split.( Sukardi 2003 dalam Ika W & Purwaningsih: 2008).


(36)

2. Reverse Stock Split

Ross et al (2003:627), A less frequently encountered financial maneuver is the reverse split. In 1999, for example, 79 Nasdaq firms executed reverse splits. In 2000, oly 36 did. Reverse splits generally range from 1-for-2 to 1-for-10. In a one –for-three reverse split, each investor exchanges –for-three old shares for one new share. The par value is tripled in the process. As with stock splits and stock dividends a case can be made that a reverse split has no real effect.

Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu pemecahan saham naik (split-up ) dan pemecahan saham turun (split-down) atau yang biasa dikenal dengan reverse stock split. Reverse stock split adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan misalnya 1:2; 1:3; dan 1:4. Reverse stock split biasanya dilakukan ketika harga saham dinilai terlalu rendah, sehingga dianggap tidak memiliki prospek yang cukup baik (Basir dan Fakhrudin, 2005)

Sanjaya (2007) , Reverse stock split merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pem ecahan. Reverse stock split biasanya dilakukan ketika harga saham dinilai terlalu rendah. Reverse stock split merupakan penggabungan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih besar. Oleh karena itu, jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham akan berkurang dengan nilai nominal per lembar saham menjadi lebih besar. Ini menyebabkan nilai saham akan meningkat secara proporsional.


(37)

Wan Chen Lee(2010:26 dalam Robinson : 2008) A reverse split involves a substitution of one new share for a certain number of outstanding shares and, hence, the share price increases after reverse split. Reverse stock split are essentially paper transactions that do not affect a firm stream of cash flow directly. Yet, in recent years there are as many reverse split are regular stock split occured in the U.S markets.

Ridwan S.Sundjaja, et.al (2010: 393), Pemecahan balik saham, metoda yang digunakan untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan dengan cara menukar balik sejumlah saham yang beredar dengan satu saham yang baru. Misalnya : saham yang dipecah balik dari 2 menjadi 1 artinya 2 saham lama ditukar balik menjadi 1 saham baru, saham yang dipecah balik dari 3 menjadi 2 artinya 3 saham lama ditukar balik menjadi 2 saham baru , dan seterusnya.

Dari berbagai pandangan dan pernyataan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pengertian reverse stock split adalah:

1. Reverse stock split menggabungkan beberapa saham menjadi satu untuk memperbesar nilai nominal

2. Reverse stock split merubah nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan.

3. Pemecahan balik saham, metoda yang digunakan untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan dengan cara menukar balik sejumlah saham yang beredar dengan satu saham yang baru.


(38)

3. Beta Saham

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto,2009:364)

Setiap perusahaan memiliki risiko sistematik yang berbeda-beda. Menurut Jones(1996) dalam Dwi Haroyah (2000 :52s) beta merupakan suatu ukuran relatif dari risiko sistematik saham individu dalam hubungannya dengan pasar secara keseluruhan yang diukur dari fluktuasi pendapatan (return). Masing-masing saham memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap perubahan pasar. Saham dengan koefisien beta sama dengan satu berarti memiliki risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar. Koefisien beta leb ih dari satu menunjukkan bahwa saham tersebut sangat peka terhadap perubahan pasar atau memiliki risiko diatas risiko pasar, disebut sebagai saham yang agresif. Saham yang mempunyai beta kurang dari satu disebut saham yang defensif dimana saham tersebut kurang peka terhadap perubahan pasar.

Beta merupakan risiko yang dinyatakan dalam “Sensitivity to market” yaitu ukuran risiko yang didasarkan pada sensitivitas pergerakan return suatu saham terhadap return suatu saham terhadap market return. Menurut Beaver,Ketter dan Scholes (Grubber:1995) dalam Indra (2006) menyatakan:


(39)

“Beta is risk measure that arises from the relationship between the return on a stock and the return on the markets however, we should know that the risk a firm should be determined by some combination the firm’s fundamental of the firm’s stock. If these relationship could be determined, they would help us to understand betas and to better forecast betas.

Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi Beta masa datang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta historis mampu menyediakan informasi tentang Beta masa depan (Elton dan Gruber, 1994). Analis sekuritas dapat menggunakan data historis dan kemudian menggunakan faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi beta masa depan.

Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data-data historis berupa data pasar (return-return sekuritas dan return pasar), data akuntansi ( laba-laba perusahaan dan laba indeks pasar) atau data fundamental ( menggunakan data-data fundamental). Beta yang dihitung dengan data pasar disebut beta pasar. Beta yang dihitung dengan data akuntansi disebut dengan beta akuntansi dan beta yang dihitung dengan data fundamental disebut beta fundamental.

a. Beta Pasar

Dapat diestimasikan dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari pasar selama periode tertentu, misalnya 60 bulan untuk return bulanan, atau 200 hari untuk return harian. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return sekuritas dan


(40)

return-return pasar adalah linier, maka Beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot garis diantara titik-titik return atau dengan teknik regresi. (Jogiyanto,2009:365)

b. Beta Akuntansi

Data akuntansi seperti misalnya laba akuntansi ( accounting earnings) dapat juga digunakan untuk mengestimasi beta. Beta akuntansi ini dapat dihitung secara sama dengan beta pasar (yang menggunakan data return), yaitu dengan mengganti data return dengan laba akuntansi. (Jogiyanto,2009:372).

c. Beta Fundamental

Beaver, Kettler dan Scholes (1970) dalam Jogiyanto(2009:377) mengembangkan penelitian Ball dan Brown dengan menyajikan perhitungan beta menggunakan beberapa variabel fundamental. Variabel-variabel yang dipilih oleh mereka merupakan variabel-variabel yang dianggap berhubungan dengan risiko, karena Beta merupakan pengukur dari risiko. Dengan argumentasi bahwa risiko dapat ditentukan menggunakan kombinasi karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai-nilai fundamental perusahaan, maka kombinasi ini akan banyak membantu mengerti beta dan untuk memprediksinya.oleh karena itu, Beaver, Kettler dan Scholes menggunakan 7 macam variabel yang merupakan variabel fundamental. Sebagian besar variabel-variabel tersebut adalah variabel-variabel akuntansi. Walaupun variabel-variabel-variabel-variabel tersebut secara umum dianggap bervariasi dengan risiko, tetapi secara teori mungkin tidak semuanya berhubungan dengan risiko. Ketujuh variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut ini.


(41)

Dividend Payout

Dividend payout dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Lintner ( 1956) dalam (Jogiyanto:377-378) memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividen payout lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi. Dari hasil pemikiran ini, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang negatip antara risiko dan dividen payout , yaitu risiko tinggi, dividen payout rendah. Karena Beta merupakan pengukur risiko, maka dapat juga dinyatakan bahwa beta dan dividen payout

mempunyai hubungan yang negatip. Alasan lain yang menyatakan bahwa hubungan negatip antara beta dan dividen payout adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains ( Elton dan Grubber, 1994). Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan yang menahannya dalam bentuk laba yang ditahan.

Asset Growth

Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai variabel perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total.


(42)

Leverage

Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positip dengan Beta.Bowman (1980) menggunakan nilai pasar untuk total hutang dalam menghitung leverage dan mendapatkan hasil yang tidak berbeda jika digunakan dengan nilai buku.

Liquidity

Likuiditas (liquidity) diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatip dengan beta, yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya.

Asset Size

Variabel ukuran aktiva ( asset size ) diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negatip dengan risiko. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dianggap mempunyai Beta yang lebih kecil ( Elton dan Gruber, 1994).

 Earnings Variability

Variabilitas laba (earnings variability) diukur dengan nilai deviasi standar dari PER ( price earnings ratio ) atau rasio P/E ( harga saham dibagi dengan laba perusahaan). Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan Beta adalah positip.


(43)

 Accounting Beta

Beta akuntansi ( accounting Beta ) diperoleh dari koefisien regresi dengan variabel dependen perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah perubahan indeks pasar untuk laba akuntansi portofolio pasar ( Jogiyanto 2009:377-380)

d. Beta Pasar dan Beta Fundamental

Beta return pasar dan Beta fundamental masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dari Beta return pasar adalah Beta ini mengukur respon dari masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Kelemahannya dari Beta Return Pasar adalah tidak langsung mencerminkan perubahan dari karakteristik perusahaan karena Beta return pasar dihitung berdasarkan hubungan data pasar (return perusahaan yang merupakan perubahan dari harga saham dengan return pasar) dan tidak dihitung berdasarkan data karakteristik (fundamental) perusahaan, seperti misalnya data fundamental pembayaran dividen. Beta pasar mungkin mencerminkan pembayaran dividen secara tidak langsung, yaitu lewat perubahan harga saham jika ada. Berbeda dengan beta fundamental yang mengukur perubahan pembayaran dividen secara langsung. Di lain pihak, Beta fundamental mempunyai kebaikan bahwa Beta ini secara langsung berhubungan dengan perubahan karakteristik perusahaan, karena Beta ini dihitung menggunakan data karakteristik tersebut. Beta fundamental juga mempunyai kelemahan, yaitu variabel-variabel karakteristik mempunyai efek terhadap beta fundamental yang sama untuk semua perusahaan.


(44)

beta. Dengan penggabungan ini diharapkan kelemahan masing-masing perhitungan beta tertutup dan semua kebaikannya tergabung, sehingga diharapkan daya prediksinya untuk menghitung Beta di masa mendatang lebih akurat.

e. Beta Portofolio

Beta portofolio dapat dihitung dengan cara rata-rata tertimbang ( berdasarkan proporsi) dari masing-masing individual sekuritas yang membentuk portofolio sebagai berikut:

n

βp =

w

i . βi

t =1

Notasi :

β

p = Beta Portofolio.

β

i = Beta individual sekuritas ke-i.

w

i= Proporsi sekuritas ke-i.

Beta portofolio umumnya lebih akurat dibandingkan dengan beta tiap-tiap individual sekuritas. Alasannya adalah sebagai berikut ini.

1. Beta individual sekuritas diasumsikan konstan dari waktu ke waktu. Kenyataannya Beta individual sekuritas dapat berubah dari waktu ke waktu. Perubahan Beta individual sekuritas dapat berupa perubahan naik atau perubahan turun. Beta portofolio akan meniadakan perubahan beta individual sekuritas dengan perubahan beta individual sekuritas yang lainnya.


(45)

2. Dengan demikian jika beta tidak akan konstan dari waktu ke waktu, maka beta portofolio akan lebih tepat dibandingkan dengan beta individual sekuritas.

3. Perhitungan beta individual sekuritas juga tidak lepas dari kesalahan pengukuran ( measurement error) atau kesalahan acak ( random error). Pembentukan portofolio akan mengurangi kesalahan acak ini, karena kesalahan acak satu sekuritas mungkin akan ditiadakan oleh kesalahan acak sekuritas lainnya. Dengan demikian, Beta portofolio juga diharapkan akan lebih tepat dibandingkan dengan beta individual sekuritas. ( Jogiyanto, 2009: 388).

4. Beta Untuk Pasar Modal Berkembang

Beta untuk pasar modal yang berkembang perlu disesuaikan. Alasannya adalah beta yang belum disesuaikan masih merupakan beta yang bias disebabkan oleh perdagangan yang tidak sinkron ( non synchronous trading ). Perdagangan tidak sinkron ini terjadi karena di pasar yang transaksi perdagangannya jarang terjadi atau disebut juga dengan pasar yang tipis ( thin market ).Pasar yang tipis merupakan ciri dari pasar modal yang sedang berkembang.( Jogiyanto, 2009:394-395)

5. Perdagangan tidak sinkron

Beta sebagai pengukur volatilitas mengukur kovarian return suatu sekuritas dengan return pasar relatip terhadap risiko pasar. Kovarian dalam perhitungan beta ini menunjukkan hubungan return suatu sekuritas dengan return pasar pada periode yang sama, yaitu periode ke-t. Perhitungan Beta akan menjadi bias jika kedua periode tersebut tidak sinkron, yaitu periode return pasar adalah periode ke-t dan periode return sekuritas bukan periode ke-t, misalnya periode ke t-1 atau t-2 dan seterusnya. Periode


(46)

ke-t dapat berupa harian ( untuk menghitung beta harian), mingguan ( untuk menghitung beta mingguan) atau bulanan( untuk menghitung beta bulanan).

Ketidaksamaan waktu antara return sekuritas dengan return pasar dalam perhitungan Beta disebabkan karena perdagangan sekuritas-sekuritas yang tidak sinkron (non synchronous trading). Perdagangan tidak sinkron terjadi karena beberapa sekuritas tidak mengalami perdagangan untuk beberapa waktu. Akibatnya untuk sekuritas-sekuritas ini, harga-harganya pada periode ke-t sebenarnya merupakan harga-harga sebelumnya yang merupakan harga-harga terakhir kalinya diperdagangkan, bukan harga-harga hasil perdagangan pada periode ke-t. Sebagai misalnya adalah harga sekuritas “A” terakhir kali diperdagangkan lagi sampai akhir bulan tanggal 31. Pada waktu menghitung Beta menggunakan data akhir untuk sekuritas “A”, terjadi ketidak-sinkronan, yaitu harga sekuritas “A” hasil dari transaksi tanggal 27 dihubungkan dengan harga indeks pasar pada tanggal 31. Ketidaksinkronan juga terjadi dalam perhitungan beta untuk sekuritas lainnya, yaitu harga sekuritas ini pada tanggal 31 dihubungkan dengan harga indeks pasar walaupun pada tanggal 31 yang sama, tetapi dibentuk dari harga sekuritas yang bukan pada tanggal 31. Bias ini akan semakin besar dengan semakin banyaknya sekuritas-sekuritas yang tidak aktif diperdagangkan, sehingga harga indeks pasar pada periode sebenarnya dibentuk dari harga-harga sekuritas periode sebelumnya.

Perdagangan tidak sinkron juga sering terjadi dalam satu hari perdagangan. Perdagangan tidak sinkron terjadi jika beberapa sekuritas hanya diperdagangkan pada pagi hari saja yang harganya kemudian dibawa sampai pasar ditutup yang kemudian harga tersebut digunakan untuk menghitung indeks pasar pada hari itu. Bias ini terjadi


(47)

karena anggapannya harga pasar dihitung dari harga-harga sekuritas yang diperdagangkan sampai detik terakhir pasar ditutup pada hari itu. Karena masalah perdagangan tidak sinkron disebabkan oleh masalah periode waktu perdagangan dan masalah dalam interval waktu, maka masalah ini disebut juga dengan periodicity problem dan intervalling problem ( Jogiyanto,2009:395-396).

6. Abnormal Return

Abnormal return merupakan tingkat keuntungan yang tidak pasti atau beresiko, bagian dari tingkat keuntungan yang berasal dari informasi yang tidak terduga ( Kurniawan, 2009).

Menurut Jogiyanto (2009: 558 ), Studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian, sebagai berikut :

RTNi,t = Ri,t –E(Ri,t )

Notasi :

RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t E(Ri,t) = return ekspektasian sekuritas ke-i untuk peristiwa ke-t


(48)

Return realisasian atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Pi,t- Pi,t-1) / Pi,t-1. Sedang return ekspektasian merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner (1985) mengestimasi return ekspektasian menggunakan model estimasi mean adjusted model, market model

dan market-adjustedmodel.

a Mean-adjusted Model

Model sesuaian rata-rata (mean adjusted model) ini menganggap bahwa return ekspektasian bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasian sebelumnya selama periode estimasi (estimation period), sebagai berikut :

t2

Ri,j

j=t1 E(Ri,t ) =

T Notasi :

E(Ri,t) = return ekspektasian sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j. T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2

b. Market Model

Perhitungan return ekspektasian dengan model pasar (market model ) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model


(49)

model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasian di periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan :

Ri,j =

α

i+ βi . RMj +

ε

i,j Notasi :

Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

α

i = intercept untuk sekuritas ke-i

βi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i

RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan rumus RMj = ( IHSGj – IHSGj-1 ) / IHSGj-1 dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan

ε

i,j = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j (Jogiyanto :563) Model sesuaian-pasar ( market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar (Jogiyanto,2009 :568).

7. Pasar Efisien

Teori yang digunakan untuk menjawab apakah pasar bereaksi terhadap informasi pengumuman reverse stock split berakar pada hipotesis pasar efisien. Hipotesis ini menyatakan bahwa efisiensi pasar yang disangkutkan (concerned) dengan tingkat harga


(50)

sekuritas yang secara cepat dan secara penuh merefleksikan informasi yang tersedia ( Jones,2004 ) dalam Sanjaya :2007).

Dalam pasar yang efisien, informasi yang masuk ke pasar akan tercermin pada harga-harga surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan, kemudian pasar akan mengevaluasi harga saham berdasarkan informasi tersebut. Beberapa informasi atau fakta material yang terdapat dalam pasar modal misalnya : penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha (consolidation), pemecahan saham (stock split), pembagian dividen saham ( stock divident) dan sebagainya ( Luciana Spica dan Emanuel Kristijadi: 2005).

Umumnya terdapat tiga versi EMH : lemah (weak), semikuat (semistrong), dan kuat (strong). Bentuk ini berbeda dalam hal apa yang dimaksud dengan “seluruh informasi yang tersedia”.

Hipotesis bentuk lemah (weak–form) menyebutkan bahwa harga saham telah mencerminkan seluruh informasi yang dapat diturunkan dengan menguji data perdagangan pasar berupa data historis, volume perdagangan, dan bunga pinjaman. Versi hipotesis ini berimplikasi bahwa analisis tren adalah sia-sia. Data harga saham masa lalu tersedia kepada publik dan bisa didapatkan tanpa biaya. Hipotesis bentuk lemah ini berlaku jika data tersebut merupakan sinyal yang dapat diandalkan tentang kinerja masa depan, sehingga seluruh investor telah mempelajarinya untuk memahami sinyal-sinyal tersebut. Pada akhirnya, sinyal tersebut akan kehilangan nilai ketika telah diketahui secara luas karena sinyal beli, misalnya akan segera meningkatkan harga saham. (Bodie,2006: 479)


(51)

Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak

(random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. (Jogiyanto 2009: 501)

Hipotesis bentuk semikuat (semistrong-form) menyebutkan bahwa seluruh informasi yang tersedia untuk publik tentang prospek suatu perusahaan seharusnya tercermin pada harga pasar saham. (Bodie,2006: 479).

Informasi yang dipublikasikan dapat berupa berikut ini :

a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten ( corporate event ).

b. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan.Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut.

c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. ( Jogiyanto 2009 : 502)


(52)

Terakhir, versi bentuk kuat (strong-form) dari hipotesis pasar efisien menyebutkan bahwa harga pasar mencerminkan seluruh informasi yang relevan bagi perusahaan, termasuk informasi yang hanya tersedia bagi orang dalam perusahaan (Bodie,2006: 480)

Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Even study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi( information content) dari suatu pengumuman digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan.(Jogiyanto, 2009 : 536-537)

B. Penelitian terdahulu

Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa terdapat dua hipotesis yang melatarbelakangi emiten dalam melakukan kebijakan stock split dan reverse stock split yakni trading range theory dan signaling theory.

Trading range theory menyatakan bahwa manajemen perusahaan melakukan stock split atau reverse stock split dengan tujuan untuk mencapai titik rentang harga saham yang optimal karena pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi


(53)

menyebabkan saham tersebut kurang aktif diperdagangkan sehingga berimbas pada menurunnya volume perdagangan saham tersebut.

Signaling theory menyatakan bahwa pengumuman stock split atau reverse stock split akan direspon pasar karena memiliki kandungan informasi yang memberikan suatu sinyal dan akan berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan dan aktivitas perdagangan.

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung dan tidak mendukung teori tersebut.

Penelitian yang dilakukan Almilia dan Kristijadi (2005) menguji dampak size perusahaan terhadap kandungan informasi dan efek intra industri pengumuman stock split. Penelitian ini menganalisis average abnormal return, cumulative abnormal return, dan risiko sistematis dengan menggunakan T-test, dan crude dependence adjustment dari Brown dan warner (1985). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman stock split yang dilakukan oleh size besar dan kecil memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh para pelaku pasar. Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan beta sebelum dan setelah pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan size besar dan kecil. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa efek intra industri pada pengumuman stock split terjadi pada perusahaan baik size besar maupun kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Melinda Savitri dan Dwi Martani (2006) menguji pengaruh stock split dan reverse stock split terhadap return saham dan volume perdagangan Bursa Efek selama tahun 2001-2005 . Penelitian ini menganalisis


(54)

abnormal return dan volume perdagangan selama periode pengamatan dan hubungan return saham dengan profitabilitas,leverage, dan volume perdagangan. Penelitian ini menemukan adanya abnormal return positif dan signifikan pada tanggal pengumuman split dan lima hari sebelumnya dengan α = 10 % pada sampel stock split. Untuk reverse stock split,terdapat abnormal return yang negatif dan signifikan pada saat tanggal pengumuman dengan α = 5 %. Tiga hari sebelum tanggal pengumuman juga ditemukan abnormal return yang negatif dan signifikan. Selain itu juga ditemukan perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan sebelum dengan sesudah stock split dan reverse stock split. Volume perdagangan dan Return on Asset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham tetapi Debt to Equity Ratio tidak.

Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2007) menguji kandungan informasi pada pengumuman reverse stock split dan menyelidiki reaksi pasar pada saat pengumuman. Penelitian ini menggunakan metode Fowler dan Rorke untuk mengoreksi beta. Beta koreksi dari sekuritas tiap harinya yang dihitung menggunakan data return selama satu tahun seperti perhitungan dengan beta mentah. Beta koreksi adalah beta mentah yang sudah dikoreksi karena adanya perdagangan yang tidak sinkron. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengumuman reverse stock split sebagai corporate action memiliki kandungan informasi. Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi pengumuman reverse stock split digunakan oleh pelaku pasar di dalam pengambilan keputusan investasi.


(55)

Penelitian yang dilakukan oleh Pantisa Pavabutr dan Kulpatra Sirodom (2008) menyelidiki pengaruh stock split terhadap harga saham dan berbagai aspek likuiditas menggunakan data harian dari Bursa Efek Thailand selama tahun 2002-2004. Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa penurunan friksi perdagangan dan peningkatan pada level pemecahan berhubungan dengan ukuran faktor pemecah dan perdagangan. Saham dengan faktor pemecah yang tinggi memiliki harga yang lebih baik dan bid ask spread yang lebih rendah. Bukti empiris ditemukan yang mendukung trading range hipotesis dari stock split.

Penelitian yang dilakukan oleh Wisudowati Ayu Sugito (2009) menguji pengaruh stock split dan reverse stock split terhadap likuiditas dan return saham. Hasil penelitian ini adalah:

a. terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split. Hal ini ditandai dengan penurunan trading volume activity (TVA) pada emiten yang melakukan stock split.

b. terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah spelaksanaan reverse stock split. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan trading volume activity (TVA) sesudah pelaksanaan kebijakan tersebut.

c. Terdapat abnormal return signifikan sebelum tanggal pengumuman stock split. d. Terdapat abnormal return signifikan sebelum tanggal pengumuman reverse

stock split

Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2009) menganalisis pengaruh stock split


(56)

penelitian ini adalah terdapat Abnormal return yang positif dan signifikan pada hari-hari disekitar pelaksanaan stock split dan reverse stock split. Volume perdagangan ditemukan positif berbeda namun tidak signifikan antara sebelum dan setelah pelaksanaan stock split dan reverse stock split. Kemudian pengujian regresi yang meneliti pengaruh variabel ROA, DER, dan volume perdagangan terhadap return saham ditemukan dua dari tiga variabel independen yang diteliti signifikan dan konsisten pada periode sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split. Kedua variabel itu adalah DER dan volume perdagangan.

C. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan berawal dari memulai mengamati seluruh perusahaan yang go public di BEI yang melakukan stock split atau reverse stock split dan menyeleksi perusahaan yang masuk didalamnya selama periode 2005-2009.

Setelah data diperoleh, dilakukanlah pengujian hipotesis terhadap variabel-variabel yang akan diuji berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Teknik analisis yang pertama dilakukan adalah menguji keberadaan abnormal return

pada perdagangan sekitar pengumuman stock split dan reverse stock split, menggunakan uji beda. Penentuan penggunaan uji statistik jenis apa yang akan digunakan, ditentukan dengan melihat terlebih dahulu kenormalan data. Untuk itu akan dilakukan uji normalitas sebelum melakukan uji statistik. Normalitas yang akan dilakukan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Dari hasil uji inilah kemudian ditentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-test


(57)

namun apabila data tidak berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik non parametrik dengan menggunakan uji wilcoxon.

Sedangkan teknik analisis data yang digunakan untuk menguji keberadaan beta saham disekitar pengumuman stock split dan reverse stock split adalah dengan menggunakan beta koreksi. Lalu setelah itu dilakukan uji normalitas sebelum melakukan uji statistik. Normalitas yang akan dilakukan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Dari hasil uji inilah kemudian ditentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-test namun apabila data tidak berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik non parametrik dengan menggunakan uji wilcoxon. Untuk memperjelas uraian tersebut, maka dibuatlah kerangka pemikiran sebagai berikut.


(58)

Ya Tidak

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Abnorm al Ret urn

Perusahaan yang list ing di Bursa Efek Indonesia

Sebelum dan sesudah

st ock split Sebelum dan sesudah

reverse st ock split

Bet a Saham

Koreksi Bet a Norm alit as

Dat a Tidak Norm al Dat a Norm al

Param et rik Test Non Param et rik Test

Paired Sam ple T-Test Wilcoxon Test


(59)

D. Hipotesis

Kerangka pemikiran merupakan gambaran penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas agar sesuai dengan tujuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut :

1. Ho : ARij = 0, tidak ada perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split.

Ha : ARij ≠ 0 , ada perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split.

2. Ho : βi = 0, tidak ada perbedaan yang signifikan pada beta saham sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split.

Ha : βi ≠ 0 , ada perbedaan yang signifikan pada beta saham sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split.


(60)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian

Pelaksanaan kebijakan stock split dan reverse stock split memiliki keterkaitan dengan hipotesis yang mendasarinya yaitu trading range theory dan signaling theory. Teori ini kemudian didukung oleh penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh stock split terhadap beta saham. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas tentang pengaruh variabel independen yaitu stock split, reverse stock split terhadap variabel dependennya yaitu abnormal return dan beta saham. Periode penelitian dimulai dari Januari 2005 hingga Desember 2009. Tahun 2005 dipilih sebagai tahun dasar penelitian dikarenakan pada tahun 2005 terdapat peningkatan yang signifikan pada jumlah emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split. B. Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitan ini adalah seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan kepada publik melalui laporan kepada Bapepam tentang rencana stock split dan reverse stock split periode 2005-2009.

2. Sampel

Pemilihan sampel dengan metode non probabilitas atau secara tidak acak, elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak. Ada dua jenis metode pemilihan sampel ini, yaitu :


(61)

pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dan berdasarkan kuota. Pemilihan Sampel berdasarkan Pertimbangan ( Judgement Sampling), merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu ( umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian). Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan.( Indriantoro dan Supomo,2000 : 131). Kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penelitian ini adalah:

1. Emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split tidak melakukan kebijakan lain ( misalnya pembayaran deviden, penerbitan obligasi,dan right issue).

2. Emiten harus listing minimal selama setahun sebelum periode penelitian agar menjamin ketersediaan data.

Perusahaan yang melakukan stock split selama Januari 2005 sampai dengan Desember 2009 sebanyak 40 emiten, yang kemudian dilakukan proses penyeleksian menurut kriteria-kriteria diatas sehingga menyisakan 8 emiten. Sedangkan perusahaan yang melakukan reverse stock split sebanyak 13 emiten. Setelah dilakukan proses penyeleksian menghasilkan sampel sebanyak 8 emiten.

Berikut tabel 3.1 yang menyajikan jumlah emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split selama periode penelitian.


(1)

Uji Normalitas Abnormal Return Reverse Stock Split

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AAR_reverse_stoc k_split_sblm

AAR_reverse_stoc k_split_ssdh

N 8 8

Normal Parametersa..b Mean .0067015 .0114189

Std. Deviation .01506764 .01809919

Most Extreme Differences Absolute .172 .236

Positive .172 .236

Negative -.125 -.153

Kolmogorov-Smirnov Z .487 .668

Asymp. Sig. (2-tailed) .971 .763

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 AAR_stock_split_sebelum & AAR_stock_split_sesudah

8 .027 .949

Uji beda Abnormal Return Stock Split

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2 tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1

AAR_stock_split_sebelu m -

AAR_stock_split_sesuda h

-.00089926 .00622983 .00220258 -.00610753 .00430901 -.408 7 .695

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 AAR_stock_split_sebelum .0013679 8 .00554879 .00196179


(2)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 AAR_reverse_stock_split_sbl m

.0067015 8 .01506764 .00532721

AAR_reverse_stock_split_ss dh

.0114189 8 .01809919 .00639903

Uji Beda Abnormal Return Reverse Stock Split

97

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 AAR_reverse_stock_split_sbl m &

AAR_reverse_stock_split_ss dh

8 .970 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed

) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1

AAR_reverse_stock_split_sbl m -

AAR_reverse_stock_split_ssd h

-.00471744


(3)

Beta Saham Stock Split

Beta Saham Reverse Stock Split

Emiten

-4

-3

-2

-1

Sebelum

1

2

3

4

Sesudah

PRAS

0,583885 0,593783 0,556728 0,597474

0,582968

0,597364 0,556728 0,594839

0,583885

0,583204

BBLD

0,20174 -0,20516 -0,19232 -0,20892

-0,10117

-0,20644 -0,19175 -0,20527

-0,20206

-0,20138

INTA

0,48924 -0,26565 1,307739 -14,034

-3,12566

0,239665 -20,9202 0,766144 0,129979649

-4,946095903

PJAA

1,366915 1,390451 1,303051 1,391955

1,363093

1,398436 1,303088 1,39046 1,366003573

1,364496827

DAVO

0,942786 0,95922 0,898945 0,964612

0,941391

0,964394 0,898917 0,958224

0,9427671

0,941075433

JPRS

0,731372 0,744089 0,69729 0,748321

0,730268

0,748331 0,696383 0,744079 0,731313751

0,730026682

DOID

0,265759 0,270296 0,253306 0,27194

0,265325

0,27194 0,253306 0,270197 0,26575945

0,265300648

INCO

1,631317 1,659868 1,555441 1,669353

1,628995

1,669353 1,555441 1,659868 1,631316858

1,628994862

rata-rata beta stock split

0,776627 0,643362 0,797523 -1,07491 0,285652 0,71038 -1,98101 0,772318 0,681120673

0,045702819

Emiten -4 -3 -2 -1 Sebelum 1 2 3 4 Sesudah

BNBR 1

1,55188 1,628289 1,486173 2,481203

1,786886

1,617744 1,664662 1,603618

1,57321835

1,614810558

INDX

0,283606

0,30148 0,270323 0,294568

0,287494

0,296454 0,274854 0,292993

0,28515795

0,287364885

LPLI

0,546747 0,499243 0,570609 0,579013

0,548903

0,577624

0,54009 0,588553

0,5664362

0,56817573

UNIT

0,502441 0,510987

0,47896 0,514105

0,501623

0,514006 0,479053 0,510691 0,502324158

0,501518355

SRSN

1,04073 1,058872

0,99237 1,064833

1,039201

1,076584 0,992323 1,058881

1,1104515

1,05956002

INPC

0,36377 0,370066 0,346787

0,37217

0,363198

0,37218 0,346795 0,370066 0,363721875

0,363190813

BNBR 2

1,055075 1,073694 1,006195 1,079819

1,053696

1,079819 1,006103 1,073714

1,0552784

1,053728601

POLY

0,416098 0,423355 0,396726 0,425764

0,415486

0,425675 0,396744 0,423355 0,416000833

0,415443875

rata-rata betA reverse stock 0,720043 0,733248 0,693518 0,851435 0,749561 0,745011 0,712578 0,740234 0,734073658 0,732974105

Reverse Stock Split


(4)

Uji Normalitas Beta Saham Stock Split

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

beta_sebelum_st ock_split

beta_sesudah_stock_s plit

N 8 8

Normal Parametersa,,b Mean .2856513 .0457028

Std. Deviation 1.48654044 2.09871586

Most Extreme Differences Absolute .272 .328

Positive .183 .225

Negative -.272 -.328

Kolmogorov-Smirnov Z .770 .928

Asymp. Sig. (2-tailed) .593 .355

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Uji Normalitas Beta Saham Reverse Stock Split

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

beta_sblm_rever se_stock

beta_ssdh_rever se_sttock

N 8 8

Normal Parametersa,,b Mean .7495609 .7329741

Std. Deviation .51109935 .46353306

Most Extreme Differences Absolute .278 .264

Positive .278 .264

Negative -.183 -.168

Kolmogorov-Smirnov Z .785 .746

Asymp. Sig. (2-tailed) .568 .633

a. Test distribution is Normal.


(5)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 beta_sblm_stock_split .3091055 8 1.50487800 .53205472

beta_ssdh_stock_split .0385383 8 2.22724650 .78745055

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 beta_sebelum_stock_split & beta_sesudah_stock_split

8 .995 .000

Uji Beda Beta Saham Stock Split

Paired Differences

t df Sig.

(2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1

beta_sebelum_stock_split -

beta_sesudah_stock_split

.23994843 .63957900 .22612533 -.29475300 .77464986 1.061 7 .324

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 beta_sblm_reverse_stock .7495609 8 .51109935 .18070091

beta_ssdh_reverse_sttock .7329741 8 .46353306 .16388369

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 beta_sblm_reverse_stock & beta_ssdh_reverse_sttock


(6)

Uji Beda Beta Saham Reverse Stock Split

Deskripsi Statistik beta stock split

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

beta_sblm_stock_split 4 -1.07491 .79752 .2856505 .90960683

beta_ssdh_stock_split 4 -1.98101 .77232 .0457022 1.35167630

Valid N (listwise) 4

Deskripsi Statistik Beta Reverse Stock Split

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

beta_sblm_reverse_stock_split 4 .69352 .85144 .7495610 .06989649

beta_ssdh_reverse_stock_split 4 .71258 .74501 .7329743 .01431554

Valid N (listwise) 4

Korelasi Serial R

MT

dengan R

MT-1

, R

MT-2

.R

MT-3

. R

MT-4

ρ

1

ρ

2

ρ

3

ρ

4 0.018 -0.066 0.072 0.008

Bobot Sekuritas

W

1

W

2

W

3

W

4

0.992481 0.924812 0.986842 0.969925

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig.

(2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1

beta_sblm_reverse_stock -

beta_ssdh_reverse_sttock


Dokumen yang terkait

PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN Pengaruh Harga, Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pelanggan Wardah di Universitas Muhammadiyah Surakarta).

1 5 16

PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN Pengaruh Harga, Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pelanggan Wardah di Universitas Muhammadiyah Surakarta).

0 3 18

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN DESAIN PRODUK HARGA PRODUK DAN KEPERCAYAAN ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, DESAIN PRODUK, HARGA PRODUK DAN KEPERCAYAAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN INDOSAT IM3 PADA MAHASISWA FA

1 3 21

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN DESAIN PRODUK HARGA PRODUK DAN KEPERCAYAAN ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, DESAIN PRODUK, HARGA PRODUK DAN KEPERCAYAAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN INDOSAT IM3 PADA MAHASISWA FA

0 5 17

PENDAHULUAN ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, DESAIN PRODUK, HARGA PRODUK DAN KEPERCAYAAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN INDOSAT IM3 PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 3 10

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, DESAIN PRODUK DAN HARGA TERHADAP Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Desain Produk Dan Harga Terhadap Loyalitas Pelanggan Indosat Im3 (Studi Kasus Pada Konsumen Kartu IM3 Wilayah S

0 0 14

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Desain Produk Dan Harga Terhadap Loyalitas Pelanggan Indosat Im3 (Studi Kasus Pada Konsumen Kartu IM3 Wilayah Surakarta).

0 0 9

DAFTAR PUSTAKA Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Desain Produk Dan Harga Terhadap Loyalitas Pelanggan Indosat Im3 (Studi Kasus Pada Konsumen Kartu IM3 Wilayah Surakarta).

2 1 4

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, DESAIN PRODUK DAN HARGA TERHADAP Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Desain Produk Dan Harga Terhadap Loyalitas Pelanggan Indosat Im3 (Studi Kasus Pada Konsumen Kartu IM3 Wilayah S

0 0 22

TAP.COM - PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, HARGA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP ... 302 596 1 SM

0 1 15