Pengaruh nilai budaya uncetainty avoidance terhadap prilaku inovatif pada wirausahawan suku Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta
TANAH ABANG JAKARTA
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Psikologi
Oleh :
PINGKY KOMALA
NIM : 106070002285
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
ii
PENGARUH NILAI BUDAYA
UNCERTAINTY AVOIDANCE
TERHADAP PERILAKU INOVATIF PADA
WIRAUSAHAWAN SUKU MINANGKABAU DI PASAR
TANAH ABANG JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
PINGKY KOMALA
106070002285
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag
Miftahuddin M.Si
NIP. 1980614 199704 1 001
NIP. 19730317 200604 1 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
iii
diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 15 Maret 2011
Sidang Munaqosyah
Dekan/
Pembantu Dekan/
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si.
NIP. 130 885 522
NIP.
19561223 198303 2001Anggota
Ikhwan Lutfi, M.Psi
Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag
NIP.
1973-710 2005011 006NIP. 1980614 199704 1 001
Miftahuddin M.Si
NIP. 19730317 200604 1 001
(4)
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Pingky Komala
NIM : 106070002285
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“Pengaruh Nilai Budaya
Uncertainty Avoidance
Terhadap Perilaku Inovatif Pada Wirausahawan
Suku Minangkabau Di Pasar Tanah Abang Jakarta ” adalah benar merupakan
karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam dalam menyusun
skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini
telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai sesuai dengan
undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau
jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Maret 2011
Pingky Komala
NIM 106070002285
(5)
v
Motto:
(6)
vi
Karya Sederhana ini Ku Persembahkan
Teruntuk Keluarga Tercinta,
Orang-orang yang Ku Sayang dan
Menyayangi Ku
Semoga Allah SWT Memberikan Kebahagiaan
di Dunia dan Akhirat
(7)
vii
(C) Pingky Komala
(D) Pengaruh Nilai Budaya
Uncertainty Avoidance
Terhadap Perilaku Inovatif
Pada Wirausahawan Suku Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta
(E) Halaman : XVII + 84 haman + 27 Lampiran
(F) Kewirausahaan tidak dapat lepas dan individu yang terlibat di dalamnya. Dari
sekian atribut personal yang terdapat dalam diri seorang wirausahawan,
perilaku inovatif merupakan salah satu hal yang berperan penting. Perilaku
inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausahawan dapat mengimbangi
perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya, khususnya dalam menghadapi
tantangan globalisasi. Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang
mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang
wirausahawan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai budaya
uncertainty avoidance
(mencemasakan ketidakpastian, mementingkan
peraturan , menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi
rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini
pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela), usia, lama
berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap perilaku inovatif,
sehingga dapat disusun rekomendasi untuk meningkatkan perilaku inovatif.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis regresi untuk
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengaruh nilai budaya
uncertainty avoidance
terhadap perilaku inovatif.
Sampel penelitian ini terdiri dari 100 responden dengan tehnik
accidental
sampling
. Masing-masing responden diberikan angket dengan jumlah item
sebanyak 69 item yang terdiri dari 25 item skala
uncertainty avoidance
dan 44
item skala perilaku inovatif.
Hasil atau kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan nilai budaya
uncertainty avoidance
terhadap perilaku inovatif dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau P <
0,05. Adapun nilai
R Square
(R
2) dari semua variabel penelitian yang telah
diujikan adalah sebesar 0,623 atau 62,3% dan sisanya sebesar 37,7% dapat
disebabkan oleh aspek atau faktor lainnya yang dapat memberikan pengaruh
terhadap perilaku inovatif
.
Sedangkan dari ke-12 IV yang ada, terdapat tiga IV
yang memiliki pengaruh dan taraf signifikansi yang tinggi terhadap perilaku
inovatif, yakni mencemaskan ketidakpastian, menghindari perubahan, dan
partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela. Adapun variabel lainnya bila
(8)
viii
diujikan satu per satu, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif
.
Berdasarkan hasil tersebut disarankan kepada pusat pelatihanwirausaha
memperhatikan aspek-aspek psikologis dan nilai budaya masyarakat
indonesia, dalam hal ini sebaiknya pelatihan yang mendalami bidang
wirausaha, memformulasikan bagaimana caranya menghilangkan nilai budaya
uncertainty avoidance
tinggi, karena hal ini akan memberikan pengaruh
negatif yaitu menghambat berkembangnya perilaku inovatif.
(9)
ix
berbagai nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam
senantiasa tercurah kepada junjungan alam, penegak keadilan, pemberantas
kedzaliman pengubah dekadensi moral manusia Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, para sahabat dan semua umat manusia yang selalu berusaha
melaksanakan sunahnya.
Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang
penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan dan
rintangan dalam proses penyusunan skripsi yang ditujukan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Nilai Budaya
Uncertainty Avoidance
Terhadap Perilaku Inovatif
Pada Wirausahawan Suku Minangkabu di Pasar Tanah Abang Jakarta.”
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri,
melainkan berkat dukungan, bantuan, dorongan dan bimbingan yang tidak ternilai
harganya dari pihak-pihak lain. Ucapan terimakasih tak terhingga, penulis
sampaikan kepada :
1.
Bapak Jahja Umar, Ph.D, dekan Fakultas Psikologi, ibu Dra. Fadhila Suralaga,
M.Si, pembantu dekan I sekaligus dosen pembimbing akademik.
2.
Bapak Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag, pembimbing I, dan Bapak Miftahudin
M.Si, pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan
tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3.
Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis, dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Para pegawai bidang
akademik dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum, serta seluruh
civitas akademika Fakultas Psikologi atas bantuannya.
4.
Kedua orang tua penulis Bapak (Alm) Hasan Basri dan Ibu Hamidah yang
telah memberikan kasih sayang dan dukungannya baik dari segi moril maupun
materiil, terima kasih sekali dengan kesabaranmu dan do’amu akhirnya skripsi
ini selesai juga. Kedua saudara kandung penulis Muhammad Fauzi S.T, Nuri
Haqi, S.Kom beserta suami (Bagus Priambodo, M.Ti) terima kasih atas
perhatian dan semangat kalian karena kalianlah yang membuat penulis
bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Terima kasih banyak kepada Andika Prabawa Kusuma yang telah membantu
penulis dengan do’a dan semangat kepada penulis agar tidak pantang
menyerah.
(10)
x
6.
Kepada saudaraku dan sahabatku Raisa Azmi S.Psi dan Raguan Hana. Kalian
benar-benar memberikan warna-warni dalam kehidupan perkuliahan Penulis.
7.
Rekan-rekan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisaiat Psikologi
Cabang Ciputat, Dewan Pimpinan Pusat Partai Reformasi Mahasiswa dan
Lembaga Semi Otonom Trainers Community. Terima kasih atas proses
berorganisasi yang sangat luar biasa.
8.
Kepada teman-teman dan sahabatku yang membantu merampungkan skripsi
ini: Fahry Wibowo, Idham Qodr Muthohar, Arif Rahman, Saiful Bahri, Saiful
Arif, Fredy Kundarto Nazar Fathan, Yudi Rafrianto, Roby Sayahdien,
Triyono, Elis, Kak Agus Noorbani S.Psi, Adiyo R S.Psi, Kak Nurhayatunnisa
S.Psi,
Kak Ashry Rizqan, Isni P. Noviansjah S.Psi, Elis Bunga Islamia, Aep
Saepuloh dan Doni Priambodo.
9.
Teman-teman psikologi angkatan 2006 khususnya kelas C dan D serta
teman-teman angkatan di atas dan di bawah penulis, terima kasih banyak atas
kebersamaannya dalam bersahabat dan begitu pula atas pembelajarannya
selama ini.
10.
Terima kasih kepada seluruh pedagang suku minangkabau yang telah bersedia
menjadi responden, khususnya keluarga besar bapak Djasmar Sutan Penghulu
pemilik toko Quintana dan kak Asril pemilik toko Folexo.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu
dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT, amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih cukup jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk
dapat menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, sangat besar hasrat dan harapan penulis semoga skripsi ini
memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih
lanjut.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
(11)
xi
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Pernyataan ... iv
Abstrak ... vii
Kata pengantar ... ix
Daftar Isi ... xi
Daftar tabel ... xiv
Daftar Gambar ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
...
1
1.2.Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
...
9
1.2.1 Pembatasan Masalah ... 9
1.2.2 Perumusan Masalah ... 10
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian... 12
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 12
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12
1.4 Sistematika Penulisan ... 13
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1.Perilaku Inovatif Pada Wiausaha
...
15
2.1.1.Definisi Perilaku Inovatif Pada Wirausaha ... 15
2.1.2.Ciri-ciri Perilaku Inovatif ... 16
2.2.Nilai Budaya
Uncertainty Avoidance ...
20
2.2.1.Definisi Budaya ... 20
2.2.2 Definisi Nilai ... 21
2.2.3 Penelitian Mengenai Nilai ... 22
(12)
xii
2.2.5 Ciri-ciri Nilai Budaya
Uncertainty Avoidance ...
25
2.3.Kerangka Berpikir ... 29
2.4.Hipotesis... 38
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Pendekatan dan Metode Penelititan ... 40
3.1.1.Pendekatan Penelitian ... 40
3.1.2.Metode Penelitian ... 41
3.2.Variabel Penelitian... 41
3.2.1. Definisi Konseptual ... 42
3.2.2. Definisi Operasional... 43
3.3.Pengambilan Sampel... 44
3.3.1.Populasi ... 44
3.3.2.Sampel ... 44
3.3.3.Teknik Pengambilan Sampel ... 44
3.4.Pengumpulan Data ... 45
3.4.1.Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.4.2.Instrumen Pengumpulan Data... 47
3.5.Uji Instrumen Penelitian ... 51
3.5.1 Uji Validitas ... 51
3.5.2 Uji Reliabelitas ... 52
3.6.Metode Analisis Data. ... 54
3.7.Prosedur Penelitian ... 55
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1.Gambaran Umum Responden ... 57
4.2. Analisis Deskriptif ... 60
4.3. Uji Hipotesis ... 63
(13)
xiii
5.2.Diskusi ... 81
5.3.Saran ... 83
5.3.1 Saran Teoritis ... 83
5.3.2 Saran Praktis ... 83
Daftar pustaka ... 84
LAMPIRAN
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Masyarakan
Uncertaity Avoidence
Tinggi dan Rendah ... 29
Tabel 3.1. Skor Skala Likert
...
46
Tabel 3.2.
Blue Print Try Out
Skala Nilai Budaya
Uncertainty Avoiance
... 48
Tabel 3.3.
Blue Print
Penelitian Skala Nilai Budaya
Uncertainty Avoiance
... 49
Tabel 3.4.
Blue Print Try Out
Skala Perilaku Inovatif ... 50
Tabel 3.5.
Blue Print
Penelitian Skala Perilaku Inovatif ... 51
Tabel 3.6. Kriteria Reliabelitas ... 53
Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57
Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia ... 58
Tabel 4.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59
Tabel 4.4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Berwirausaha ... 60
Tabel 4.5. Distribusi Skor Nilai Buaya
Uncertainty Avoidance
... 61
Tabel 4.6. Kategorisaasi Skor Nilai Buaya
Uncertainty Avoidance ...
61
Tabel 4.7. Distribusi Skor Perilaku Inovatif ... 62
Tabel 4.8. Kategorisaasi Skor Perilaku Inovatif ... 62
Tabel 4.9. Koefisien 12 Variabel ... 63
Tabel 4.10.
Model Summary
Analisis Regresi 12 Variabel ... 68
Tabel 4.11. Anova Analisis Regresi 12 Variabel ... 68
Tabel 4.12.
Model Summary
Analisis Regresi 8 Variabel ... 69
Tabel 4.13. Anova Analisis Regresi 8 Variabel ... 70
Tabel 4.14. Koefisien Regresi 8 Variabel ... 71
(15)
xv
Gambar 2.1 Gambar Manifestasi Budya dalam Tingkat Kedalaman Bwerbeda... 21
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 37
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian. Pembahasan tersebut meliputi lima bagian, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
1.1
Latar Belakang Penelitian
Kewirausahaan telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan sosioekonomi suatu negara. Dalam hal ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kewirausahaan dapat membantu menyediakan begitu banyak kesempatan kerja, berbagai kebutuhan konsumen, jasa pelayanan, serta menumbuhkan kesejahteraan dan tingkat kompetisi suatu negara. (Zahra dalam Peterson & Lee, 2000).
Dr. Suparman Sumahami Jaya (Bapak Kewirausahaan di Inodonesia) mengatakan istilah kewirausahaan merupakan pengembangan dari istilah kewiraswastaan. Perubahan istilah kewiraswastaan menjadi kewirausahaan lebih banyak didasarkan pada alasan bahasa. Secara maknawi pengertian kewiraswastaan pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan kewirausahaan. Ahli bahasa diduga khawatir karena penggunaan istilah kewiraswastaan dapat mempersempit makna yang sebenarnya, khususnya istilah swasta bila dikaitkan sebagai lawan dari pemerintah (Herawati, 1998).Istilah kewirausahaan mulai
(17)
dipopulerkan pada tahun 1990 (www.otakusaha.wordpress.com). Herawaty (1998) dalam bukunya mengungkapkan bahwa kewirausahaan adalah bekerja pada bidang usaha tertentu
Seiring dengan berkembangnya arus globalisasi, kewirausahaan juga semakin menjadi perhatian penting dalam menghadapi tantangan globalisasi yaitu kompetisi ekonomi global dalam hal kreativitas dan inovasi (Peterson & Lee, 2000). Dalam menghadapi tantangan global, diperlukan inovasi untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan.(www.okezone.com)
Menurut Felix Jansen (2000), kini dunia memasuki era inovasi setelah sebelumya berada di era efisiensi di tahun 1950-1960 dan era kualitas di tahun 1970-1980. Organisasi yang tidak melakukan inovasi yang berkelanjutan akan terlindas oleh pesaing lainnya. (Usmara dan Diwantara, 2004). Artinya organisasi-organisasi yang terampil dalam berinovasi, sukses menghasilkan ide-ide baru akan mendapatkan keunggulan bersaing dan tidak akan tertinggal di pasar dunia yang terus berubah dengan cepat.
Kewirausahaan tidak dapat lepas dan individu yang terlibat di dalamnya. Individu yang bergelut dalam kewirausahaan biasa disebut dengan wirausahawan. Wirausahawan (enterpreneur) adalah orang yang membeli jasa-jasa faktor produksi dalam harga tertentu dan kemudian menjualnya dengan harga-harga yang belum pasti dan dengan demikian kegiatan bisinis di masyarakat dapat terus berjalan (Cantilllon dalam Herawaty 1998).
(18)
3
Kewirausahaan melekat pada diri manusia, sementara manusia dalam dunia ini merupakan mahluk utama dan merupakan titik sentral berkembangnya peradaban masyarakat. Pengembangan peradaban masyarakat yang digerakkan dan didinamisir oleh unsur kewirausahaan dalam diri adalah untuk kesejahteraan manusia (Herawaty, 1998). Sumarsono (2010) mengatakan bahwa seorang wirausahawan yang unggul memiliki sifat-sifat kreatif, origanilitas, berani mengambil resiko, berorientasi ke depan dan mengutamakan prestasi tahan uji, tekun, tidak gampang patah semangat, bersemangat tinggi, berdisiplin baja, teguh dalm pendirian dan inovatif.
Dari sekian atribut personal yang terdapat dalam diri seorang wirausahawan, perilaku inovatif merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam menghadapi tantangan globalisasi. Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausahawan secara umum dapat mengimbangi perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi (Peterson & Lee, 2000). Penelitian ini ingin melihat perilaku inovatif pada wirausahawan.
Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Suatu proses pendidikan yang benar-benar inovatif harus mempersiapkan anak didik untuk menghadapi perubahan serta memberikan kemampuan kepada mereka untuk dapat menjawab tantangan-tantangan lingkungan secara lebih efektif.
(19)
Dalam birokrasi pemerintah, perilaku inovatif juga menjadi pembahasan yang penting. Mengacu pada definisi Lawson dan Samson (2001) tentang kemampuan inovasi, kemampuan inovasi birokrasi pemerintah dimaknai sebagai kemampuan birokrasi pemerintah untuk mentransformasikan secara berkelanjutan pengetahuan dan gagasan ke dalam berbagai bentuk pelayanan, proses, dan sistem yang baru, bagi keuntungan lembaga dan stakeholder. (Asropi, 2008).
Wahyu Aditya peraih World Winner of British Council - International Young Creative Entrepreneur of The Year - Film Category (2007) sebagai anggota Komite Inovasi Nasional (KIN) juga menekankan pentingnya inovasi dalam persaingan kewirausahaan.( http://permitha.net/2010/10/simposium-internasional-ppi-2010/.
Konsep inovatif tampaknya sudah menjadi satu dengan diri seorang wirausahawan (Hisrich & Peters, 1998). Hal ini tercermin dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Johnson, Danis, dan Dollinger (2008) yang menyatakan bahwa seorang wirausahawan lebih berperan sebagai seorang inovator daripada sebagai adaptor. Seorang inovator berani membuat perubahan, ingin melakukan sesuatu secara berbeda daripada hanya membuatnya menjadi lebih baik, sedangkan seorang adaptor mempunyai kecenderungan mengikuti pola yang sudah ada, mengembangkan dan tidak mengubahnya. Dalam hal ini, seorang wirausahawan yang inovatif suka dengan tantangan dimana mereka merupakan pencari "masalah" sekaligus pemecah "masalah". Mereka tidak dapat bertahan lama dengan tugas-tugas rutin. Mereka lebih suka mengambil kontrol pada situasi-situasi yang berubah-ubah dan seringkali menantang aturan-aturan dan
(20)
5
tradisi yang ada. Wirausahawan yang inovatif juga tampak mempunyai tingkat keraguan yang rendah dalam menghasilkan ide-ide baru dan juga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri (Danis & Dollinger dalam Johnson, Danis, & Dollinger, 2008).
Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausahawan secara umum dapat mengimbangi perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi (Peterson & Lee, 2000). Dalam hal ini dapat dilihat bahwa, seorang wirausahawan merupakan agen perubahan yang mengenalkan inovasi-inovasi seperti produk, metode produksi, teknik penjualan, dan tipe alat pekerjaan yang baru (Schumpeter dalam Mueller & Thomas 2000). Perilaku inovatif yang dimiliki oleh para wirausahawan membuat mereka mampu menghadapi tantangan dengan mengubahnya menjadi peluang. Hal ini dapat menunjang kemajuan bisnis yang mereka geluti karena dengan perilaku inovatif, mereka mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan gagasan atau ide baru yang lebih baik dan berbeda dalam bentuk produk, teknik, jasa, dan lain sebagainya (Shane Scott, 2005). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam menghadapi tantangan globalisasi dimana perkembangan dan persaingan dalam dunia bisnis terus berkembang pesat, perilaku inovatif sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena tanpa gagasan atau ide baru yang inovatif, kemungkinan bisnis yang digeluti menjadi ketinggalan karena konsumen selalu menuntut hal baru seiring dengan berkembangnya arus globalisasi (Sangeeta Singh. 2006).
(21)
Berger (dalam Peterson & Lee, 2000) mengatakan budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausahawan .
Asair (1996) lebih detail mengatakan budaya atau kepribadian kelompok memainkan peran penting dalam inovasi. Beberapa budaya mendukung inovasi tetapi yang lain tidak. Ketika invididu seorang yang kreatif dan membangun sebuah tim dengan kemampuan pemecahan masalah yang kreatif, kurang optimal jika lingkungan organisasi kurang menghargai pendapat ide-ide baru.
Budaya didefnisikan sebagai suatu sistem yang membawahi nilai-nilai dari kelompok dalam suatu masyarakat, yang membentuk beberapa trait
kepribadian yang mendorong individu di dalamnya untuk terlibat dalam suatu perilaku atau kegiatan yang mungkin berbeda dari kelompok masyarakat yang ada (Petrakis, 2003). Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai macam budaya yang dapat dilihat dari keragaman suku bangsa yang ada. Salah satu suku bangsa di Indonesia yang identik dengan kepiawaiannya dalam berwirausaha adalah suku Minangkabau.
Dalam hubungannya dengan budaya, penelitian yang dilakukan Hofstede mengelompokkan nilai budaya menjadi empat dimensi yaitu uncertainty avoidance, power distance, masculinity-feminity, individual-collectivism (Wagner dan Holenbeck, 1995). Uncertainty avoidance merupakan tingkat dimana anggota dari suatu kelompok budaya merasa terancam dengan situasi yang tidak pasti atau tidak diketahui (Hofstede & Hofstede, 2005).
(22)
7
Budaya dengan uncertainty avoidance yang rendah dapat menerima ketidakpastian dalam hidup secara lebih mudah, sehingga mereka umumnya mempunyai keinginan yang kuat untuk mengambil resiko. Mereka memiliki kontrol terhadap konflik dan kompetisi. Selain itu, mereka juga menganggap bahwa sesuatu yang berbeda yang ada di lingkungan bukanlah sesuatu yang mengancam oleh karena itu mereka mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perilaku kreatif dan baru (Hotstede dalam Mueller & Thomas, 2000). Sedangkan budaya dengan uncertainty avoidance yang tinggi biasanya menghindari adanya konflik dan kompetisi sehingga mereka biasanya terpaku pada pola perilaku tertentu. Oleh karena itu, mereka memiliki toleransi yang rendah kepada sesuatu yang mereka anggap "berbeda" dan baru (Hofstede dalam Sangeeta Singh, 2006).
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa nilai budaya uncertainty avoidance dan perilaku inovatif cenderung memiliki hubungan dalam hal toleransi terhadap ambiguitas atau ketidakpastian. Perilaku inovatif cenderung dihubungkan dengan peran seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya (Cohumpeter, 1934 dalam Mueller & Thomas, 2000). Dalam hal ini, wirausahawan dituntut mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan dibawah kondisi yang tidak pasti misalnya saja ketika seorang wirausahawan membuat keputusan mengenai bagaimana mengkombinasikan sumber yang ia miliki menjadi sebuah produk yang baru tanpa mengetahui secara pasti apakah hal tersebut akan diterima oleh masyarakat atau tidak.
(23)
Di sisi lain, budaya dengan uncertainty avoidance yang rendah lebih mempunyai toleransi yang tinggi dalam menerima sesuatu yang baru atau berbeda, hal ini dapat membuat wirausahawan lebih menikmati dan bebas dalam menciptakan ide-ide yang baru atau berbeda di kondisi tersebut. Budaya ini juga mempunyai tingkat toleransi yang tinggi terhadap konflik dan kompetisi dimana individu di dalamnya tidak terpaku pada suatu pola perilaku tertentu seperti mengumpulkan berbagai bukti-bukti atau mekanisme formal sebelum mengambil keputusan sehingga kondisi ini memudahkan individu mengambil keputusan dalam penciptaan ide-ide baru walaupun informasi yang ada hanya terbaias. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, uncertainty avoidance yang rendah memacu individu-individu di dalamnya untuk mencoba hal baru walaupun tidak ada garansi bahwa akan ada kesuksesan yang mengikutinya sehingga kondisi ini membuat individu di dalamnya semakin leluasa untuk mcnghasilkan ide-ide baru yang inovatif.
Di Indonesia terdapat berbagai macam budaya yang dapat dilihat dari suku-suku bangsa yang ada. Dari sekian banyak suku bangsa, suku Minangkabau terkenal dengan kepiawaiannya dalam berwirausaha. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya wirausaha yang berasal dari suku tersebut. Suku Minangkabau juga termasuk suku yang tidak rentan terhadap perubahan dan perbedaan (Navis, 1984), sehingga dapat dikatakan suku Minangkabau mempunyai tingkat
uncertainty avoidance yang rendah. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Mangundjaya (2006) menyatakan hal yang sebaliknya.
(24)
9
Faktor yang mendasari perbedaan masyarakat dengan nilai budaya
Uncertainty Avoidance rendah atau tinggi adalah: mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan, menghindari konflik dan kompetisi , memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela.
Pada penelitian ini penulis juga ingin melihat faktor-faktor demografi yang mempengaruhi perilaku inovatif, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama berwirausaha.
Berdasarkan alasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai nilai budaya uncertainty avoidance dan perilaku inovatif pada wirausahawan bersuku bangsa Minangkabau, sehingga penulis membuat penelitian dengan judul: “Pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta”.
1.2
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka penelitian ini akan diberi batasan sebagai berikut:
1. Uncertainty Avoidance yang dimaksud adalah Uncertainty Avoidance
menurut Hofstede & Hofstede yaitu besarnya perasaan terancam yang dialami oleh anggota dari sebuah masyarakat budaya tertentu, akan situasi yang tidak pasti atau ambigu.
(25)
2. Perilaku Inovatif yang dimaksud adalah Perilaku Inovatif menurut Rosenfeld & Servo, yaitu mengubah ide kreatif ke dalam bentuk produk atau proses yang nyata dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan pemotongan biaya produksi dalam organisasi.
3. Wirausahawan yang dimaksud sesuai dengan pendapat Cantillon, yaitu orang membeli jasa-jasa faktor produksi pada tingkat dalam harga tertentu dan kemudian menjualnya dengan harga-harga yang belum pasti. Adapun batasan dari subjek penelitian yang hendak peneliti angkat dalam penelitian ini adalah wirausaha bersuku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, dimana yang dimaksud dengan bersuku minangkabau adalah salah satu orang tua responden merupakan keturunan suku minangkabau.
1.2.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta. 1.1Apakah mencemaskan ketidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.2 Apakah mementingkan peraturan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
(26)
11
1.3Apakah menghindari konflik dan kompetisi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.4Apakah memiliki motivasi berpestasi rendah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.5Apakah memiliki tingkat stress tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.6Apakah menghindari perubahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.7Apakah meyakini pendapat ahli memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.8Apakah partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
2. Apakah usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
3. Apakah lama berwirausaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
(27)
4. Apakah jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta. 5. Apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai budaya uncertainty avoidance (mencemasakan ketidakpastian , mementingkan peraturan , menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela), usia, usia mulai berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap perilaku inovatif, sehingga dapat disusun rekomendasi untuk meningkatkan perilaku inovatif.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap:
1. Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan kepada pemerintah atau pusat-pusat pelatihan kewirausahaan untuk membuat program pengembangan kewirausahaan dalam meningkatkan perilaku inovatif dengan menanamkan atau bahkan menghilangkan nilai budaya tertentu
(28)
13
agar dapat bersaing di era globalisasi yang ditandai dengan begitu cepatnya perubahan yang terjadi.
2. Dapat memberikan informasi dan masukan kepada wirausahawan yang berada di dalam maupun diluar kawasan penelitian untuk terus memperhatikan dan meningkatkan aspek-aspek psikologi dalam kaitannya dengan kinerja wirausahawan melakukan kewirausahaan.
3. Dapat menambah informasi untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya Psikologi Industri dan Organisasi agar dapat dijadikan pedoman untuk penelitian lebih lanjut terutama dalam mengkaji variable lain yang berkaitan dengan nilai budaya uncertainty avoidance
dan perilaku inovatif degn kancah penelitian yang berbeda.
1.4
Sistematika Penulisan
Pada penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan kaidah American Psychologycal Association (APA) style. Dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian. Pembahasan tersebut meliputi lima bagian, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
(29)
BAB 2 : Kajian Teori
Bab ini membahas mengenai dasar penelitian ini. Pembahasan tersebut meliputi empat bagian, yaitu teori nilai budaya uncertainty avoidace, teori perilaku inovatif, kerangka berpikir dan pengajuan hipotesa.
BAB 3 : Metodelogi Penelitian
Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pemahasan tersebut meliputi tujuh bagian yaitu pendekatan dan metode penelitian, variabel penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data, uji instrumen penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.
BAB 4 : Analisis Hasil Penelitian
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu gambaran umum responden analisis deskriptif dan uji hipotesis.
BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan ini meliputi tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
(30)
BAB 2
KAJIAN TEORI
Bab ini membahas mengenai dasar penelitian ini. Pembahasan tersebut meliputi empat bagian, yaitu teori nilai budaya uncertainty avoidace, teori perilaku inovatif, kerangka berpikir dan pengajuan hipotesa.
2.1 Perilaku Inovatif Pada Wirausaha
2.1.1 Definisi Perilaku Inovatif Pada Wirausaha
West (2000) menyatakan bahwa inovasi merupakan pengenalan dan penerapan ide, proses, produk, atau prosedur baru yang lebih baik secara sengaja kepada pekerjaan, tim kerja atau organisasi yang ada dengan tujuan menguntungkan pekerjaan, tim kerja atau organisasi itu. Dalam hal ini inovasi bersifat relatif, inovasi tidak harus setara dengan menentukan mesin uap. lnovasi adalah segala bentuk produk baru yang lebih baik atau cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan berbagal hal, yang diperkenalkan oleh individu, kelompok atau organisasi, dan yang mempengaruhi pekerjaan, individu, kelompok atau organisasi (West, 2000).
Bird dalam Thomas & Mueller (2000), mengaitkan inovasi dengan beberapa hal yaitu:
“…involves the commercialization of ideas. Implemantion, and the modification of existing products, systems and resources”
(31)
Kemudian lebih lanjut Rosenfeld & Servo (dalam West dan Farr, 2000) menambahkan mengenai tantangan dari inovasi adalah:
“The challenge is to transform creative ideas into tangible products or processes that will improve customer services, cut costs and or generate new earning for an organization”
Bird dalam Thomas & Mueller (2000), menyatakan bahwa inovasi berkaitan dengan komersialisasi ide, implementasi, dan modifikasi produk, sistem, dan sumber daya yang ada. Lalu Rosenfeld & Servo (dalam West dan Farr. 2000), menjelaskan bahwa tantangan dari inovasi adalah mengubah ide kreatif ke dalam bentuk produk atau proses yang nyata dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan pemotongan biaya produksi dalam organisasi.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa inovasi merupakan pengenalan dan penerapan ide baru yang lebih baik secara sengaja kepada pekerjaan, tim kerja, atau organisasi yang ada melibatkan komersialisasi dari ide tersebut, impelementasi, dan modifikasi dari produk, sistem dan sumber daya yang sudah ada dimana terdapat tantangan dalam hal mengubah ide-ide kreatif ke dalam bentuk produk dan jasa yang nyata agar dapat menguntungkan perusahaan dan juga membawa manfaat bagi individu, kelompok, organisasi atau masyarakat yang lebih luas.
2.1.2 Ciri-Ciri Perilaku Inovatif
Definisi mengenai perilaku inovatif itu sendiri pada awalnya dikemukakan oleh Amabile (dalam Scott & Bruce, 1995) yang menyatakan bahwa individu yang mempunyai perilaku inovatif merupakan individu yang gigih, penuh dengan semangat kerja, rasa ingin tahu yang tinggi, dapat memotivasi diri sendiri,
(32)
17
mempunyai kemampuan kognitif yang luar biasa (seperti kemampuan untuk berpikir kreatif atau bakat dalam bidang tertentu), berorientasi pada risiko, mempunyai keahlian di bidangnya, senang bergaul serta mempunyai berbagai macam pengalaman. Selain itu Farr & Ford dalam West & Fan (2000), juga menjelaskan perilaku inovatif dengan menggunakan istilah work role innovation
dan memberikan definisinya sebagai :
“work role innovation as the intentional introduction within one’s work role of new and usefull ideas, processes, products, and procedures”
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan mempunyai perilaku inovatif jika ia mempunyai usaha untuk memperkenalkan secara sengaja sesuatu yang baru dan berguna, baik berupa ide, proses, produk, atau prosedur dalam peran kerjanya. Selain itu West (1997) juga menjelaskan mengenai individu yang mempunyai perilaku inovatif dimana mereka umumnya mempunyai kecendrungan untuk menciptakan ide-ide baru dan lebih baik, toleransi terhadap ambiguitas, mempunyai motivasi untuk menjadi efektif, berorientasi pada inovasi, dan berorientasi pada pencapaian.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai ciri-ciri perilaku inovatif:
a. Kecenderungan menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik Individu yang mempunyai perilaku inovatif mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan ide-ide yang baru yang lebih baik. Ide-ide baru yang lebih baik ini diimplementasikan dan diterapkan dalam bentuk produk, sistem, proses, dan lain-lain. Kemudian mereka juga mengambil
(33)
keuntungan dari ide-ide baru tersebut. Oleh karena itu, individu-individu ini biasanya sangat terbuka untuk menerima ide-ide baru dari orang lain. b. Toleransi terhadap ambiguitas
Seseorang dengan perilaku inovatif mempunyai toleransi yang tinggi terhadap situasi yang tidak jelas atau ambigu. Hal ini menstimulasi mereka untuk mengeluarkan ide baru yang kreatif dan inovatif (out of the box).
Mereka cenderung mencerna situasi yang sedang terjadi dan menikmati proses yang berlangsung.
c. Mempunyal motivasi untuk menjadi efektif
Individu yang mempunyai perilaku inovatif cenderung memotivasi diri untuk mencapai hasil yang efektif dari hal yang ingin dicapai agar mendapatkan kepuasan tersendiri. Mereka umumnya merasa puas jika dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan merasa kecewa jika hasil pekerjaanya dibawah standar kerja. Oleh karena itu, mereka mencari cara yang lebih baik untuk mencapai hasil yang efektif.
d. Orientasi pada inovasi
Orang yang inovatif umumnya akan berorientasi pada hal baru yang lebih baik dari sebelumnya. Maka dari itu, dalam menghadapi persoalan-persoalan yang rumit mereka umumnya berusaha memahaminya sehingga dapat rnenghasilkan solusi baru untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka juga mempunyai tujuan yang akan dicapai sehingga dalam keadaan frustasi sekalipun mereka akan tetap berusaha mencapai tujuan mereka dengan cara apapun. Mereka juga mempunyai keyakinan yang kuat
(34)
19
terhadap kelebihan dan keterampilan yang mendukung tujuan mereka sehingga mereka tidak terpaku pada cara yang sudah ada dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan mencapai tujuan mereka.
e. Orientasi pada pencapaian
Orang-orang yang inovatif menganggap bahwa pekerjaanya adalah hal yang sangat penting. Ia tidak cepat puas dengan apa yang di dapat saat ini, maka dari itu mereka cenderung ingin mencapai pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya dan mendapat kesuksesan pada akhirnya. Individu cenderung berpikir ke masa depan yaitu kepada hal yang lebih baik daripada saat ini, sehingga pada umumnya mereka mempunyai jiwa kepemimpinan yang besar dan selalu menjadi orang yang terdepan dalam menghasilkan hal yang baru danlebih baik. Ia menginginkan sesuatu yang lebih baik bagi dirinya dan juga orang lain. Ia juga berusaha sebaik mungkin agar orang lain dapat menaruh kepercayaan padanya sehingga walaupun ia mempunyai kemandirian dalam membuat keputusan, ia masih dapat menghargai pendapat orang lain.
Dari penjelasan mengenai perilaku inovatif tersebut, peneliti hanya akan memfokuskan penelitian ini pada perilaku inovatif menurut West (1997). Hal ini disebabkan karena, West menjelaskan perilaku inovatif secara lebih dalam dan memiliki keterkaitan dengan kemampuan seorang wirausaha dalam menjalankan kewirausahaannya.
(35)
2.2 Nilai Budaya
Uncertainty Avoidance
2.2.1 Definisi BudayaTerdapat beberapa pakar yang telah mencoba mendefinisikan budaya. Pengertian budaya menurut Berry, Portinga, Seggall, dan Dassen (1992) adalah "The shared way of life of a group of people" (p.165). Definisi lain dari budaya yaitu "a set of attitudes, behaviors, and symbols shared by a large group of people and usually communicated from one generation to the next" (Shiraev & Levy. 2004, p.4). Disamping kedua definisi di atas, Hofstede & Hofstede (2005; Mead, 1990) juga memberikan pendapatnya mengenai budaya yaitu: "(Culture is) the collective programming of the mind which distinguishes the members of one human group from another ".
Definisi budaya di atas saling mendukung, berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan suatu bentuk penyusunan kolektif dalam pikiran masyarakat tertentu yang terdiri dari sikap, perilaku, dan simbol yang dimiliki bersama dan menjadi bagian dari cara hidup mereka yang diwariskan secara turun temurun serta dapat membedakan anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, budaya tidak terbawa sejak lahir, tetapi dipelajari melalui lingkungan sosial seseorang.
Dalam Hofstede & Hofstede (2005), konsep budaya secara keseluruhan mencakup empat hal, yaitu simbol, tokoh pahlawan/ pemujaan, ritual, dan nilai. Simbol menjelaskan budaya dari sisi yang paling luar, nilai menggambarkan sisi terdalam dari suatu budaya, sementara tokoh pemujaan dan ritual ada di antaranya (Hofstede, & Hofstede, 2005).
(36)
21
Gambar 2.1
Manifestasi Budaya dalam Tingkat Kedalaman Berbeda
(Sumber: Hofstede & Hofstede, 2005)
2.2.2 Definisi Nilai
Terdapat beberapa definisi mengenai nilai, Hofstede dan Hofstede (2005) berpendapat bahwa nilai adalah :
"A broad tendencies to prefer certain states of affairs over others".
Kluckhohn (dalam Hofstede, 1980) memberikan definisi yang lebih luas terhadap nilai, yaitu
"A value is a conception explicit or Implicit, distinctive of an individual or characteristics of a group, of the desirable which influences the selection from available modes, means and ends of actions".
Selain itu, Rokeach (1973) mendefmisikan nilai sebagai:
"An enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence (p.5).
(37)
Definisi dari beberapa pakar tersebut saling melengkapi, sehingga dapat disimpulkan nilai adalah konsep keyakinan mendasar yang sudah berlangsung lama dan menetap. Keyakinan tersebut bisa menjadi acuan utama dalam menjelaskan cara berperilaku yang mempengaruhi tujuan akhir yang diinginkan dan dapat diterima baik secara personal maupun sosiai. Nilai membedakan karakteristik antar individu maupun kelompok.
Dalam Hofstede (2005), nilai terbentuk sejak awal kehidupan seseorang melalui lingkungannya. Pada manusia, masa penyerapan informasi tentang nilai ini berlangsung ketika berumur 10-12 tahun. Pada masa tersebut manusia dapat dengan cepat dan secara tidak sadar mengambil informasi yang dibutuhkan melalui lingkungannya. Informasi ini mencakup simbol (termasuk bahasa), tokoh pahlawan (termasuk orang tua), ritual (termasuk toilet training), dan yang paling penting adalah nilai-nilai dasar yang dimiliki manusia (Hofstede & Hofstede, 2005).
2.2.3 Penelitian Mengenai Nilai
Penelitian mengenai nilai yang paling banyak menjadi bahan acuan untuk menganalisis variasi nilai budaya adalah penelitian dimensi budaya Hofstede. Geert Hofstede (2005) melakukan penelitian mengenai nilai untuk mengetahui dimensi budaya nasional yang ada pada masyarakat suatu negara. Dimensi budaya merupakan aspek budaya yang dapat diukur dan berfungsi sebagai alat untuk rnembandingkannya dengan budaya lain (Ndraha. 2005). Dengan
(38)
23
mereduksi domain nilai ke dalam dimensi, akan lebih mudah dalam mengukur dan mernbandingkannya dengan budaya lain (Hofstede & Hofstede, 2005).
Dari penelitian Hofstede pada rentang tahun 1967-2001 terhadap pegawai perusahaan IBM di 74 negara, diperoleh empat dimensi budaya yang menjadi pembeda antar budaya (Hofstede & Hofstede, 2005), yaitu :
a. Power Distance (PD)
Kesenjangan antara pihak yang berkuasa dan tidak berkuasa. Kesenjangan ini dari yang sangat kecil hingga yang sangat jauh/besar.
b. Uncertainty Avoidance (UA)
Toleransi terhadap ketidakpastian dan kebutuhan akan aturan formal. UA dibagi menjadi UA rendah dan UA tinggi.
c. Individualism - Collectivism (I/C)
Individualism yaitu individu memilih tidak menjadi bagian dari kelompok, sedangkan collectivism yaitu individu memilih hidup bersama-sama sebagai bagian dari kelompok.
d. Masculinity - Femininity (MAS/FEM)
Apakah orientasi terletak pada tujuan atau pada pemeliharaan hubungan interpersonal.
Dalam perkembangannya, pada tahun 2001 dilakukan replikasi penelitian oleh Michael Harris Bond di 23 negara. Hasilnya, ditemukan dimensi budaya yang kelima yaitu time orientation yang menggambarkan scjauh mana individu mempunyai orientasi terhadap waktu. Kelima dimensi Hofstede & Hofstede
(39)
(2005) ini dapat dilihat secara terpisah. Dari kelima dimensi tersebut, peneliti hanya akan memfokuskan pada dimensi uncertainty avoidance.
2.2.4 Definisi Nilai Budaya Uncertainty Avoidance
Hofstede & Hofstede (2005) mendefnisikan uncertainty avoidance-adalah: "the extent to which the members of a culture feet threatened by ambigous or unknown situations,". Disamping definisi tersebut, Wagner & Hollenbeck (1995) menyatakan bahwa uncertainty avoidance adalah: "the degree to which people are comfortable with ambiguous situation and with the inability to predict future events with assurance".. Mead (1990) menyatakan bahwa uncertainty avoidance
adalah: "how far different cultures socialize their members into accepting ambiguous situations and tolerating uncertainty about future" (p. 18).
Definisi dari pakar-pakar tersebut tidak memiliki perbedaan makna yang jauh. Oleh sebab itu, definisi uncertainty avoidance yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi dari Hofstede & Hofstede (2005). Berdasarkan definisi Hofstede & Hofstede (2005), maka uncertainty avoidance adalah besarnya perasaan terancam yang dialami anggota masyarakat budaya tertentu oleh situasi yang tidak pasti atau ambigu.
Ketidakpastian yang di luar batas dapat menyebabkan kecemasan yang tidak dapat ditoleransi. Inti dari ketidakpastian adalah suatu pengalaman atau perasaan yang subjektif. Perasaan ini ditunjukkan melalui stres, rasa gelisah, dan kebutuhan akan sesuatu untuk dapat menentukan kepastian, seperti kebutuhan peraturan tertulis dan tidak tertulis. Perasaan ketidakpastian tidak hanya bersifat
(40)
25
personal, tetapi juga terbagi dengan anggota lainnya dalam suatu masyarakat. Perasaan ini diwarisi dan dapat dipelajari melalui kelompok dasar dalam suatu budaya, seperti masyarakat, sekolah, dan negara (Hofstede, 1997). Pola perilaku dari suatu masyarakat dapat berbeda dengan anggota dari masyarakat yang lain.
Terdapat dua karakteristik uncertainly avoidance di masyarakat, yaitu masyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi dan rendah. Berikut ini adalah gambaran ciri-ciri masyarakat dengan tingkat uncertainty avoidance tinggi dan rendah pada lingkungan keluarga, masyarakat dan organisasi.
2.2.5 Ciri-ciri Nilai Budaya Uncertainty Avoidance
Berikut adalah penjelasan Hoftede lebih lanjut mengenai masyarakat yang mempunyai nilai budaya uncertainty avoidance:
a. Mencemasakan ketidakpastian.
Masyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi merasa nyaman bila masa kini dan masa depan mereka berada dalam situasi dan kondisi yang jelas. Mereka cenderung merasa cemas terhadap ketidakpastian hidup dan memandangnya sebagai sesuatu yang mengancam dan harus dilawan.
Sedangakn individu yang memiliki uncertainty avoidance yang rendah akan tetap merasa nyaman walaupun mereka tidak memiliki kepastian terhadap masa kini maupun masa depan. Sikap tersebut ditunjukkan dengan ciri-ciri pada masyarakat uncertainty avoidance
(41)
ketidakpastian dan cara menghadapinya adalah dengan menjalani masa kini.
b. Mementingkan peraturan.
Masyarakat uncertainty avoidance tinggi mementingkan adanya peraturan, institusi hukum, dan kontrol yang dapat mengurangi ketidakpastian.. Oleh karena itu, masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki aturan yang ketat dan rinci dalam mengatur kehidupannya sehari-hari. Dalam konteks keluarga, aturan diajarkan secara tegas kepada anak-anak, antara lain tentang hal-hal apa yang dianggap tabu dan pemikiran yang harus dihindari. Bagi keluarga dengan uncertainty avoidance tinggi, perbedaan adalah hal yang harus dihindari karena membahayakan.Dalam kehidupan bermasyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi, cenderung memiliki jumlah peraturan dalam kehidupan bernegara yang lebih banyak dan lebih spesifik daripada negara dengan
uncertainty avoidance rendah. Bagi mereka kehadiran peraturan sangatlah penting, walaupun tidak dipatuhi oleh warganya. Dalam lingkungan organisasi, masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki banyak aturan untuk mengendalikan kinerja karyawan.
Masyarakat uncertainty avoidance rendahmeiliki sedikit peraturan yang benar-benar dipakai dan perlu. Di dalam keluarga, orang dengan
uncertainty avoidance rendah tidak memiliki aturan yang ketat. Anak-anak memiliki kebebasan untuk mengalami hal-hal baru dan dapat
(42)
27
memutuskan mana yang dianggap baik dan tidak baik. Sehingga perbedaan yang muncul dalam keluarga dipandang sebagai sesuatu yang wajar dan tidak harus dihindari. Dalam kehidupan bermasyarakat, hanya terdapat sedikit aturan dan umum. Aturan yang ada dapat menjadi sesuatu yang menyeramkan. Bagi mereka, aturan dan hukum hanya dibutuhkan dalam situasi yang sangat penting. Mereka berkeyakinan bahwa masalah dapat dipecahkan meskipun tanpa aturan formal.
c. Menghindari konflik dan kompetisi
Pada Masyarakat uncertainty avoidance tinggi, konflik dalam organisasi adalah sesuatu yang tidak diinginkan, kompetisi antara karyawan tidak bisa diterima.
Dalam organisasi masyarakat uncertainty avoidance rendah memungkinkan antar karyawan untuk saling berkompetisi, adanya harapan untuk sukses. Masyarakat uncertainty avoidance rendah dapat mengatur konflik dan kompetisi sebagai suatu hal yang membangun. d. Memiliki motivasi berprestasi rendah
Masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Sedangkan masyarakat nilai budaya uncertainty avoidance
rendah memiliki motivasi berprestasi yang kuat. e. Memiliki tingkat stress tinggi
Masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki tingkat stress yang tinggi sedangkan masyarakat uncertainty avoidance rendah memiliki stress pekerjaan dan kecemasan lebih rendah.
(43)
f. Menghindari perubahan
Dalam konteks organisasi, masyarakat dengan uncertainty avoidance
tinggi memiliki kecenderungan menghindari perubahan sedangkan masyarakat uncertainty avoidance rendah terbuka dalam menghadapi perubahan dan hal-hal baru.
g. Meyakini pendapat ahli
Organisasi pada masyarakat yang memilik nilai budaya uncertainty avoidance tinggi cenderung memiliki banyak ahli karena mereka tidak mempercayai pendapat awam.
Sedangkan di dalam lingkungan organisasi, masyarakat
uncertainty avoidance rendah mempercayai pendapat awam bila menghadapi suatu masalah.
h. Partisipasi rendah pada kegiatan sukarela.
Masyarakat uncertainty avoidance rendah cenderung memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan aktivitas yang bermanfaat bagi masyarakat.
Berikut ini pada tabel 2.1 adalah karakteristik mnasyarakat uncertainty avoidance tinggi dan rendah pada lingkungan keluarga, masyarakat serta organisasi.
(44)
29
Tabel 2. 1. Perbedaan Masyarakat Uncertainty Avoidance Tinggi dan Rendah Lingkungan Uncertainty Avoidance Rendah Uncertainty Avoidance Tinggi Keluarga Aturan yang lemah mengenai hal-hal
yang kotor dan tabu bagi anak-anak
Aturan yang keras mengenai hal- hal yang kotor dan tabu bagi anak-anak
Perbedaan menimbulkan rasa ingin tahu
Perbedaan merupakan hal yang membahayakan
Tingkat ketegangan dan kecemasan rendah
Tingkat ketegangan dan kecemasan tinggi
Ketidakpastian merupakan hal biasa, dan setiap harinya dianggap sebagai situasi yang tidak pasti
Ketidakpastian yang terjadi terus menerus dalam hidup merupakan ancaman yang harus dilawan Nyaman dengan situasi ambigu dan
risiko yang tidak dikenal
Menerima risiko yang dikenal, takut akan situasi ambigu dan risiko yang tidak dikenal.
Masyarakat Jika peraturan tidak lagi dipatuhi, sebaiknya diganti
Adanya peraturan adalah keharusan, meski tidak dipatuhi Partisipasi tinggi terhadap gerakan
dan kegiatan sukarela
Partisipasi rendah terhadap gerakan dan kegiatan sukarela Toleransi, bahkan terhadap pendapat
ekstrim
Menekan ekstrimis Liberal Konservatif, hukum, dan teratur Aturan sedikit dan umum, baik
tertulis maupun tidak tertulis
Aturan banyak dan spesifik, baik tertulis maupun tidak tertulis
Organisasi Mempercayai pendapat awam Meyakini pendapat ahli dan solusi Teknis
Toleransi pada ide-ide baru dan Berbeda
Menekan perubahan, ide-ide dan penlaku berbeda.
Baik dalam inovasi, buruk dalam Implementasi
Buruk dalam inovasi, baik dalam Implementasi
Fokus pada proses pengambilan Keputusan
Fokus terhadap isi keputusan Toleransi pada ambiguitas dan
kemungkinan mengalami kekacauan
Adanya kebutuhan akan ketepatan dan formalisasi
(Sumber: Hofstede & Hofstede
2.3
Kerangka Berpikir
Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha
Budaya yang terdiri dari berbagai nilai erat hubungannya dengan ciri personal seorang wirausaha. Hal ini secara tidak langsung juga berkaitan dengan
(45)
kemampuan seorang wirausaha menjalankan kewirausahaannya dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Dari sekian ciri personal yang terdapat dalam diri seorang wirausaha, perilaku inovatif merupakan salah satu ciri yang berperan penting dalam menghadapi tantangan globalisasi Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausaha secara umum dapat mengimbangi perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya di era globalisasi yang ada. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa, seorang wirausaha merupakan agen perubahan yang mengenalkan inovasi-inovasi seperti produk, metode prroduksi, teknik penjualan, dan tipe alat pekerjaan yang baru Perilaku inovatif tersebut membuat mereka mampu dalam menghadapi tantangan dengan mengubahnya menjadi peluang. Hal ini dapat menunjang kemajuan bisnis mereka karena dengan perilaku inovatif, mereka mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan gagasan atau ide baru yang lebih baik dalam bentuk produk. Teknik, jasa, dan sebagainya Dengan demikian dapat dikatakan bahwa. dalam menghadapi tantangan globalisasi dimana perkembangan dan persaingan dalam dunia bisnis terus berkembang pesat, perilaku inovatif sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena tanpa gagasan atau ide baru yang inovatif kemungkinan bisnis yang digelutinya menjadi ketinggalan atau tidak dapat bertahan karena konsumen selalu menuntut hal yang baru seiring dengan berkembangnya arus globalisasi
Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausaha tampak erat hubungannya dengan budaya yang ada. Asair (1996) mengatakan budaya atau kepribadian kelompok memainkan peran penting dalam inovasi. Beberapa budaya
(46)
31
mendukung inovasi tetapi yang lain tidak. Ketika invididu seorang yang kreatif dan membangun sebuah tim dengan kemampuan pemecahan masalah yang kreatif, kurang optimal jika lingkungan organisasi kurang menghargai pendapat ide-ide baru.
Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha. uncertainty avoidance merupakan salah salah satu nilai budaya yang dapat mempengaruhi ciri personal seorang wirausaha Budaya dengan uncertainty avoidance yang rendah dapat menerima ketidakpastian dalam hidup secara lebih mudah sehingga mereka umumnya mempunyai keinginan yang kuat untuk mengambil risiko. Mereka meyakini memiliki kontrol terhadap konflik dan kompetisi. Selain itu, mereka juga menganggap bahwa sesuatu yang “berbeda” yang ada di lingkungan bukanlah sesuatu yang mengancam. Oleh karena itu, mereka mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perilaku kreatif dan inovatif. Sedangkan budaya dengan
uncertainty avoidance yang tinggi biasanya menghindari adanya konflik dan kompetisi sehingga mereka biasanya terpaku pada pola perilaku tertentu. Oleh karena itu, mereka memiliki toleransi yang rendah kepada sesuatu yang mereka anggap “berbeda” dan baru
Berdasarkan penelitian mengenai dimensi budaya yang telah dilakukan oleh Hofstede dan Hofstede (2005) terhadap 74 negara, Indonesia yang memperoleh skor 48 dan menempati posisi 60 untuk dimensi uncertainty avoidance. Dengan demikian maka lndonesia tergolong memiliki uncertainty
(47)
avoidance yang rendah. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan oleh Mangundjaya (2006) pada sebuah BUMN X di Indonesia, menyatakan bahwa pegawai pada BUMN X tersebut memiliki uncertainty avoidance tinggi. Adanya perbedaan hasil penelitian ini mengarahkan pada perlunya penelitian-perielitian lebih lanjut yang komprehensif mengenai dimensi uncertainty avoidance pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat multi etnis yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki karakteristik yang beragam pula. Pada penelitian kali ini akan dikaji dimensi
uncertainty avoidance khususnya pada suku Minangkabau. Walaupun pada penelitian yang dilakukan oleh Mangundjaya (2006) ditemukan hasil bahwa pegawai BUMN X yang bersuku Minangkabau mempunyal tingkat uncertainty avoidance yang tinggi. Namun jika dilihat dari pernyataan Navis (1984), masyarakat Minangkabau cenderung dapat menerima perubahan dan perbedaan dalam masyarakat. Masyarakat Minangkabau juga cukup mempunyai fleksibilitas dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian sehingga mereka cenderung mempunyai uncertainty avoidance yang rcndah. Hal ini dapat dilihat dari aturan-aturan yang dapat berubah sesuai kesepakatan yang ada. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan pendapat mengenai tingkat uncertainty avoidance pada masyarakat Minangkabau.
Lebih lanjut, jika dikaitkan dengan perilaku inovatif. Masyarakat dengan
uncertainty avoidance yang rendah lebih mudah menerima perilaku yang bersifat nontradisional. Hal ini membuat wirausaha pada konteks atau situasi ini dapat dengan lebih mudah menikmati kebebasan dalam menampilkan perilaku inovatif
(48)
33
yang umumnya berbeda dari biasanya. Pada situasi uncertainty avoidance yang tinggi perilaku dan ide yang berbeda dilihat sebagai hal yang mencurigakan dan membahayakan sehingga sulit untuk menampilkan perilaku inovatif.
Masyarakat uncertainty avoidance tinggi cenderung mencemaskan ketidakpastian. Hal ini tidak sesuai dengan ciri perilaku inovatif yang memiliki toleransi terhadap ambigiusitas. Namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada masyarkat uncertainty avoidance rendah.
Dalam menciptakn ide-ide baru, individu perlu berfikir out of the box hal ini sesuai dengan masyarakat uncertainty avoidance rendah yang tidak erlalu mementingkan peraturan yang ada. Namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada masyarkat uncertainty avoidance tinggi.
Individu yang memiliki perilaku inovatif adalah individu yang berorientasi pada pencapaian. Hal ini tidak menutup kemungkinan pada persaingan. Masyarakat uncertainty avoidance tinggi akan menghindari konflik dan kompetisi., namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada masyarkat uncertainty avoidance tinggi.
Individu yang memiliki perilaku inovatif adalah individu yang berorientasi pada pencapaian. Hal ini sejalan dengan masyarakat uncertainty avoidance rendah yangmemiliki motivasi berprestasi tinggi, namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada masyarkat uncertainty avoidance tinggi.
Masyarakat uncertainty avoidance rendah, memiliki tingkat stress yang rendah juga. Tingkat stress yang tinggi tidak baik untuk pemunculan perilaku
(49)
inovatif. Karena individu yang inovatif adalah individu yang dapat memotivasi dirinya sendiri untuk hasil yang efektif.
Inovatif adalah menciptakan ide-ide baru dalam bentuk produk, ataupun jasa. Inovasi menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik, hal ini sejalan dengan masyarakat uncertainty avoidance rendah yang tidak menghindari perubahan namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada masyarkat uncertainty avoidance tinggi.
Organisasi pada masyarakat yang memilik nilai budaya uncertainty avoidance tinggi cenderung memiliki banyak ahli karena mereka tidak mempercayai pendapat awam. Hal ini akan menghabat timbulnya perilaku inovatif.
Masyarakat uncertainty avoidance rendah cenderung memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan aktivitas yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan banyak bergabung dengan kegiatan sukarela akan menumbuhkan peilaku inovatif, yaitu menimbulkan motivasi untuk menjadi lebih efektif, untuk menolong orang banyak.
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati Umur diukur dari lahir sampai masa kini atau dari kejadian bermula sampai masa yang sedang dijalani. Semakin dewasa manusia,semakin mudah individu tersebut memiliki sikap toleransi. Toleransi tehadap ambigiusitas adalah salah satu ciri dari individu yang meiliki perilaku inovatif.
(50)
35
Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan. Pada masyarakat yang mengenal "machoisme", umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara maskulin ("jantan" dalam bahasa sehari-hari) dan perempuan berperan secara feminin. Laki-laki dan perempuan mempunyai kondisi psikologis dan orientasi yang berbeda. Berorientasi pada inovasi dan berorientasi pada pencapaian adalah cirri individu yang memiliki perilaku inovatif.
Pengalaman adalah guru yang sangat berharga. Dari pengalaman, individu dapat mengetahui hal yang buruk dan baik serta belajar mengambil hikmahnya untuk memperbaiki/mengoreksi kesalahan masa lalu guna mencapai kualitas hidup yang lebih bernilai. Konsep ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan berbisnis, berelasi, membangun jejaring (networking) ataupun bermasyarakat Salah satu faktor yang menentukan banyaknya-tidaknya wirausahawan memiliki pengalaman adalah lama nya wirausahawan bergelut dibidang wirausaha. Individu yang mempunyai banyak pengalaman dan mengetahui kondisi sebelum masa kini, cenderung mmpunyai motivasi untuk menjadi efektif dibanding sebelumnya.
Tingkat pendidikan individu sangat penting untuk diperhatikan karena tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan tingkah laku mereka. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan kegiatan usaha hendaknya tingkat pendidikan individu harus benar-benar dipertimbangkan.
(51)
Individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tampak memiliki produktivitas yang lebih tinggi pula, apalagi ditambah adanya tingkat lamanya bekerja yang dapat mempengaruhi tingkat ketrampilan dan kreativitas kerjanya. Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung akan menciptaan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas, apat diambil kesimpulan bahwa nilai budaya
uncertainty aoidance (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan, menghindari konflik dan kompetisi , memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela), usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama berwirausaha memiliki pengaruh terhadap peirlaku inovatif.
(52)
37
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Berpikir
Nilai Budaya Uncertainty Avoidance
Perilaku inovatif Mencemaskan ketidakpastian
Usia
Usia Mulai Berwirausaha
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan Mementingkan Peraturan
Menghindari konflik dan kompetisi
Memiliki motivasi berprestasi rendah
Memiliki tingkat stress tinggi
Menghindari perubahan
Meyakini pendapat ahli
Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela
(53)
2.4. Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis mayor dan hipotesis minor, sebagai berikut:
Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah:
H1 : Nilai budaya uncertainty avoidance memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
Hipotesis minor dalam penelitian ini adalah:
H1 : Cemas terhadap ketidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H2 : Mementingkan peraturan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H3 : Menghindari konflik dan kompetisi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H4 : Memiliki motivasi berpestasi rendah memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
(54)
39
H5 : Memiliki tingkat stress tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H6 : Menghindari perubahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H7 : Meyakini pendapat ahli memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H8 : Memiliki partisipasi rendah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H9 : Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada
wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H10 : Lama berwirausaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
H11 : Jenis Kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif
pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta. H12 : Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.
(55)
Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pemahasan tersebut meliputi tujuh bagian yaitu pendekatan dan metode penelitian, variabel penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data, uji instrumen penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
3.1.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini ingin melihat pengaruh nilai buaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, pengaruh tersebut disajikan dalam data yang berbentuk angka-angka sehingga bisa diketahui nilai hubungannya. Oleh karena itu jenis penelitian yang digunakan oleh penelitian adalah penelitian kuantitatif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instruman penulisan, analisis bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Proses penulisan bersifat deduktif, dimana untuk merumuskan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. (Sugiyono, 2008).
(56)
41
3.1.2. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Gay, dalam Sevilla (1993) mengungkapkan bahwa metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipoteis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Tujuan utama metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai, atau sifat yang berdiri sendiri (Sevilla, 1993). Selanjutnya Kerlinger dalam Sevilla (1993) juga menyebutkan variabel sebagai konstruksi atau sifat (properties) yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Sugiyono (2008) mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Sesuai judul dalam penelitian ini, yaitu Pengaruh Nilai Budaya
Uncertainty Avoidance terhadap Perilaku Inovatif Pada Wirausaha Suku Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, maka ada variabel yang diposisikan sebagai akibat, yang disebut DV (Dependent Variable atau variabel terikat) dan
(1)
VAR00085 294.0250 316.589 0.45 .868
VAR00086 295.1250 330.830 -.208 .874
VAR00087 293.6750 317.763 0.44 .869
VAR00088 293.7750 317.153 0.53 .868
VAR00089 293.8750 318.830 0.37 .869
VAR00090 294.5500 325.331 .081 .872
VAR00091 293.8250 320.353 0.34 .870
VAR00092 293.8500 319.310 0.34 .870
VAR00093 293.9500 315.331 0.37 .869
VAR00094 293.8750 311.189 0.64 .866
VAR00095 294.9000 330.503 -.166 .874
VAR00096 294.2000 315.497 0.48 .868
VAR00097 294.6000 326.708 .002 .874
VAR00098 294.1250 324.522 .113 .872
VAR00099 294.2750 316.307 0.36 .869
VAR00100 294.9000 316.451 0.31 .870
VAR00101 293.8500 320.490 0.34 .870
VAR00102 293.7000 322.779 .222 .871
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items .872 102
(2)
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM PERILAKU INOVATIF
(field test)
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 134.1000 193.733 13.91881 44
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 130.7000 186.882 .403 .915
VAR00002 130.8250 187.738 .414 .915
VAR00003 130.8750 184.728 .353 .916
VAR00004 131.0000 184.769 .439 .914
VAR00005 130.5000 190.564 .213 .916
VAR00006 130.6500 177.618 .683 .911
VAR00007 131.3000 187.805 .245 .917
VAR00008 131.0500 184.818 .490 .914
VAR00009 131.2750 189.538 .257 .916
VAR00010 131.1750 186.815 .389 .915
VAR00011 130.8000 186.985 .315 .916
VAR00012 130.9750 182.281 .507 .914
VAR00013 130.9250 181.456 .614 .912
VAR00014 131.3750 186.035 .348 .915
VAR00015 131.2500 185.679 .375 .915
VAR00016 131.1500 181.926 .711 .912
VAR00017 131.3000 185.754 .428 .915
VAR00018 131.0000 185.744 .517 .914
VAR00019 130.9250 186.943 .367 .915
VAR00020 131.3000 185.087 .466 .914
VAR00021 131.5250 181.487 .507 .914
VAR00022 131.5250 184.666 .442 .914
VAR00023 131.1250 184.215 .543 .913
VAR00024 131.4250 185.687 .426 .915
VAR00025 131.0000 180.103 .624 .912
VAR00026 130.9500 188.562 .304 .916
VAR00027 131.2500 186.603 .470 .914
VAR00028 131.8500 184.285 .401 .915
VAR00029 130.8250 186.353 .373 .915
VAR00030 130.8500 186.644 .389 .915
VAR00031 130.4000 189.067 .349 .915
VAR00032 131.1500 183.669 .523 .913
VAR00033 131.0250 185.256 .451 .914
VAR00034 130.6750 186.994 .393 .915
(3)
VAR00036 130.8750 187.753 .330 .915
VAR00037 130.8250 189.276 .272 .916
VAR00038 130.8500 187.464 .340 .915
VAR00039 130.9500 183.074 .424 .915
VAR00040 130.8750 180.984 .653 .912
VAR00041 131.2000 182.933 .569 .913
VAR00042 131.2750 184.358 .395 .915
VAR00043 131.9000 184.913 .322 .916
VAR00044 130.8500 188.336 .342 .915
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(4)
Regresi variabel 1 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .492a .242 .234 12.39419
a. Predictors: (Constant), Mencemaskan ketidakpastian
Regresi variabel 1 &2 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .495a .245 .230 12.43392
a. Predictors: (Constant), Mementingkan peraturan, Mencemaskan ketidakpastian
Regresi varibel 1,2,3 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .552a .305 .283 11.99672
a. Predictors: (Constant), Menghindari konflik dan kompetisi, Mementingkan peraturan, Mencemaskan ketidakpastian
Regresi varibel 1,2,3,4 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .555a .308 .279 12.02593
a. Predictors: (Constant), Memiliki motivasi berprestasi rendah, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Mencemaskan ketidakpastian
Regresi varibel 1,2,3,4,5 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .563a .317 .281 12.01082
a. Predictors: (Constant), Memiliki tingkat stress tinggi, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Mencemaskan ketidakpastian
(5)
Regresi varibel 1,2,3,4,5,6 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .764a .584 .557 9.42589
a. Predictors: (Constant), Menghindari perubahan, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Mencemaskan ketidakpastian, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi
Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .765a .586 .554 9.45993
a. Predictors: (Constant), Meyakini pendapat ahli, Memiliki tingkat stress tinggi, Mementingkan peraturan, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian
Regresi varibel 1,2,3, 4,5,6,7,8 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .784a .614 .581 9.17426
a. Predictors: (Constant), Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi,
Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian
Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .784a .615 .576 9.22378
a. Predictors: (Constant), Usia, Menghindari konflik dan kompetisi, Mementingkan peraturan, Memiliki tingkat stress tinggi, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian
(6)
Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .784a .615 .571 9.27507
a. Predictors: (Constant), lama berwirausaha, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Menghindari perubahan, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Mencemaskan ketidakpastian, Usia
Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .786a .618 .570 9.28887
a. Predictors: (Constant), Jenis kelamin, Menghindari konflik dan kompetisi, Mementingkan peraturan, Memiliki tingkat stress tinggi, Usia, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Meyakini pendapat ahli, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, lama berwirausaha
Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 dengan perilaku inovatif
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .789a .623 .570 9.28391
a. Predictors: (Constant), Tingkat pendidikan, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, lama berwirausaha, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Jenis kelamin, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, Usia