Ciri-ciri Nilai Budaya Uncertainty Avoidance

personal, tetapi juga terbagi dengan anggota lainnya dalam suatu masyarakat. Perasaan ini diwarisi dan dapat dipelajari melalui kelompok dasar dalam suatu budaya, seperti masyarakat, sekolah, dan negara Hofstede, 1997. Pola perilaku dari suatu masyarakat dapat berbeda dengan anggota dari masyarakat yang lain. Terdapat dua karakteristik uncertainly avoidance di masyarakat, yaitu masyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi dan rendah. Berikut ini adalah gambaran ciri-ciri masyarakat dengan tingkat uncertainty avoidance tinggi dan rendah pada lingkungan keluarga, masyarakat dan organisasi.

2.2.5 Ciri-ciri Nilai Budaya Uncertainty Avoidance

Berikut adalah penjelasan Hoftede lebih lanjut mengenai masyarakat yang mempunyai nilai budaya uncertainty avoidance: a. Mencemasakan ketidakpastian. Masyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi merasa nyaman bila masa kini dan masa depan mereka berada dalam situasi dan kondisi yang jelas. Mereka cenderung merasa cemas terhadap ketidakpastian hidup dan memandangnya sebagai sesuatu yang mengancam dan harus dilawan. Sedangakn individu yang memiliki uncertainty avoidance yang rendah akan tetap merasa nyaman walaupun mereka tidak memiliki kepastian terhadap masa kini maupun masa depan. Sikap tersebut ditunjukkan dengan ciri-ciri pada masyarakat uncertainty avoidance rendah, yaitu menerima bahwa hidup memang dipenuhi oleh ketidakpastian dan cara menghadapinya adalah dengan menjalani masa kini. b. Mementingkan peraturan. Masyarakat uncertainty avoidance tinggi mementingkan adanya peraturan, institusi hukum, dan kontrol yang dapat mengurangi ketidakpastian.. Oleh karena itu, masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki aturan yang ketat dan rinci dalam mengatur kehidupannya sehari-hari. Dalam konteks keluarga, aturan diajarkan secara tegas kepada anak-anak, antara lain tentang hal-hal apa yang dianggap tabu dan pemikiran yang harus dihindari. Bagi keluarga dengan uncertainty avoidance tinggi, perbedaan adalah hal yang harus dihindari karena membahayakan.Dalam kehidupan bermasyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi, cenderung memiliki jumlah peraturan dalam kehidupan bernegara yang lebih banyak dan lebih spesifik daripada negara dengan uncertainty avoidance rendah. Bagi mereka kehadiran peraturan sangatlah penting, walaupun tidak dipatuhi oleh warganya. Dalam lingkungan organisasi, masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki banyak aturan untuk mengendalikan kinerja karyawan. Masyarakat uncertainty avoidance rendah meiliki sedikit peraturan yang benar-benar dipakai dan perlu. Di dalam keluarga, orang dengan uncertainty avoidance rendah tidak memiliki aturan yang ketat. Anak- anak memiliki kebebasan untuk mengalami hal-hal baru dan dapat memutuskan mana yang dianggap baik dan tidak baik. Sehingga perbedaan yang muncul dalam keluarga dipandang sebagai sesuatu yang wajar dan tidak harus dihindari. Dalam kehidupan bermasyarakat, hanya terdapat sedikit aturan dan umum. Aturan yang ada dapat menjadi sesuatu yang menyeramkan. Bagi mereka, aturan dan hukum hanya dibutuhkan dalam situasi yang sangat penting. Mereka berkeyakinan bahwa masalah dapat dipecahkan meskipun tanpa aturan formal. c. Menghindari konflik dan kompetisi Pada Masyarakat uncertainty avoidance tinggi, konflik dalam organisasi adalah sesuatu yang tidak diinginkan, kompetisi antara karyawan tidak bisa diterima. Dalam organisasi masyarakat uncertainty avoidance rendah memungkinkan antar karyawan untuk saling berkompetisi, adanya harapan untuk sukses. Masyarakat uncertainty avoidance rendah dapat mengatur konflik dan kompetisi sebagai suatu hal yang membangun. d. Memiliki motivasi berprestasi rendah Masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Sedangkan masyarakat nilai budaya uncertainty avoidance rendah memiliki motivasi berprestasi yang kuat. e. Memiliki tingkat stress tinggi Masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki tingkat stress yang tinggi sedangkan masyarakat uncertainty avoidance rendah memiliki stress pekerjaan dan kecemasan lebih rendah. f. Menghindari perubahan Dalam konteks organisasi, masyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi memiliki kecenderungan menghindari perubahan sedangkan masyarakat uncertainty avoidance rendah terbuka dalam menghadapi perubahan dan hal-hal baru. g. Meyakini pendapat ahli Organisasi pada masyarakat yang memilik nilai budaya uncertainty avoidance tinggi cenderung memiliki banyak ahli karena mereka tidak mempercayai pendapat awam. Sedangkan di dalam lingkungan organisasi, masyarakat uncertainty avoidance rendah mempercayai pendapat awam bila menghadapi suatu masalah. h. Partisipasi rendah pada kegiatan sukarela. Masyarakat uncertainty avoidance rendah cenderung memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan aktivitas yang bermanfaat bagi masyarakat. Berikut ini pada tabel 2.1 adalah karakteristik mnasyarakat uncertainty avoidance tinggi dan rendah pada lingkungan keluarga, masyarakat serta organisasi. Tabel 2. 1. Perbedaan Masyarakat Uncertainty Avoidance Tinggi dan Rendah Lingkungan Uncertainty Avoidance Rendah Uncertainty Avoidance Tinggi Keluarga Aturan yang lemah mengenai hal-hal yang kotor dan tabu bagi anak-anak Aturan yang keras mengenai hal- hal yang kotor dan tabu bagi anak- anak Perbedaan menimbulkan rasa ingin tahu Perbedaan merupakan hal yang membahayakan Tingkat ketegangan dan kecemasan rendah Tingkat ketegangan dan kecemasan tinggi Ketidakpastian merupakan hal biasa, dan setiap harinya dianggap sebagai situasi yang tidak pasti Ketidakpastian yang terjadi terus menerus dalam hidup merupakan ancaman yang harus dilawan Nyaman dengan situasi ambigu dan risiko yang tidak dikenal Menerima risiko yang dikenal, takut akan situasi ambigu dan risiko yang tidak dikenal. Masyarakat Jika peraturan tidak lagi dipatuhi, sebaiknya diganti Adanya peraturan adalah keharusan, meski tidak dipatuhi Partisipasi tinggi terhadap gerakan dan kegiatan sukarela Partisipasi rendah terhadap gerakan dan kegiatan sukarela Toleransi, bahkan terhadap pendapat ekstrim Menekan ekstrimis Liberal Konservatif, hukum, dan teratur Aturan sedikit dan umum, baik tertulis maupun tidak tertulis Aturan banyak dan spesifik, baik tertulis maupun tidak tertulis Organisasi Mempercayai pendapat awam Meyakini pendapat ahli dan solusi Teknis Toleransi pada ide-ide baru dan Berbeda Menekan perubahan, ide-ide dan penlaku berbeda. Baik dalam inovasi, buruk dalam Implementasi Buruk dalam inovasi, baik dalam Implementasi Fokus pada proses pengambilan Keputusan Fokus terhadap isi keputusan Toleransi pada ambiguitas dan kemungkinan mengalami kekacauan Adanya kebutuhan akan ketepatan dan formalisasi Sumber: Hofstede Hofstede

2.3 Kerangka Berpikir