32
2.4 Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Talang Anau adalah bahasa Minangkabau atau juga sering disebut bahasa Urang Awak. Bahasa Minang dipakai
di seluruh daerah Sumatera Barat kecuali Kepulauan Mentawai. Tetapi Masyarakat Talang Anau memiliki pengucapan yang sedikit berbeda dengan bahasa
Minangkabau pada umumnya. Seperti : Pedas : Padeh Podeh dialek Talang Anau; Emas : Ameh Omeh dialek Talang Anau. Logat dan pengucapan bahasa
dari masyarakat Talang Anau sudang berbeda dengan masyarakat di kota Padangnya. Perbedaan inilah yang membuat penulis kesulitan dalam berkomunikasi dengan para
informan. Masyarakat Minangkabau sangat jarang menggunakan bahasa Indonesia jika dengan sesama Urang Awak.
15
Apalagi di daerah pedesaan, sangat sulit bagi mereka menggunakan bahasa Indonesia karena setiap harinya menggunakan bahasa
ibu mereka bahasa Minangkabaubahasa urang awak.
2.5 Kesenian
Nagari Talang Anau memiliki beberapa grupkelompok kesenian, seperti randai, saluang, rabah, Talempong Pacik, Talempong Rea, dan Talempong Batu. Grup
kesenian tersebut tidak permanen dan tidak memiliki struktur kepengurusan, karena grup kesenian ini digunakan hanya pada saat tertentu saja. Contoh, 1. Randai
ditampilkan pada saat acara perkawinan masyarakat Talang Anau, atau acara-acara masyarakat lainnya di Jorong Talang Anau; 2. Talempong Pacik digunakan pada
saat arak-arakan pengantin pesta perkawinan; 3. Talempong Rea digunakan bersamaan dengan saluang, rabah, maupun sarunai untuk memainkan lagu-lagu pop
Minangkabau yang menjadi hiburan pada saat acara adat, pemerintahan ataupun jika
15
Urang awak suku Minangkabau.
Universitas Sumatera Utara
33 ada pengunjungturis yang ingin melihatnya; 4. Talempong Batu digunakan untuk
acara hiburan, acara pemerintahan, adat Bayan Kaulan memenuhi nazar, atau bahkan menjadi sarana komunikasi bagi warga Talang Anau; 5. Grup tari di bentuk
jika ada masyarakat yang membuat acara dan meminta hiburan tarian, disitulah baru di bentuk, jadi grup tari di Talang Anau tidak memiliki struktur tetap yang
mengorganisirnya.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Talempong Batu adalah instrumen idiofon yang berasal dari bongkahan-
bongkahan batu yang terdapat di sekitar Nagari Talang Anau, Sumatera Barat. Talempong Batu ini tidak sama dengan Talempong pada umumnya yang terbuat dari
kuningan dan berbentuk gong kecil. Masyarakat se kitar menyebutnya “Talempong
Batu” atau “Batu Talempong,” karena batu-batu besar tersebut jika di pukul akan mengeluarkan bunyi yang nyaring seperti Talempong kuningan pada umumnya yang
ada di Minangkabau. Talempong ini memiliki bentuk tidak beraturan seperti halnya sebuah batu alam atau batu gunung.
Menurut penjelasan Bapak Ril Afrizal, Talempong Batu ini ada sekitar tahun 1200-an yang ditemukan oleh Syamsudin di depan rumahnya setelah beliau
bermimpi.
1
Masyarakat di Nagari Talang Anau sangat menjaga keutuhan Talempong Batu, dan sangat menghormati Syamsudin yang telah menemukan batu tersebut.
Maka dari itu, sebelum memainkan batu tersebut masyarakat selalu membakar kemenyan terlebih dahulu. Membakar kemenyan adalah kebiasaan yang selalu
dilakukan pemain Talempong Batu sebelum memainkannya, ini adalah kepercayaan lokal yang ada di Nagari Talang Anau. Kepercayaan lokal tersebut diyakini bahwa
tata cara pembakaran kemenyan apabila tidak dilakukan, niscaya bongkahan batu ini tidak akan menimbulkan bunyi yang nyaring seperti Talempong pada umumnya,
tetapi akan tetap berbunyi layaknya seperti batu biasa yang dipukul. Namun pada
1
Informasi ini didapat dari hasil wawancara dengan pengelola dan pemain Talempong Batu di nagari Talang Anau, yaitu Bapak Ril Afrizal pada tanggal 11 Agustus 2015 pukul 11.30 WIB. Dan dari
http:budparpora.limapuluhkota.go.idpostviewkeo1coj18wb74mqjkb3etalempong-batu-talang- anau
Universitas Sumatera Utara