Talempong Batu Stone Chime

39 Gambar 4 : Talempong Jao Metalophone Gambar milik pribadi Nanda Riztia Paiss

3.1.4 Talempong Batu Stone Chime

Talempong Batu adalah talempong yang berasal dari bongkahan-bongkahan batu gunung yang terdapat di sekitar Nagari Talang Anau. Talempong ini banyak memiliki kemistisan, diantaranya adalah ritual membakar kemenyan sebelum memainkannya, dan mengeluarkan getaran-getaran bunyi tanpa dipukul. Keberadaan talempong batu ini sudah di lindungi dalam UU no 10 tahun 2011, wilayah kerja provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau tentang Cagar Budaya. 21 Otoritas penanggung jawab saat ini adalah pemerintah, bukan lagi sebagai warisan adat budaya setempat. Talempong Batu dimainkan tanpa instrumen tambahan seperti Talempong Pacik dan Talempong Duduak. Talempong Batu berjumlah 6 buah bongkahan batuan gunung yang berukuran besar. Maka dari itu, talempong ini hanya memainkan lagu-lagu dari Talempong Pacik. Reportoar yang biasa dimainkan 21 Informasi ini diperoleh dari hasil penelitian lapangan penulis di Talang Anau. Universitas Sumatera Utara 40 Talempong Batu yaitu tiga lagu saja, 1. Cak tuntun tigo kali, 2. Basilah baju dan 3. Siamang tagagau 22 . Gambar 5 : Talempong Batu di Nagari Talang Anau Dokumentasi pribadi Nanda Riztia Paiss

3.2 Sejarah Talempong Batu di Nagari Talang Anau

Menurut penjelasan Bapak Ril Afrizal sebagai pengelola Talempong Batu pada wawancara Agustus 2015, Talempong Batu ini ada sekitar tahun 1200-an yang ditemukan oleh Syamsudin di depan rumahnya setelah beliau bermimpi, dalam mimpinya tersebut Syamsudin merasa bahwa di daerah sekitarnya berdiri bemunculan sejumlah titik-titik cahaya yang menerangi kegelapan waktu itu, awalnya Syamsudin tidak menggubris mimpinya tersebut, tapi pada malam-malam selanjutnya dan berturut-turut selama tiga malam mimpi itu selalu menghiasi tidurnya, dan seakan-akan ada yang memintanya untuk melakukan sesuatu. Akhirnya Syamsudin menemukan batu-batu berbunyi nyaring itu disekitaran rumahya dan membawanya ke suatu tempat untuk diletakkan diatas sebuah lubang sebagai 22 Hasil wawancara dengan bapak Ril Afrizal pengelola talempong batu. Universitas Sumatera Utara