the Right to Development of 1986 pada sidang umum PBB, menetapkan bahwa
prinsip-prinsip hukum internasional yang relevan terhadap kegiatan-kegiatan pelaku yang terlibat bersifat instrumental dalam mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan secara efektif. Deklarasi New Delhi disepakati tanggal 6 April 2002 oleh anggota peserta kongres ke-70 International Law Asociation di New Delhi,
India
77
C.1. Pengaturan Pembangunan Berkelanjutan dalam Perjanjian-
Perjanjian Internasional
.
a. Konvensi Keanekaragaman Hayati 1992
Dalam Konvensi ini, tidak dijelaskan mengenai pembangunan berkelanjutan, tetapi konvensi ini mengandung makna pembangunan di dalamnya.
Dalam konvensi ini, makna pembangunan terdapat pada : 1.
Pembukaan yang bunyinya: “Mengakui bahwa pembangunan ekonomi dan sosial serta pengentasan
kemiskinan merupakan prioritas pertama dan utama negara-negara berkembang”
78
2. Pasal 3 tentang Prinsip, yang isinya :
.
“Sesuai dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan azas-azas hukum internasional, setiap negara mempunyai hak berdaulat untuk
memanfaatkan sumber-sumber dayanya sesuai dengan kebijakan pembangunan lingkungannya sendiri, dan tanggungjawab untuk
menjamin bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam yurisdiksinya atau kendalinya tidak akan menimbulkan kerusakan
77
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijakasanaan Lingkungan Nasional, Edisi ke-3, 2005, Erlangga, University Press, Surabaya, Hlm 59
78
Terjemahan Resmi Salinan Asli Naskah Asli Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati.
Universitas Sumatera Utara
terhadap lingkungan negara lain, atau kawasan lain di luar batas yurisdiksi nasionalnya.
3. Pasal 8 huruf e, yang berbunyi :
“Memajukan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan di kawasan yang berdekatan dengan kawasan lindung dengan maksud
untuk dapat melindungi kawasan-kawasan ini
79
Dalam UU No. 5 tahun 1994, konsep pembangunan berkelanjutan hanya terdapat dalam bagian penjelasan umum huruf d, yang berbunyi: “Kerja sama
regional dan internasional mengenai pemeliharaan dan perlindungan lingkungan hidup, dan peran serta dalam pengembangan kebijaksanaan internasional serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang lingkungan perlu terus ditingkatkan bagi kepentingan pembangunan berkelanjutan
.
80
b. Protokol Cartagena 2000
”.
Konsep pembangunan berkelanjutan dalam protocol Cartagena, termuat dalam UU No. 21 tahun 2004, yaitu sebagai berikut :
1. Bagian menimbang huruf b ;
“bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati sangat kaya yang perlu dikelola untuk
melaksanakan pembangunan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umum”.
2. Pasal 2 ayat 1;
79
Ibid. Pasal 3 dan Pasal 8
80
Penjelasan Umum UU No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convetion on Biological Diversity
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati.
Universitas Sumatera Utara
“Setiap pihak yang termasuk dalam lampiran I, dalam mencapai komitmen pembatasan dan pengurangan jumlah etnisnya berdasarkan
Pasal 3, dalam rangka mendorong pembangunan berkelanjutan, wajib: . . .”.
3. Pasal 10 ;
“Semua pihak dengan mempertimbangkan tanggungjawab bersama tetapi berbeda dan prioritas pembangunan nasional dan regional yang
spesifik, tujuan dan keadaan, tanpa mengenalkan setiap komitmen baru untuk parapihak yang tidak termasuk dalam Lampiran I, tetapi
menegaskan kembali komitmen yang ada berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Konvensi, dan merumuskan peningkatan pelaksanaan komitmen
tersebut untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan Pasal 4 ayat 3, 5, dan 7 Konvensi, wajib : . . . ”.
4. Pasal 12 ;
“Tujuan dari mekanisme pembangunan bersih adalah untuk membantu para pihak yang tidak termasuk dalam Lampiran I dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan dan berkontribusi untuk mencapai tujuan
81
c. Konvensi Perubahan Iklim