Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan

sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara memberikan keyakinan bagi bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai, bila di dasarkan atas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan, dengan sesame manusia, maupun dengan alam. Manusia, masyarakat, lingkungan hidup, memiliki hubungan timbal balik yang harus selalu dibina dan dikembangkan agar tetap dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan yang dinamis. Undang-Undang Dasar 1945, sebagai landasan Konstitusional, mewajibkan agar sumber daya alam dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, seperti yang tercantum dalam Pasal 33, yakni : Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kemakmuran rakyat tersebut harus dapat dinikmati generasi masa kini dan generasi mendatang secara berkelanjutan 132

C. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan

. Permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia selalu berubah dan makin kompleks, seiring dengan makin bertambahnya tuntutan pembangunan yang akan dihadapi, sedangkan kemampuan dan sumber daya pembangunan yang tersedia cenderung terbatas. Sumber daya yang tersedia harus dioptimalkan oleh pemerintah untuk memenuhi tuntutan yang tidak terbatas dengan membuat pilihan dalam bentuk skala prioritas. Pengaturan Hukum Nasional mengenai Pembangunan Berkelanjutan dimulai pada saat Pasca 132 Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutam Berwawasan Lingkungan, Bumi Aksara, Jakarta, 2009 hal. 4-5 Universitas Sumatera Utara Konferensi Stockholm. Hal tersebut juga dimulai dengan di terbitkannya SK Presiden No. 60 Tahun 1972, tanggal 17 Oktober 1972 tentang Panitia Perumus dan Perencana Kerja Pemerintah Bidang Pengembangan Lingkungan Hidup. Kemudian lahirlah TAP MPR No. IVMPR73GBHN Bab 3 Huruf B ayat 10, yang dalam pelaksanaan pembangunan, dimana sumber-sumber alam Indonesia harus digunakan secara rasionil. Pengalihan sumber daya alam tersebut harus diusahakan tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan kebijakan yang menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang 133 Sumber utama kebijakan utama dari pembangunan di Indonesia semuanya bersumber kepada Undang-Undang Dasar UUD 1945. Hingga saat ini, UUD 1945 telah empat kali di amandemen, dimana konsep mengenai pembangunan berkelanjutan baru dimasukkan dalam amandemen yang keempat yang ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002. Dengan adanya pengaturan mengenai hak atas lingkungan sebagai hak asasi manusia dan dengan di adopsinya prinsip pembangunan berkelanjutan dalam UUD 1945 menjadikan konstitusi negara Indonesia sudah bernuansa hijau Green Constitution . C.1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 134 . Istilah Green Constitution ini dapat dilihat dalam pasal 28 huruf A UUD 1945 menyatakan bahwa “ Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya 135 dan pasal 33 ayat 4 UUD 1945 yang menyatakan bahwa 136 133 Syafruddin Siba, Hukum Lingkungan, Dikutip dari Bahan Kuliah Hukum Lingkungan, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2015 134 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution : Nuansa Hijau UU Negara Republik Indonesia, Tahun 1945 , Jakarta, Rajawali, Pers, 2010, hlm 9 135 Indonesia, UUD 1945 pasal 28 huruf A 136 UUD 1945, Pasal 33 ayat 4 : Universitas Sumatera Utara “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Green Constitution ini dipandang perlu, karena dianggap peraturan perundang-undangan yang ada sekarang ini dipandang masih belum mencukupi untuk memaksa para penentu kebijakan untuk tunduk dan mematuhi kebijakan- kebijakan di bidang lingkungan hidup. dalam pertarungan antar sektor di pemerintahan, kepentingan lingkungan hidup, dalam praktik, sering dikalahkan oleh sektor-sektor atau kebijakan-kebijakan yang lain, seperti pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan, investasi, pariwisata, dan lain sebagainya 137 Untuk Status Lingkungan Hidup dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia, dalam rumusan Pasal 28 huruf H ayat 1 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan . Beberapa hal penting dalam UUD 1945 tentang kekuasaan pasca perubahan keempat pada tahun 2002, yaitu mengenai konstitusionalisasi kebijakan ekonomi dan peningkatan status lingkungan hidup dikaitkan dengan hak-hak asasi manusia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar. Pada rumusan BAB XIV UUD 1945, yang terkait dengan konstitusionalisasi kebijakan ekonomi, semula hanya berjudul “Kesejahteraan Sosial”, akan tetapi sejak perubahan keempat pada tahun 2002, menjadi “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial”. 138 137 Jimly Asshiddiqie, Op. Cit. Hlm. 13 138 UUD 1945 Pasal 28 H ayat 1 . Akibat dari Konstitusionalisasi dari Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945, Negara diwajibkan menjamin terpenuhinya Hak setiap orang untuk Universitas Sumatera Utara memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jadi, semua kebijakan dan tindakan pemerintahan dan pembangunan harus mengikuti ketentuan mengenai hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang baik dan sehat 139 Perancang dan Perumus Pasal UUD 1945 sebelumnya belum membayangkan apa yang kemudian akan menjadi arus utama dan pemikiran di Abad ke-21 tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yaitu adanya pengertian mengenai satu kesatuan ekosistem, karena itu, yang penting bukan hanya bumi dan air sebagaimana disebut dalam UUD 1945, tetapi termasuk juga udara. Dalam pasal 33 ayat 4 UUD 1945, kata “berkelanjutan” itu tersebut terkait dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini terkait dengan perkembangan gagasan tentang pentingnya wawasan, pemeliharaan, pelestarian, dan perlindungan lingkungan hidup yang sehat. Sebaliknya, prinsip pembangunan yang berkelanjutan juga harus diterapkan dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan, sebagaimana dinyatakan oleh Jimly Asshiddiqie yaitu, tidak ada pembangunan berkelanjutan tanpa lingkungan hidup sebagai unsur utamanya, dan tidak ada wawasan lingkungan tanpa pembangunan berkelanjutan . 140 Aktivitas ekonomi dalam masyarakat maupun kegiatan kemasyarakatan lainnya tidak boleh hanya mempertimbangkan kepentingan jangka pendek. Jika keuntungan hari ini diperoleh melalui cara-cara atau langkah-langkah dan tindakan-tindakan yang dapat merusak potensi dan daya dukung alam, maka kegiatana tersebut yang dianggap dapat memberi manfaat untuk masa kini, dapat dikatakan tidak sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Jika hal itu tercermin dalam perumusan kebijakan berarti kebijakan demikian dapat dikatakan bertentangan dengan konstitusi. Jika hal itu tercermin dalam tindakan-tindakan . 139 Jimly Asshiddiqie, Op. Cit. Hlm 91 140 Ibid . hlm 134 Universitas Sumatera Utara pemerintahan, maka hal demikian juga dapat dikatakan bertentangan dengan UUD 1945. Secara konsep, pembangunan di Indonesia dimulai sejak tahun 1969 Repelita, yang tidak dapat dilepaskan dari kebijakan ekonomi baru di Indonesia yang terkait dengan permodalan, khususnya modal asing. Sebagaimana diketahui, kebijakan ini dimulai dengan diundangkannyaa UU No. 1 Tahun 1967 tentang Modal Asing dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Modal Dalam Negeri. Dalam Repelita yang pertama ini, aspek lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan belum masuk dalam konsep pembangunan pada saat itu, dan juga karena terkait dengan permasalahan ini masih terjadi perdebatan di forum PBB karena pada mulanya masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan ini, khususnya bagi negara berkembang, dikhawatirkan akan menghambat laju pembangunan yang sedang dilaksanakan. Hal ini berlangsung hingga tahun 1972, dimana pada saat itu dicapai kesepakatan tentang hubungan antara masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan dengan pembangunan. Perkembangan ini telah mendorong dirumuskannya kembali konsep pembangunan Indonesia yang kemudian dikenal dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan dimulai pada Repelita II, 1974 141 141 Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia , Edisi ke 3, Cet 1, Bandung, Alumni, 2001, hlm. 32-33 , dimana pada saat itu aspek lingkungan lebih ditekankan dibandingkan dengan aspek pembangunan lainnya. Universitas Sumatera Utara C.2. Perundang-Undangan Indonesia di Bidang Lingkungan Hidup C.2. a. UU No. 4 Tahun 1982 Pengaruh dari konsep pembangunan berkelanjutan, pada tahun 1982, yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pengelolahan Lingkungan Hidup UUPLH 1982 dan dilanjutkan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPLH 1997. Baik UUPLH 1982 maupun UUPLH 1997 pada dasarnya memiliki asas dan sasaran yang sama. Demikian pula dalam hal menganai hak, kewajiban, serta peran masyarakat dalam lingkungan hidup. Hanya penekanan prinsip dan cakupannya yang berbeda. Perbedaan antara UUPLH 1982 dan UUPLH 1997 yaitu, adanya perkembangan di dunia, UUPLH 1997 telah mengadopsi prinsip-prinsip dari UNCED atau Konferensi PBB mengenai lingkungan dan pembangunan yaitu Konferensi khusus tentang lingkungan dan pembangunan yang dikenal sebagai KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil. Mengenai hubungannya dengan hak dan kewajiban masyarakat, pada dasarnya ketiga Undang-Undang tersebut memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Demikian halnya dengan tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang memiliki kesamaan prinsip, kecuali mengenai prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjadi salah satu sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang digariskan oleh UUPLH 1997 Pasal 4 Huruf C 142 142 N.H.T, Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, ed 2, Jakarta, Erlangga, 2004, hlm 351 . Universitas Sumatera Utara Menurut UUPLH 1982, dalam Pasal 3 yang hanya memuat satu asas saja, yaitu asas pembangunan berkesinambungan, yang menyatakan bahwa “Pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia” 143 C.2. b. UU No. 23 Tahun 1997 . Istilah pembangunan berkelanjutan tidak dinyatakan secara tersurat dalam UUPLH 1982, tetapi menggunakan istilah pembangunan yeng berkesinambungan. UU No. 4 Tahun 1982 ini sudah tidak berlaku lagi dan di cabut dengan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perkembangan selanjutnya UU No. 4 Tahun 1982 dicabut dan digantikan dengan UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup. dalam UU ini tidak lagi diadakan pembedaan antara pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan pembangunan yang berkesinambungan, tetapi, UU ini menggunakan istilah baru lagi, yaitu “Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Hidup”. konsideran UU no. 23 Tahun 1997 antara lain menjelaskan tentang mengapa masyarakat harus melaksanakan pembangunan berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Hidup, seperti pada pertimbangan huruf b, bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup, berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan 143 Indonesia, UU Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 4 tahun 1982, LN. No. 12 tahun 1982, TLN No. 3215, Ps 3 Universitas Sumatera Utara kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan 144 Prinsip pengelolaan lingkungan hidup yang di anut oleh UUPLH 1997 sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 . 145 C.2. c. UU No. 32 Tahun 2009 : “Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggungjawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Ketiga prinsip diatas, yaitu prinsip tanggung jawab negara, prinsip pembangunan berkelanjutan, prinsip manfaat dengan tujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan saling terkait erat dan mencerminkan kepentingan-kepentingan yang terpadu dalam berbagai dimensi. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 ini sudah tidak berlaku lagi dan di cabut dengan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengaturan terbaru terkait dengan pengalolaan lingkungan hidup yaitu diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPPLH 2009. Terkait dengan isu pembangunan berkelanjutan, dapat dilihat dalam pasal 2 UUPPLH 2009, mengenai asas, tujuan, dan ruang lingkup, yang berbunyi 146 144 Http:caramembuatblog2010.blogspot.co.id201401bab-ii-pembahasan-2.html?=1 diakses pada tanggal 18 November 2016, pukul 00.40 WIB 145 Indonesia, UU Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU no. 23 tahun 1997, LN No. 68 Tahun 1997, TLN. No. 3699 Ps. 3 146 Indonesia,UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN No. 5059, Pasal 2 : Universitas Sumatera Utara Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas : a. Tanggung jawab negara b. Kelestarian dan keberlanjutan c. Keserasian dan keseimbangan d. Keterpaduan e. Manfaat f. Kehati-hatian g. Keadilan h. Ekoregion i. Keanekaragaman hayati j. Pencemar membayar k. Partisipatif l. Kearifan Lokal m. Tata Kelola Pemerintahan yang baik n. Otonomi daerah. Pasal 3 UUPPLH 2009 mengenai tujuan 147 a. Melindungi wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup , yang berbunyi : Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan : b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia c. Menjamin keberlangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup 147 UUPPLH No. 32 Tahun 2009, Ibid. Pasal 3 Universitas Sumatera Utara e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan g. Menjamin pemenuhan kebutuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan j. Mengantisipasi isu lingkungan global. Berdasarkan hasil penelitian, kajian tentang Pembangunan Berkelanjutan dalam UU No. 32 tahun 2009 terdapat dalam beberapa pasal, yaitu : 1. Dalam bagian menimbang huruf b, yang berbunyi : “bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan” 148 2. Pasal 1 angka 3, yang berbunyi : . “ Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi, kedalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup, serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”. 3. Pasal 1 angka 10 148 Pembukaan UU No. 32 tahun 2009 bagian menimbang huruf b Universitas Sumatera Utara “Kajian lingkungan hidup strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif, untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah danatau kebijakan, rencana, danatau program”. 4. Pasal 15 ayat 3 huruf c “rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan, kebijakan, rencana, danatau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan 149 5. Dalam penjelasan umum angka 1 ”. “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain”. 6. Penjelasan umum angka 3 “Pembangunan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. sebagai konsekuensinya, kebijakan rencana, danatau program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban 149 UU No. 32 tahun 2009 Universitas Sumatera Utara melakukan pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan 150 ”. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 ini merupakan Hukum Positif yang mengatur masalah Lingkungan Hidup di Indonesia. Undang-Undang ini sebagai “Umberella Act” bagi Indonesia. 150 Penjelasan umum angka 1 dan angka 3 UU No. 32 Tahun 2009 Universitas Sumatera Utara 97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan