Kesimpulan Saran Aspek Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia atas Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Relevansinya dengan UNEP

97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengaturan Hukum Internasional tentang Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat dari Deklarasi Stockholm yang terdapat dalam prinsip 4, 13, 15 sampai dengan prinsip 20. Kemudian dilanjut dengan Deklarasi Rio 1992, yang terdapat pada pasal 1, 4, 5, 7, 8, 12, 20, 21, 22, 24, 27. Selain itu, diatur juga dalam Konferensi-konferensi lainnya dan diatur juga dalam perjanjian-perjanjian internasional, seperti: Konvensi Keanekaragaman Hayati, Konvensi Perubahan Iklim, Protocol Cartagana, UNCLOS dan lain sebagainya. 2. Kewenangan UNEP dalam melaksanakan Program Pembangunan Berkelanjutan dalam Instrumen Hukum Internasional, tidak bersifat menyelesaikan masalah lingkungan atau membiayai badan lain untuk tugas tersebut. UNEP juga menjadi koordinator utama dalam Sistem Pembangunan Berkelanjutan untuk urusan lingkungan hidup. UNEP membantu pengembangan teknik dan sarana untuk memperhitungkan pertimbangan lingkungan kedalam pembangunan, pengambilan keputusan dibidang sosial, dan ekonomi. Selain itu, UNEP juga memiliki 3 sumber dana dalam melakukan tugasnya yang jumlahnya jauh dari mencukupi. 3. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat dalam UUD RI Tahun 1945 pada Pasal 28 A dan Pasal 33 ayat 4 UUD 1945 yang memuat tentang Lingkungan Nasional. Selain Universitas Sumatera Utara itu, dapat dilihat pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terdapat pada bagian menimbang hurufb, pasal 1 ayat 3, ayat 10, Pasal 15 ayat 3 huruf c, dalam penjelasan umum angka 1, dan angka 3. Undang-Undang ini merupakan Hukum Positif yang mengatur masalah lingkungan hidup di Indonesia, dan juga merupakan “Umberella Act” bagi Indonesia.

B. Saran

1. Pengaturan Hukum Internasional mengenai Pembangunan Berkelanjutan kurang spesifik, dalam Konferensi-Konferensi yang telah diselenggarakan tidak memberikan hasil yang maksimal tentang Lingkungan Hidup Manusia, khususnya mengenai Pembangunan Berkelanjutan. Seharusnya dalam Konferensi-Konferensi Internasional tersebut lebih membahas tentang Pembangunan Berkelanjutan secara menyeluruh, sehingga pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan pada negara-negara baik pada negara maju dan khususnya pada negara-negara berkembang. 2. Kewenangan yang telah diberikan kepada UNEP sudah sangat besar, tetapi UNEP juga memiliki kekurangan dalam melaksanakan tugasnya, Seharusnya PBB sebagai pencipta organisasi ini lebih meningkatkan kinerja UNEP, agar UNEP dapat melakukan tugasnya sendiri sebagai pelindung dan pemegang lingkungan global sehubungan dengan adanya keterbatasan pendanaan, dan personel. Selain itu, UNEP juga di harapkan lebih memberikan pengaruh pada negara-negara berkembang untuk meningkatkan pembangunan di negaranya, dengan Universitas Sumatera Utara memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya. Sedangkan bagian Ketersediaan Dana UNEP juga harus tetap dijaga dan selalu dapat diperkirakan jumlahnya dengan sangat baik. 3. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan dalam UUD 1945 dan UU No. 32 Tahun 2009 masih kurang memberikan pandangan ataupun pengertian secara mendalam tentang Pembangunan Berkelanjutan. Seharusnya, Pemerintah lebih mengatur tentang pembangunan berkelanjutan, agar masyarakat tahu pentingnya pembangunan berkelanjutan, dan dapat memberikan pengaruh pada masyarakat untuk melakukan pembangunan berkelanjutan yang berguna bukan hanya untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang, serta agar masyarakat lebih mengetahui bagaimana pembangunan berkelanjutan yang baik, yang tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Universitas Sumatera Utara 20 BAB II PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM HUKUM INTERNASIONAL

A. Konsep Pembangunan Berkelanjutan