1. Prinsip-Prinsip Deklarasi Rio Pengaturan Hukum Internasional tentang Pembangunan

permasalahan lingkungan semakin serius. Oleh karena itu, hakikatnya deklarasi Rio merupakan penegasan kembali dari deklarasi Stockholm 68 . KTT Bumi merupakan salah satu ajang yang patut digunakan oleh negara-negara di dunia yang peduli pada lingkungan, sekalipun negara major power seperti AS menolak menandatangani dan meratifikasi perjanjian apapun yang berkaitan dengan lingkungan hidup dengan alasan akan mengurangi pasokan ekonominya 69

d.1. Prinsip-Prinsip Deklarasi Rio

. KTT Rio menjawab kembali persoalan-persoalan lingkungan, yang setelah dilangsungkannya konferensi Stockholm 1972, permasalahan-permasalahan lingkungan menjadi makin serius. Menurut Emil Salim, bahwa sulit disangkal permasalahan lingkungan semakin besar, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Pembangunan yang sudah meningkatkan kesejahteraan penduduk, kemudian dapat menimbulkan peristiwa yang mengancam kehidupan berupa hujan asam, lautan yang semakin kotor, udara yang semakin tercemar, tanah yang semakin tandus, serta banyak jenis flora dan fauna punah 70 Kesimpulannya masalah lingkungan bukannya semakin berkurang namun kualitas lingkungan semakin buruk, sehingga PBB perlu merumuskan komitmennya kembali untuk mengelola lingkungan. Penegasan demikian berarti nilai-nilai Deklarasi Stockholm masih tetap relevan untuk masa kini, namun perlu didukung oleh komitmen baru dengan mewujudkan kemitraan global baru dan adil sebagaimana dihasilkan oleh KTT Rio . 71 68 N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan, Jakarta, Cetakan kedua, Pancuran Alam, 2008, Hlm 26-27. 69 Marhaeni Ria Siombo, Op. Cit. Hlm. 21 70 Emil Salim, Pola Pembangunan Terlanjutkan, dalam Hari Depan Kita Bersama, Penerbit PT Gramedia, Jakarta, 1988. 71 Op. Cit . hlm. 145-147 . Universitas Sumatera Utara Dalam Deklarasi Rio 1992, terdapat prinsip-prinsip yang meyangkut tentang pembangunan berkelanjutan, yaitu : a. Prinsip 1 ; b. Prinsip 4 ; c. Prinsip 5 ; d. Prinsip 7 ; e. Prinsip 8 ; f. Prinsip 12 ; g. Prinsip 20 ; h. Prinsip 21 ; i. Prinsip 22 ; j. Prinsip 24 dan ; k. Prinsip 27. Ada beberapa prinsip penting digariskan oleh pembangunan berkelanjutan dalam KTT Rio, yang kemudian menjadi sumber penting bagi pembentukan hukum lingkungan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Prinsip keadilan antar generasi, 2. Prinsip keadilan intra-generasi, 3. Prinsip pencegahan dini, 4. Perlindungan keanekaan hayati, 5. Internalisasi biaya lingkungan dan mekanisme insentif 72 . e WSSD Johannesburg 2002 72 N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan, Jakarta, Cetakan kedua, Pancuran Alam, 2008, Hlm 71 Universitas Sumatera Utara Pada 1-5 September 2002 di Johannesburg berlangsung KTT mengenai Pembangunan Berkelanjutan, atau WSSD World Summit on Sustainable Development , atau lazim juga disebut dengan KTT Johannesburg. Menghadapi persiapan-persiapan WSSD tersebut, pada Juni 2002 di Bali, Indonesia, telah dilangsungkan perundingan-perundingan komite persiapan. KTT Johannesburg menegaskan kembali tentang pembangunan berkelanjutan sebagaimana yang dicetuskan pada KTT Rio tahun 1992. Ada 3 hal pokok yang diagendakan oleh WSSD, yakni : 1. Pemberantasan kemiskinan ; 2. Perubahan pola konsumsi dan produksi ; 3. Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam 73 Ketiga hal di atas menjadi dasar dari 10 pokok dan rencana pelaksanaan yang harus dikerjakan oleh setiap negara . 74 a. Mengadopsi target baru dalam sanitasi dasar untuk mengurangi jumlah penduduk yang tidak memiliki akses pada sanitasi sampai separuhnya pada tahun 2015 ; . Upaya pemberantasan kemiskinan dilakukan dengan meningkatkan pendapatan, memberantas kelaparan, penyediaan air bersih, pembukaan akses terhadap sumber daya dan kesempatan kerja yang melibatkan perempuan dan masyarakat tradisional, perluasan akses energi, serta perbaikan kesehatan. Pelaksanaan KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg telah menghasilkan beberapa hal, yaitu : b. Pengakuan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat. Disini disepakati komitmen, yang di dalamnya juga tercakup hak-hak 73 Marhaeni Ria Siombo, Hukum Lingkungan dan pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia, PT Gramedia, Pustaka Umum, Jakarta, 2002, Hlm. 24 74 Op. Cit .. Hlm. 27-28 Universitas Sumatera Utara masyarakat adat dengan paling sedikit 12 penjabaran, termasuk posisi masyarakat dan akses perempuan pada hak atas tanah dan sumber daya lainnya. c. Masuknya prinsip-prinsip Rio, terlepas dari tuntutan NGO untuk merundingkan konvensi yang mengikat mengenai isu corporate accountability dan responsibility. d. Komitmen pemerintah untuk menjamin akses ke informasi lingkungan, hukum, dan cara kerjanya dalam pengelolaan lingkungan, termasuk partisipasi public dalam pengambilan keputusan. e. Pengakuan akan pentingnya etika dalam pembangunan berkelanjutan. Hal ini menguatkan keyakinan bahwa isu pembangunan dan lingkungan tidak bisa diimplementasikan secara seimbang kecuali pemerintah, masyarakat, dan komunitas memahami serta meyakini peran kritis dan norma etika dalam proses pengambilan keputusan 75 . f Agenda 21 Agenda 21 merupakan rencana kerja global yang pertama kali disusun secara menyeluruh mengenai pembangunan berkelanjutan meliputi berbagai isu ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berbeda-beda dan menampung masukan dari semua negara di dunia ini. Agenda 21 Global merupakan suatu dokumen yang berisikan program aksi pembangunan berkelanjutan menjelang abad ke-21, melalui serangkaian penelitian selama 2 tahun, menyusun konsep dan negosiasi intensif yang dilakukan sebelum dan menjelang konferensi, akhirnya Agenda 21 75 N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan, Jakarta, Cetakan kedua, Pancuran Alam, 2008, Hlm. 150-151 Universitas Sumatera Utara ditandatangani oleh semua negara termasuk Indonesia yang hadir pada konferensi tersebut. Agenda 21 dapat digunakan baik oleh pemerintah, organisasi internasional, kalangan industri maupun masyarakat lainnya untuk mendukung upaya pengintegrasian lingkungan ke dalam seluruh kegiatan sosial ekonomi. Agenda 21 juga membahas dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan dan kesinambungan sistem produksi. Tujuan dari setiap kegiatan yang tercantum dalam Agenda 21 pada dasarnya adalah untuk mengentaskan kemiskinan, kelaparan, pemberantasan penyakit dan buta huruf diseluruh dunia, disamping untuk menghentikan kerusakan ekosistem penting bagi kehidupan manusia 76 g United Nations Commission on Sustainable Development CSD . Berdasarkan agenda 21, pada tahun 1992 telah diselenggarakan sidang umum PBB dan The Economic and Social Council ECOSOC untuk membentuk Commission on Sustainable Development CSD yang beranggotakan 53 negara yang dipilih oleh ECOSOC dengan memperhatikan kelayakan distribusi geografis. Sekretariat CSD berkedudukan di New York dan pertemuan- pertemuannya diselenggarakan di New York dan Geneva. h New Delhi Declaration on Principles of International Law Relating to Sustainable Development Konferensi ke-70 Internasional Law Asociation yang diselenggarakan tanggal 2-6 April 2002 di New Delhi dengan memperhitungkan Declaration on 76 Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Edisi Kedua, Graha Ilmu,Yogyakarta, 2012, Hlm. 22-23 Universitas Sumatera Utara the Right to Development of 1986 pada sidang umum PBB, menetapkan bahwa prinsip-prinsip hukum internasional yang relevan terhadap kegiatan-kegiatan pelaku yang terlibat bersifat instrumental dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan secara efektif. Deklarasi New Delhi disepakati tanggal 6 April 2002 oleh anggota peserta kongres ke-70 International Law Asociation di New Delhi, India 77 C.1. Pengaturan Pembangunan Berkelanjutan dalam Perjanjian- Perjanjian Internasional .

a. Konvensi Keanekaragaman Hayati 1992