dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Adapun Isi Agenda 21 Indonesia secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut
106
1. Pengentasan Kemiskinan
:
2. Perubahan Pola Konsumsi
3. Dinamika Kependudukan
4. Pengelolaan dan peningkatan kesehatan
5. Pengembangan perumahan dan pemukiman
6. Dalam sistem perdagangan global, ekonomi, dan lingkungan terpadu
7. Perlindungan atmosfir
8. Pengelolaan bahan kimia beracun
9. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
10. Pengelolaan limbah radio aktif
11. Pengelolaan limbah padat dan cair
12. Perencanaan sumber daya laut
13. Pengelolaan hutan
14. Pengembangan pertanian dan pedesaan
15. Pengelolaan sumber air
16. Konservasi keanekaragaman hayati
17. Bioteknologi
18. Pengelolaan terpadu daerah pesisir dan laut.
C. Kewenangan UNEP dalam melakukan Program Pembangunan
Berkelanjutan dalam Instrumen Hukum Internasional.
106
Absori, Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasi dalam Era Perdagangan Bebas, Muhammadiyah University Press
, Surakarta, 2001, Hlm. 24-33
Universitas Sumatera Utara
Dalam Sidang Umum PBB ke-27 menyetujui pembentukan UNEP, atas usulan tersebut akhirnya disetujui Environment Secretariat berada atau bermarkas
di salah satu negara berkembang yaitu Nairobi, Kenya. Pada bulan januari 1973 UNEP memulai kegiatannya yang semula berpusat di Geneva akhirnya
dipindahkan ke Nairobi, Kenya. Kegiatan UNEP tidak bersifat menyelesaikan masalah lingkungan atau membiayai badan lain untuk tugas tersebut, akan tetapi
usahanya lebih bersifat menggerakkan dunia untuk bertindak dalam arti berupaya agar dunia bekerja atas kemampuan sendiri
107
Saat pembentukan UNEP terdapat instruksi khusus dari majelis umum, bahwa NGO’S dimanfaatkan untuk menyebarkan tanggungjawab terhadap
perlindungan dan konservasi lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat, pengusaha, pemerintah daerah dan institusi ke daerahan lainnya. Program dari
UNEP ternyata cukup luas. Dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan UNEP juga membantu pengembangan teknik dan sarana untuk memperhitungkan
pertimbangan lingkungan ke dalam pembangunan, pengambilan keputusan di bidang sosial dan ekonomi
.
108
a. Pengembangan dan perluasan tata pengaturan secara hukum
lingkungan Internasional tentang tanggungjawab negara terhadap kerusakan-kerusakan lingkungan berikut ketentuan-ketentuan tentang
. Perkembangan lebih lanjut dengan diadakannya sidang ketiga tahun 1975,
Governing Council UNEP tertanggal 2 Mei 1975, yang merupakan perubahan
radikal dan selanjutnya UNEP menyusun program pertumbuhan dan pengembangan hukum lingkungan yang meliputi :
107
Syahrul Machmud Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Graha Ilmu, Edisi Kedua, 2012 hal. 30
108
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijakasanaan Lingkungan Nasional
,Edisi ke-3, 2005, Erlangga, University Press, Surabaya, Hlm 37
Universitas Sumatera Utara
tanggung gugat dan ganti rugi kepada korban-korban asing dalam peristiwa kerusakan-kerusakan lingkungan yang melanda wilayah di
luar yurisdiksi nasional mereka masing-masing ; b.
Pengembangan asas-asas hukum lingkungan tentang perlindungan kepentingan umum berikut asas-asas yang melandasi usaha negara
dalam melakukan ekploitasi sumber-sumber daya alam yang dimiliki oleh lebih dari satu negara. Disamping itu, perlu pengembangan asas-
asas yang dapat melandasi usaha-usaha untuk mengembangkan tata pengaturan udara dan iklim dalam segala kondisi perubahan-
perubahannya, dan juga anjuran serta petunjuk kepada universitas- universitas dan lembaga-lembaga penelitian untuk memasukkan
hukum lingkungan menjadi acara kurikulum dan program penelitian; c.
Pengembangan asas-asas dalam tata pengaturan hukum masalah- masalah lingkungan laut dan perlindungan segala jenis
sumberdayanya, disamping program-program khusus untuk memberikan bantuan tehnis kepada negara-negara berkembang guna
mengembangkan sistem hukum lingkungan mereka masing-masing
109
Pada tanggal 20 Mei – 2 Juni 1982 dilaksanakan sidang Governing Council UNEP
di Nairobi yang telah menerima Deklarasi Nairobi terdiri dari 10 butir pokok pikiran sebagai tindak lanjut dari pertemuan sedunia untuk
memperingati 10 tahun Konferensi Stockholm, tanggal 10-18 Mei 1982. Butir- butir pokok dari Deklarasi Nairobi secara tegas mengemukakan perlunya
.
109
Munadjat Danu Saputro, Hukum Lingkum, Buku I Global, Bina Cipta, Bandung 1982 hlm. 129
Universitas Sumatera Utara
intensifikasi upaya melindungi dan menjatuhkan lingkungan hidup pada tahap global, regional, dan nasional
110
UNEP merupakan koordinator utama dalam sistem PBB untuk urusan lingkungan. Namun demikian, UNEP sendiri tidak mampu melakukan tugasnya
sebagai pelindung dan pemenang lingkungan global sehubungan dengan adanya keterbatasan pendanaan, personel, dan juga keluasan mandate yang dimilikinya.
Dengan demikian, peningkatan kemampuan UNEP menjadi sebuah prioritas yang sangat penting bagi upaya perbaikan Tata-kelola Lingkungan Internasional.
.
111
Masalah Pendanaan, UNEP memiliki tiga sumber dana yang berbeda, yakni pendanaan regular PBB, pendanaan program lingkungan dan dana-dana
peruntukan tertentu. Pendanaan regular PBB digunakan untuk melapisi pembiayaan Governing Council dan sebuah sekretariat untuk menyediakan
petunjuk kebijakan umum sebagai petunjuk dan manajemen program-program lingkungan dan koordinasi dan aksi lingkungan dalam sistem PBB. Berbeda
dengan hal tersebut, pendanaan program lingkungan diimplementasikan dalam program-program UNEP. Pendanaan program lingkungan UNEP sendiri
berdasarkan pada kontribusi sukarela secara berkala, sedangkan dana yang Hubungannya dengan pengelolaan lingkungan UNEP juga membantu
pengembangan teknik dan sarana untuk memperhitungkan pertimbangan lingkungan kedalam pembangunan, pengambilan keputusan dibidang sosial dan
ekonomi.
110
Syamsul Arifin, Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia
, PT Sofmedia, Medan, 2012 hal 19
111
Tim Third World Network, Pengelolaan Lingkungan Internasional Sudut Pandang Negara Sedang Berkembang
, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, Edisi Editan,Yogyakarta, 2005 hal 33
Universitas Sumatera Utara
dialokasikan untuk program-program spesifik yang disalurkan oleh organisasi lain, atau individu
112
Dana Lingkungan UNEP juga merupakan sumber lain dari pendanaan lingkungan global. Namun demikian, jumlahnya jauh dari mencukupi. Demikian,
ketersediaan dana UNEP harus terus dijaga dan selalu dapat diperkirakan jumlahnya. Guna kepentingan tersebut, keberadaan sebuah sistem yang dapat
menentukan jumlah kontribusi bagi pemenuhan biaya-biaya administrasi UNEP sangat diperlukan. Berkaitan dengan pemikiran tersebut, negara-negara maju
seharusnya menanggung beban biaya operasional UNEP, sesuai dengan prinsip “Tanggung Jawab Semua Kewajiban Berbeda”
.
113
UNEP pada awal pembentukannya memiliki beberapa tujuan dasar, yaitu sebagai sebuah badan yang mempromosikan kerjasama ditingkat internasional
dalam perihal permasalahan lingkungan, menyediakan petunjuk bagi organisasi PBB melalui grup penasehat saintifik, mengingat dan menstimulus komunitas
saintifik internasional untuk berpartisipasi dalam memformulasikan kebijakan dalam banyak proyek lingkungan PBB serta meningkatkan partiisipasi sektor
privat dalam mempromosikan penggunaan berkelanjutan dari Sumber Daya Alam yang digunakan
.
114
Tugas UNEP sebenarnya begitu luas, sementara kantor bagian hukum UNEP menurut Hassan Ahmed hanya satu unut kecil belaka, yang dibentuk tidak
untuk dijadikan pelaksana proyek pengembangan hukum lingkungan secara fisik, melainkan hanya sebagai sarana pengembangan gagasan dan pemikiran hukum
.
112
http:bilqis-oktaviani-fisip13.web.unair.ac.idartikel_detail-145875- organisasi20internasional20SOH304-
United20Nations20Environmental20Program20UNEP20dalam20Kacamata 20Konstruktivis.html
dikutip pada tanggal 06 November 2016 pada pukul : 10.59 WIB
113
Tim Third World Network, Opcit. hal 18
114
Op. Cit. dikutip pada tanggal 06 November 2016 pukul 10.58 WIB
Universitas Sumatera Utara
lingkungan saja. Untuk itu UNEP sangat memerlukan bantuan para ahli dari berbagai negara dan lembaga lainnya. UNEP telah banyak menghasilkan bidang
pengembangan hukum lingkungan antara lain Deklarasi Nairobi dan WCS yang pada tahun 1990 diganti menjadi Caring for the World, di singkat CW dan tahun
1991 menjadi Caring for the Earth disingkat CE, termasuk penerimam usul pembentukan sebuah komisi khusus di PBB yang menangani lingkungan dan
pembangunan WCED
115
Sebagai Tindak Lanjut dari upaya untuk mengimplementasikan hasil-hasil Konferensi Nairobi, di dalam Sidang Umum PBB pada bulan Desember 1983
dibentuk suatu Komisi yang mengkaji suatu agenda global bagi perubahan, yaitu tantangan lingkungan dan pembangunan menjelang tahun 2000 dan cara-cara
menanggulanginya. Selanjutnya pada tahun 1984 oleh Sekretaris Jenderal PBB diangkat Gro Harlem Bruntland Perdana Menteri Norwegia, mewakili negara
maju sebagai Ketua Komisi, dan Dr. Mansour Khalid Mantan Menteri Luar Negeri Sudan, mewakili negara berkembang sebagai Wakil Ketua Komisi. Kedua
tokoh ini diberi wewenang untuk menyusun keanggotaan komisi yang kemudian menyebut diri sebagai Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan
WCED .
116
Ada empat hal yang menjadi tugas WCED yang sebenarnya cukup luas dan berat, sehingga komsisi menanggapi sebagai “Suatu Agenda Global Bagi
Perubahan”. WCED telah memberikan laporannya pada tahun 1987 yang diberi judul Our Common Future yang menekankan analisis terhadap hubungan antara
lingkungan dan pembangunan. Laporan WCED atau sering juga disebut dengan .
115
Muhammad Akib, Hukum Lingkungan Persfektif Global Dan Nasional, Rajawali Pers Jakarta, 2014. Hal 42
116
Emil Salim, Pola pembangunan Terlanjutkan dalam WCED, Hari Kedepan Kita Bersama
Judul Asli : Our Common Future, terjemahan Bambang Sumantri, Jakarta, PT Gramedia, 1988, Hlm. Xvii-xix.
Universitas Sumatera Utara
Laporan Bruntland yang berjudul Our Common Future dengan fokus kajian hubungan antara lingkungan dan pembangunan tersebut dalam perkembangannya
dijadikan materi dalam pertemuan Tingkat Tinggi KTT Bumi di Rio De Janeiro, Brazil pada tanggal 3-14 Juni 1992
117
.
117
Muhammad Akib, Opcit.Hlm.19
Universitas Sumatera Utara
76
BAB IV PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN LINGKUNGAN NASIONAL
A. Kebijakan-Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia