17
b. Psikologik usila
Dapat dibedakan : 1.
Psikologik Psikologis usila dilakukan melalui:
a. Konsultasi usia yang berisi kegiatan pemberian bimbingan praktis
untuk menghadapi gejala-gejala psikologis yang muncul pada masa usila.
b. Diskusi dan dinamika kelompok sesama usila, sebagai wahana untuk
saling bertukar pikiran dan curah pendapat dan saling membantu satu sama lain.
2. Spritual
Spritual pada masa usila dilakukan melalui: a.
Peningkatan kualitas dan kuantitas beribadah untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Agama
dan kepercayaan masing-masing. b.
Peningkatan pengetahuan tentang ilmu keagamaan melalui kegiatan ceramah agama, pengajian, kebaktian dan buku-buku agama.
c. Aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti peringatan hari-hari
besar keagamaan dan sebagainya. d.
Aktif dalam organisasi keagamaan.
c. Persiapan Ekonomi Pada usila
Persiapan ekonomi dilakukan untuk mengantisipasi menurunnya penghasilan
dalam memenuhi kebutuhan hidup, hal ini dapat dilakukan melalui :
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
18
1. Perintisan kesempatan kerja baru beralih profesi sesuai dengan kondisi usia
sebagai kesempatan kedua dalam rangka mencari nafkah dan meningkatkan kondisi sosial ekonominya melalui kegiatan antara lain, peningkatan
keterampilan, pelaksanaan usaha dan manajemen usaha. 2.
Latihan pada usila sebagai upaya untuk memberikan pelatihan praktis yang berguna untuk mengisi kehidupan usila dengan kegiatan-kagiatan yang
bermanfaat. 3.
Hidup hemat dan aktif menabung. 4.
Ikut serta dalam kelompok-kelompok swadaya Self help groups sebagai media
untuk saling tukar pengalaman dan sambung rasa.
5. Meningkatkan fungsi dan perannya sebagai anggota keluarga, anggota
masyarakat dan warga negara.Nugroho W, 2000.
2.2.5. Batasan-batasan usila
Batasan USILA menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO yaitu : 1.
Usia pertengahan middle age : usia 45 - 59 tahun. 2.
Usila elderly : usia 60 - 74 tahun. 3.
Usila tua old : usia 75 - 90 tahun. 4.
Usia sangat tua very old : diatas 90 tahun. Nugroho Wahjudi, 2000. Sedangkan menurut Sumiati Ahmad membagi priodisasi biologis
perkembangan manusia sebagai berikut: 1.
0 - 1 tahun = masa bayi. 2.
1- 6 tahun = masa pra sekolah. 3.
6 - 10 tahun = masa sekolah.
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
19
4. 10 - 20 tahun = masa pubertas.
5. 40 - 65 tahun = masa setengah umur prasenium.
6. 65 tahun keatas = masa usila Senium. Nugroho W, 2000.
2.2.6 Perkembangan kelompok usila
Tingkat perkembangan kegiatan kelompok usila dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan yaitu :
1. Kelompok usila pratama adalah kelompok yang belum mantap, kegiatan yang
terbatas, dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi 8 kali. Jumlah kader aktif terbatas serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah.
2. Kelompok usila madya adalah kelompok yang telah berkembang dan
melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan paling sedikit 8 kali setahun jumlah kader aktif lebih dari 3 dengan cakupan program 50 serta masih memerlukan
dukungan dana dari pemerintah. 3.
Kelompok usila purnama adalah kelompok yang sudah mantap dan melaksanakan kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali setahun, dengan
beberapa kegiatan tambahan diluar kesehatan dan cakupan yang lebih tinggi 60.
4. Kelompok usila mandiri adalah kelompok purnama dengan kegiatan tambahan
yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri. Depkes RI, 2003.
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
20
2.3. Posyandu usila 2.3.1
Pengertian
Posyandu usila perlu diupayakan dan mendapat perhatian dari pemerintah, keluarga dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan
meringankan beban masyarakat khususnya usila. Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Muninjaya 1999 bahwa pelayanan
kesehatan terpadu yandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dilaksanakan ditingkat dusundesa dalam wilayah kerja
masing-masing puskesmas. Tempat pelayanan program terpadu ini disebut posyandu. Dalam suatu posyandu dikembangkan beberapa kegiatan yang terpadu dan
saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari dua program
menjadi lebih banyak program. Keterpaduan dapat berupa aspek sasaran, aspek lokasi, kegiatan maupun aspek petugas penyelenggara. Sesuai dengan prinsip
posyandu adalah suatu kegiatan yang dikelola masyarakat dan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Depkes RI, 1988.
Adapun posyandu usila adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap usila ditingkat desakelurahan dalam masing-masing wilayah kerja
puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu usila berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatarbelakangi oleh kreteria usila yang memiliki berbagai macam penyakit.
Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama usila. Depkes RI, 2000.
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
21
2.3.2 Sasaran Posyandu usila.
1. Sasaran langsung.
a. Kelompok usia virilitaspra-usila 45-49 tahun.
b. Kelompok usila 60-69 tahun.
c. Kelompok usila resiko tertinggi 70 keatas.
2. Sasaran tidak langsung.
a. Keluarga yang mempunyai usila.
b. Masyarakat dilingkungan usila berada.
c. Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usila.
d. Masyarakat luas.
Semuanya menjadi sasaran prioritas karena dianggap sebagai pusat sasaran strategis dalam pembinaan usila yang pada gilirannya akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dinkes Medan, 2005.
2.3.3 Indikator keberhasilan posyandu usila.
Penilaian keberhasilan upaya pembinaan usila melalui kegiatan pelayann kesehatan di posyandu dilakukan dengan menggunakan data pencatatan dan
pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari:
1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat usila dengan berkembangnya jumlah
organisasi masyarakat usila dengan berbagai aktivitas pengembangannya. 2.
Berkembangnya jumlah lembaga pemerintahswasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi usila.
3. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga.
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
22
4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi usila.
5. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada usila.
2.3.4 Peranan kader usila.
1. Umum. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terpadu besama masyarakat dalam
rangka pembangunan kesehatan. 2.
Khusus. a.
Persiapan. b.
Memotivasi masyarakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan usila dan berperan serta untuk mensukseskannya
c. Bersama dengan masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan
usila di tingkat desakelurahan. d.
Menyiapkan sarana yang diperlukan usila. 3.
Pelaksanaan. a.
Melakukan penyuluhan kesehatan usila secara terpadu. b.
Mengelola kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengisian KMS usila, PMT, pencatatan dan pelaporan serta rujukan.
c. Mengikuti kegiatan pasca pelayanan.
4. Pembinaan.
a. Menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan masyarakat untuk
membicarakan pengembangan program, di integrasikan dengan kegiatan masyarakat setempat Arisan, pengajianperwiritan, dan sebagainya.
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
23
b. Melakukan kunjungan rumah pada keluarga usila yang dibinanya.
c. Membina kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar kader.
2.3.5 Pelayanan Kesehatan.
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usila dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari activity of daily living meliputi
kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makanminum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besarkecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 menit. KMS Usia Lanjut. 3.
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
menghitung denyut nadi selama 1 menit. 5.
Pemeriksaan hemoglobin. 6.
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula diabetes mellitus.
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur protein dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal. 8.
Pelaksanaan rujukan kepuskesmas bila mana ada keluhan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
24
9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam maupun diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu atau kelompok usila.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usila yang
tidak datang dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat public health nursing.
11. Pemberian makanan tambahan PMT penyuluhan sebagai contoh menu makanan
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usila serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.
12. Kegiatan olah raga, antara lain senam usila, gerak jalan santai dan lain sebagainya
untuk meningkatkan kebugaran. Kecuali kegiatan pelayanan kesehatan seperti diuraikan diatas dapat dilakukan
kegiatan non kesehatan mialnya kegiatan kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran hoby dan lain-lain Depkes RI, 2003.
2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi pelayanan Kesehatan
Menurut Departement of health education and welfare, USA 1997 dalam Azhari 2002 faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan yaitu:
1. Faktor sistem pelayanan kesehatn yang bersangkutan: tipe organisasi,
kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga kesehatan dengan masyarakat dan adanya asuransi kesehatan serta faktor adanya fasilitas kesehatan lainnya .
2. Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan: faktor sosio
demografi meliputi umur, jenis kelamin, status kesehatan, besar keluarga dan lain sebagainya, faktor sosio psikologis meliputi; sikappersepsi terhadap
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
25
pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksanaan kesehatan sebelumnya,
faktor status ekonomi meliputi: pendidikan, pekerjaan dan pendapatanpenghasilan, dapat digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi
jarak antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan, variabel yang menyangkut kebutuhan mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan oleh yang
bersangkutan dan lain sebagainya. Menurut Lapau 1997, ada dua faktor yang mempengaruhi penggunaan
pelayanan kesehatan meliputi: 1.
Faktor sistem pelayanan seperti kelengkapan program tersedianya tenaga dan fasilitas medis, teraturnya pelayanan dan hubungan antar tenaga kesehatan degan
penderita. 2.
Faktor konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan meliputi sosial ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Anderson 1995 menyatakan bahwa ada tiga kategori utama yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kesehatan dan mempengaruhi perilaku seseorang untuk
menggunakan yaitu: 1.
Faktor predisposing, mencakup karakteristik keluarga yaitu variabel demografi dan struktur sosial.
2. Faktor kebutuhan dibagi atas dua kategori antara lain; perasaan subjektif
subjective assesment dan evaluasi klinis terhadap penyakit clinical diagnosa.
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
26
2.3.7 Pengorganisasian
Kedudukan posyandu sebagai suatu bentuk peran serta masyarakat yang diselenggarakan oleh lembaga swadaya masyarakat lainnya dengan bantuan tehnis
dari puskesmas, pemerintah daerah, organisasi sosial, dinas pendidikan, pertanian, agama, dan lembaga ketahana masyarakat desa LKMD. Sebagai kegiatan swadaya
masyarakat yang semula dikenal dengan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakata desa. Depkes RI, 1988.
Mengingat kegiatan posyandu merupakan kegiatan warga masyarakat setempat maka tugas kader, pemimpin kader dan pemuka masyarakat untuk
menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa posyandu adalah milik warga. Pemerintah khususnya petugas kesehatan hanya berperan membantu. Di
Indonesia dana yang digunakan untuk pelaksanaan posyandu usila adalah dari dan oleh masyarakat, Azwar, 2002.
2.3.8 Tujuan penyelenggaraan
Posyandu usia lanjut usila diselenggarakan dengan tujun sebagai berikut : a.
Umum. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usila untuk sesuai
mencapai masa tua yang bahagia dan berdayaguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat dengan keberadaannya.
b. Khusus.
1. Meningkatkan kesadaran para usila untuk membina sendiri kesehataannya.
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
27
2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam
menghayati serta mengatasi masalah kesehatan usila. 3.
Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan usila. 4.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usila Soedja, 2002.
2.4 Kemandirian usila
Penuaan tidak selalu berupa ketidak mampuan dan kebergantungan, hasil penelitian memperlihatkan bahwa aspek fisiologis dan psikologis pada penuaan
tidak menyebabkan kemunduran mental dan kerusakan fisik pada kehidupan lebih lanjut. Kemandirian pada usila dapat di nilai dari kemampuannya untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Meskipun pada usia mengalami kemunduran fungsi fisik tetapi diharapkan masih dapat mandiri. Menurut Ferguson,1984 pada peroses penuaan
terjadi penurunan fungsi kunyah 16 kali semula dan fungsi bicara. Hal yang sama dikemukakan oleh Raharja 1998 bahwa fungsi penelanan menurun menjadi 25-
50 pada usia diatas 50 tahun. Menurut Miller 1995 penurunan fungsi pada organ tubuh berdampak pada kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2.4.1 Penuaan yang berhasil
Penuaan tidak selalu berupa ketidak mampuan dan ketergantungan. Dalam hal ini apa yang dapat dipertimbangkan untuk menjadi usila yang normal
tanpa kondisi patologis yang jelas, telah diidentifikasi dua kemungkinan hasil penuaan yang biasa atau penuaan yang berhasil. Pendukung yang tertarik pada
pada teori ini mengidentifikasi faktor yang membedakan antara usila yang biasa
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
28
atau usila yang berhasil. Beberapa masalah yang timbul yang dihubungkan dengan peningkatan kemandirian usila adalah dukungan sosial yang baik akan
meningkatkan keberhasilan usila. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa usila mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini
dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis maupun sosial yang selanjutnya dapat menyebabkan ketergantungan pada orang lain.
Miller, 1995. 2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Usila
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian usila diantaranya adalah keadaan mental, karena pada usila sering mengalami apa yang disebut
dementia yaitu kemunduran dalam fungsi berpikir. Gangguan biasanya dimulai dengan sukar mengingat apa yang didengar atau dibaca sampai dengan bicara tanpa
ada ujung pangkalnya. Dementia tersebut disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: berkurangnya sel-sel neuron otak. Menurut hasil penelitian Sirait dan Woro, 1998
menyatakan bahwa semakin meningkatnya usia maka risiko sakit semakin tinggi pula. Oleh sebab itu program 3 sehat sangatlah penting, inti program tersebut adalah
olah raga teratur, makan yang seimbang dan menjaga ketenangan batin Soesilo, 2005.
Disamping faktor tersebut diatas gaya hidup juga sangat mempengaruhi kemandirian usila. Gaya hidup disini dapat berarti gaya hidup yang ditampilkan
oleh individu dan gaya hidup karena kebiasaan sehari-hari. Hingga kini obesitas, merokok, ketergantungan, alkohol dan latihan yang kurang merupakan faktor
yang berkontribusi terhadap gangguan kesehatan pada usila. Watson, 2003.
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
29
2.4.3. Ketergantungan
Ketidak mampuan dan kebergantungan bukan hal yang penting pada penuaan. Hampir sepenuhnya usila dapat beraktivitas secara normal dan tanpa
batas. Hanya kalangan minoritas sekitar 5 - 10 yang memerlukan perawatan dari staf keperawatan. Selain penghargaan yang lebih penting pada usila adalah
kesehatan dan kemandiriannya. Usila lebih menderita karena ketidak mampuannya daripada orang yang lebih muda yang cenderung mengalami lebih
dari satu kondisi yang kronik. Sejumlah kondisi yang kronik merupakan ketidak mampuan pada usila. Faktor lain seperti merokok dan obesitas juga merupakan
penyebab akan tetapi kerusakan penglihatan dan ketajaman penglihatan bukan penyebab utama ketidak mampuan. Watson, 2003.
2.5. Penilaian Kemandirian Usila.
Penilaian kemandirian usila dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kemanpuan fuingsional usila melalui sistem penilaian yang sudah dimodifikasi dan
umum digunakan, diantaranya adalah “Indeks Barthel” Pudjiastuti, 2003. Penilaian ini didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam peningkatan aktivitas
fungsional. Pengukuran meliputi sepuluh kemampuan yaitu kemampuan untuk melakukan makan sendiri; berpindah dari kursi roda ketempat tidur dan sebaliknya,
termasuk duduk ditempat tidur; kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur dan menggosok gigi; aktivitas ditoilet menyemprot, mengelap; mandi; berjalan di jalan
yang datar jika tidak mampu berjalan, lakukan dengan kursi roda; naik turun tangga; berpakaian termasuk mengenakan sepatu; mengontrol defekasi dan berkemih. Skore
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
30
penilaian dengan kategori 0-100, dimana nilai 0-20 : ketergantungan penuh, 21-61 : ketergantungan beratsangat tergantung, 62-90 : ketergantungan moderat, 91-99 :
ketergantungan ringan dan nilai 100 : Mandiri. Disamping itu penilaian kemandirian usila juga telah dimodifikasi secara khusus untuk usila diposyandu dengan 3 kategori
kemandirian yaitu kemandirian A, B dan C, dimana kemunduran gerak fungsional dapat dikelompokkan menjadi tiga ukuran kemandirian yaitu:
1. Kemandirian C, yaitu usila tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari yang
bisa datang sendiri keposyandu usila. 2.
Kemandirian B, yaitu usila yang datang keposyandu dengan bantuan orang lain atau dipapah.
3. Kemandirian A, yaitu usila yang tidak bisa datang ke posyandu.
a Mandiri, yaitu usila mampu melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari
tanpa bantuan orang lain bisa saja usila tersebut membutuhkan alat adaptasi seperti alat bantu jalan, alat kerja, dan lain-lain.
b Bergantung sebagian, yaitu usila mampu melakukan aktivitas dengan
beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain. c
Bergantung sepenuhnya, yaitu usila tidak dapat melakukan tugas tanpa bantuan orang lain dalam perawatan diri secara keseluruhan. Pudjiastuti,
2003.
2.6. Landasan Teori