30
penilaian dengan kategori 0-100, dimana nilai 0-20 : ketergantungan penuh, 21-61 : ketergantungan beratsangat tergantung, 62-90 : ketergantungan moderat, 91-99 :
ketergantungan ringan dan nilai 100 : Mandiri. Disamping itu penilaian kemandirian usila juga telah dimodifikasi secara khusus untuk usila diposyandu dengan 3 kategori
kemandirian yaitu kemandirian A, B dan C, dimana kemunduran gerak fungsional dapat dikelompokkan menjadi tiga ukuran kemandirian yaitu:
1. Kemandirian C, yaitu usila tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari yang
bisa datang sendiri keposyandu usila. 2.
Kemandirian B, yaitu usila yang datang keposyandu dengan bantuan orang lain atau dipapah.
3. Kemandirian A, yaitu usila yang tidak bisa datang ke posyandu.
a Mandiri, yaitu usila mampu melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari
tanpa bantuan orang lain bisa saja usila tersebut membutuhkan alat adaptasi seperti alat bantu jalan, alat kerja, dan lain-lain.
b Bergantung sebagian, yaitu usila mampu melakukan aktivitas dengan
beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain. c
Bergantung sepenuhnya, yaitu usila tidak dapat melakukan tugas tanpa bantuan orang lain dalam perawatan diri secara keseluruhan. Pudjiastuti,
2003.
2.6. Landasan Teori
Kondisi fisik pada masa usila ditandai dengan keterbatasan-keterbatasan fisik seperti semakin berkurangnya fungsi panca indera dan organ tubuh serta munculnya
berbagai penyakit degeneratif. Kondisi fisik ini perlu mendapat perhatian, karena
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
31
apabila perubahan dan penurunan berbagai fungsi tersebut tidak dikendalikan, maka
akan menjadi hambatan dalam kehidupan sehari-hari.
Usila juga akan mengalami perubahan yang ditandai dengan keterbatasan- keterbatasan serta hilangnya peran dalam keluarga dan masyarakat yang selama ini
mereka miliki. Oleh sebab itu seringkali mereka dihadapkan pada sindrom pasca kekuasaan post power syndrome. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan baik,
diperkirakan akan menimbulkan masalah psikologis yang lebih kompleks dan pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai penyakit fisik. Keberhasilan untuk menghadapi
tekanan-tekanan psikologis pada masa itu tergantung pada kesadaran dan sikap mereka terhadap berbagai keterbatasan yang akan muncul pada masa usila, sehingga mereka
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Menjadi tua menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dirimengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses ini merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah yang dinilai sejak lahir - anak - dewasa - tua. Proses penuaan dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi proses kurangnya daya tahan tubuh menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar
tubuh, yang dapat berakibat kemunduran fisik dan kemunduran fungsional baik kemampuan, mobilitas maupun perawatan diri.
Studi terdahulu menjelaskan bahwa kemandirian usila berfokus pada kemampuan fungsional dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kemampuan
kemandirian tersebut meliputi aspek mandi, berpakaian, pergi ketoilet, berpindah,
Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan.
USU e-Repository © 2008.
32
makan, defikasi, berkemih dan naik turun tangga Miller, 1995; Lueckenote,1998. Penilaian kemampuan kemandirian usila telah dimodifikasi dari Indeks Bartel, Indeks
Katz, Indeks Kenny self Care untuk mengukur tingkat ketergantungan.
2.7. Kerangka Konsep Penelitian