Teori Kepribadian Berlanjut. Pemeriksaan Fisik

11 awal perubahan itu mungkin merupakan homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi kematian sel.Boedhi dan Hadi, 2004. Kematian sel pada tubuh usila mengakibatkan berbagai perubahan anatomik dan fisiologik sehingga menyebabkan usila tidak lagi mampu mandiri sehingga menyebabkan ketergantungan. Disamping itu dengan bertambahnya umur, tubuh tidak berespon secara hebat terhadap cedera atau penyakit.

2.1.1. Teori Kejiwaan Sosial a.

Teori Aktivitas 1. Usila yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak mengikuti kegiatan- kegiatan sosial. 2. Ketentuan akan meningkatkan pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung mengatakan bahwa usila yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. 3. Ukuran optimum pola hidup dilanjutkan pada cara hidup dari usila. 4. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke usila.

b. Teori Kepribadian Berlanjut.

Pada teori ini mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang usila sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimilikinya. c. Teori Pembebasan. Dengan bertambahnya usia seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosial yang mengakibatkan interaksi sosial usila manurun baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan. USU e-Repository © 2008. 12 Tidak satu teori pun mampu menjelaskan penuaan secara universal. Meskipun penuaan merupakan proses yang universal, tidak seorang pun mengetahui penyebabnya atau mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda. Nugroho , 2000. 2.2. Konsep Menua Sehat 2.2.1 Pengertian Menurut Darmojo. B 1994 tujuan hidup manusia ialah menjadi tua tetapi tetap sehat Healthy aging. Healthy Aging artinya menjadi tua dalam keadaan sehat. 1. Endogenic Aging faktor endogen. Proses seperti jam yang terus berputar. 2. Faktor Exogenik. Dimana seseorang hidup dan faktor sosial budaya merupakan faktor resiko. Jadi tugas dan tujuan gerontologigeriatri yaitu menuju menua sehat dengan jalan P4 bidang kesehatan yaitu: 1. Peningkatan mutu kesehatan promotion. 2. Pencegahan penyakit Prevention. 3. Pengobatan penyakit Curative. 4. Pemulihan kesehatan Rehalibitatition. Darmojo B, 2004.

2.2.2. Tanda-tanda Penuaan

Pada tahun 1977 Birren Clan Jenner mengusulkan untuk membedakan antara: Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan. USU e-Repository © 2008. 13 1. Usia biologis: yaitu jangka waktu seseorang sejak lahir sampai masa tua berada dalam keadaan hidup. 2. Usia psikologis: yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian- penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. 3. Usia sosial: yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. Ketiga hal tersebut saling mempengaruhi dan prosesnya saling berkaitan. Menjadi tua ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain: 1. Rambut mulai beruban dan menjadi putih. Rambut berkembang dalam salah satu lapisan epidermal tetapi kadang-kadang dilekatkan dalam dermis. Setiap rambut terdiri dari akar, batang, tangkai dan folikel. Melanosit pada batang rambut memberikan warna. Kuantitas, kualitas dan distribusi rambut berubah sesuai usia. Terdapat suatu pengurangan rambut umum dari perifer sampai kepusat tubuh. Rambut pada kulit kepala, ekstremitas, aksila dan pubis berkurang dan menipis. Rambut pada lubang hidung, telinga dan alis mata menjadi kasar dan tebal. 2. Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap. Sedikit kolagen dibentuk pada proses penuaan dan terdapat penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokrin Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan. USU e-Repository © 2008. 14 maupun kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai dengan penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit. 3. Penglihatan dan pendengaran berkurang. Gangguan penglihatan pada usila biasanya disebabkan oleh degenerasi makularsenilis, katarak dan glaukoma. Gangguan pendengaran pada usia lanjut disebut dengan presbikusis. Gangguan pendengaran yang terjadi dapat dipantau dengan audio meter. Laki-laki umumnya lebih sering menderita presbikusis dari pada perempuan. Presbikusis merupakan hasil interaksi antara faktor genetik individu dengan faktor eksternal seperti pajanan suara berisik terus-menerus, obat ototoksik, penyakit sistemik serta arteriosklerosis vertebrobasiler. 4. Mudah lelah. Disebabkan oleh faktor psikologis perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi, gangguan organis anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang, gangguan pencernaan, kelainan metabolisme, gangguan ginjal dengan uremiagangguan faal hati dan gangguan sistem peredaran darah jantung dan pengaruh obat-obatan obat penenang, obat jantung yang melelahkan daya kerja otot. 5. Gigi tanggal. Gigi mengalami perubahan morfologik degeneratif antara lain perubahan atrofik pada rahang, sehingga gigi lebih mudah tanggal. Perubahan atrofik juga terjadi pada mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berbagai perubahan Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan. USU e-Repository © 2008. 15 morfologik akan menyebabkan perubahan fungsional sampai perubahan patologik, diantaranya ganguan mengunyah dan menelan, perubahan nafsu makan sampai pada penyakit. 6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah. Keterbatasan gerak seringkali membuat usila kehilangan kemandirian baik secara fisik dan mental, sehingga mereka harus bergantung pada orang lain. 7. Kerampingan tubuh menghilang, disana-sini terjadi penimbunan lemak terutama dibagian perut dan pinggul. Proses metabolisme yang menurun pada usila, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga kalori yang berlebihan akan diubah menjadi lemak yang akan mengakibatkan kegemukan. Kebutuhan energi pada usila menurun sehubungan dengan penurunann metabolisme basal sel-sel banyak yang inaktif dan kegiatan fisik cenderung menurun. Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5 pada usia 40- 49 tahun dan 10 pada usia 50-59 tahun serta 60-69 tahun. Depkes RI, 2001.

2.2.3. Faktor yang mempengaruhi penuaan

Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis physiological aging, diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat healthy aging. Penuaan itu sesuai dengan kronologis usia penuaan primer, dipengaruhi oleh faktor endogen, perubahan dimulai dari sel-jaringan organ- system pada tubuh. Bila penuaan dipengaruhi oleh faktor eksogen, yaitu lingkungan, sosial budaya, gaya hidup disebut dengan penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuai dengan kronologis usia dan patologis. Faktor eksogen juga dapat mempengaruhi Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan. USU e-Repository © 2008. 16 faktor endogen sehingga dikenal dengan faktor risiko. Faktor risiko tersebut yang menyebabkan terjadinya penuaan patologis patological aging. Penuaan sekunder yaitu ketidak mampuan yang disebabkan oleh trauma atau sakit kronis dan nutrisi, mungkin pula terjadi perubahan degeneratif yang timbul karena stress yang dialami oleh individu. Pudjiastuti dan Utomo B, 2003.

2.2.4. Penurunan Organ Tubuh pada Masa usila

Berbagai organ tubuh pada usila terjadi penurunan fungsi, oleh karena itu yang perlu diperhatikan adalah:

a. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan dengan cara : Pemeriksaan kondisi kesehatan secara teratur yaitu upaya deteksi dini kondisi penyakit melalui pemeriksaan berkala dengan menggunakan kartu menuju Sehat KMS lansia dan melaksanakan upaya rujukan bila diperlukan, pengaturan pola makan gizi seimbang yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi para usila melalui penyuluhan dan demontrasi gizi sesuai pedoman umum gizi seimbang, pemeliharaan kebugaran fisik melalui olah raga secara teratur berupa senam usila, senam osteoporosis, gerak jalan santai dan lain-lain, penerapan pola hidup sehat demi terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan taraf kesejahteraan sosial usila, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dalam suasana aman, tentram, sejahtera lahir dan batin, penyuluhan kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan serta kondisi masing-masing usila, melakukan rujukan oleh kader kepada petugas kesehatan di Puskesmas atau ke Rumah Sakit setempat Depkes RI, 2003. Nurhayati : Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Pemanfaatan Posyandu Usila dan Hubungannya dengan Kemandirian Usia Lanjut di Puskesmas Helvetia Medan. USU e-Repository © 2008. 17

b. Psikologik usila

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Tegal Sari Kota Medan Tahun 2005

0 34 84

Pengarah Karakteristik dan Persepsi Usila Tentang Posyandu Usia Lanjut Terhadap Pemanfaatannya di Kelurahan Sei Agul dan Karang Berombak Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat Tahun 2006

0 27 106

Pengaruh Persepsi tentang Posyandu Usila terhadap Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010

1 44 94

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 18

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 2

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 8

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 26

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Chapter III VI

0 0 42

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 3

Persepsi Keluarga Lansia tentang Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia

0 0 12