infrastruktur wilayah yang sangat besar pula, sehingga banyak bantuan donor dari dalam dan luar negeri yang diterima pemerintah daerah dalam merehabilitasi daerah
disegala aspek pembangunan termasuk rehabilitasi hutan mangrove.
Tabel 5.16. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Lembaga Non Pemerintah yang Membantu Kegiatan Rehabilitasi Hutan
Mangrove
No. Pengetahuan Responden terhadap Lembaga Non
Pemerintah yang Membantu Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove
Jumlah Persentase
1 Sangat tidak tahu
0.00 2
Tidak tahu 0.00
3 Ragu-ragu
3 3.06
4 Mengetahui
23 23.47
5 Sangat mengetahui
72 73.47
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Tabel 5.16 menunjukkan jumlah yang menyatakan sangat mengetahui adanya lembaga non pemerintahan NGO membantu pemerintah dalam kegiatan rehabilitasi
hutan mangrove sebanyak 72 orang 73.47 , yang mendominasi daripada pilihan lainnya. Artinya bahwa adanya bantuan lembaga non pemerintahan yang difasilitasi
pemerintahan dalam pelaksanaan kegiatannya diketahui langsung oleh masyarakat.
5.3.4. Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan Mangrove
1 Kegiatan yang dilakukan responden
Kegiatan yang pernah dilakukan responden di wilayah penelitian sebagai kawasan pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove setelah terjadinya bencana gempa
bumi dan tsunami merupakan bentuk dari partisipasi langsung. Aktivitas yang pernah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5.17 berikut:
Tabel 5.17. Distribusi Responden Menurut Aktivitas yang Pernah Dilakukan di Wilayah Penelitian
Sumber: Analisis data primer
Responden yang melakukan penanam kembali hutan mangrove yang telah rusak sebanyak 77 responden 78.58 merupakan persentase terbesar dari pilihan
lainnya, sedangkan pilihan terhadap pembukaan lahan mangrove untuk pengembangan usaha tidak ada satupun responden yang memilihnya. Hal ini
menyatakan bahwa tingginya partisipasi responden melakukan upaya rehabilitasi hutan mangrove dengan kegiatan reboisasi.
Berdasarkan dasar kegiatan yang dilakukan responden terhadap upaya rehabilitasi hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut:
Tabel 5.18. Distribusi Responden Menurut Dasar Kegiatan Dilakukan
No. Dasar Kegiatan Dilakukan
Jumlah Persentase
1 Tidak memiliki alasan
0.00 2
Kewajiban menjalankan program daerah yang dicanangkan bersama
8 8.16
3 Perintah dari pimpinan daerah
0.00 4
Program dari pemerintah dan LSM 5
5.10 5
Pengelolaan daerah dari bencana alam untuk kepentingan bersama
85 86.74
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
No. Kegiatan apa yang Pernah Dilakukan
Jumlah Persentase
1 Pembukaan lahan mangrove untuk pengembangan usaha
0.00 2
Pengalihan hutan mangrove menjadi kawasan tempat tinggal baru
1
1.02 3
Ragu membentuk kelompok kecil peduli hutan mangrove 11
11.22 4
Melakukan penyuluhan tentang manfaat dan fungsi hutan mangrove
9 9.18
5 Melakukan penanaman mangrove kembali pada kawasan
yang rusak reboisasi 77
78.58
Jumlah
98
100.00
Berdasarkan perolehan data pada Tabel 5.18 yang menyatakan bahwa dasar kegiatan reboisasi dilakukan sebagai upaya pengelolaan daerah dari bencana alam
untuk kepentingan bersama sebanyak 85 responden 86.74 merupakan persentase terbanyak dibandingkan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya partisipasi
masyarakat terhadap kegiatan reboisasi dalam upaya rehabilitasi hutan mangrove didukung trauma yang disebabkan gempa dan tsunami yang terjadi sehingga menjadi
pembelajaran bagi masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian ekosistem pantai. Hal ini tentunya memberikan keuntungan ekologi, di samping keutungan ekonomi lainnya
dalam hal pemanfaatan ekosistem pantai untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
2 Harapan masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove
Harapan masyarakat erat kaitannya dengan kondisi yang sedang dialami dalam kehidupan sehari-hari dan mendukung bentuk partisipasi yang dilakukan untuk
mewujudkan harapan. Kondisi lingkungan dan sumberdaya alam yang tidak baik menghadirkan harapan yang sangat besar untuk mengubahnya menjadi baik.
Demikian pula yang dapat dilihat pada wilayah penelitian, kondisi alam yang memburuk menghadirkan harapan untuk membangun kondisi tersebut lebih
membaik.
Tabel 5.19. Distribusi Responden Menurut Harapan pada Kondisi Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove
No. Harapan pada Kondisi Pengelolaan Kawasan
Hutan Mangrove yang Dilakukan Jumlah
Persentase
1 Tidak mau tahu
2 Tidak ada harapan
2 2.04
3 Ragu-ragu
3 3.06
4 Ada harapan
12 12.24
5 Sangat berharap
81 82.66
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Tabel 5.19 menunjukkan bahwa responden uang menyatakan sangat berharap pada upaya pengelolaan hutan mangrove yang dilakukan sebanyak 82.66 . Hal ini
menyatakan bahwa harapan yang dimiliki oleh responden akan mendukung partisipasi yang dilakukan terhadap kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Hal ini
seperti yang diungkapkan Tro: “
Pengelolaan hutan mangrove yang telah didukung oleh LSM dan pemerintah memberikan harapan yang sangat besar kepada kami untuk menjadikan hutan
mangrove kembali sehingga nantinya secara tidak langsung akan memberikan kontribusi yang baik untuk perekonomian nelayan Wawancara 4 September
2009”.
Memperhatikan ungkapan responden tersebut, harapan responden dapat memberikan pandangan positif dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Bila pandangan
positif dapat dipertahankan pada kehidupan masyarakat, tentu akan membangun perilaku yang bijaksana dalam hidupnya.
3 Keikutsertaan dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove
Keikutsertaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan responden dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove baik dalam kegiatan
pembibitan ataupun persemaiannya sampai pada tahap penanaman dan perawatannya. Keterlibatan responden dalam kegiatan rehabilitasi tersebut berkaitan terhadap
besarnya kontribusi ataupun bentuk partisipasi yang dilakukan.
Tabel 5.20. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove
No. Peranan dalam Kegiatan Rehabilitasi
Hutan Mangrove Jumlah
Persentase
1 Tidak mau berperan
0.00 2
Tidak pernah diikutsertakan 0.00
3 Turut berperan jika ada himbauan
10 10.20
4 Turut serta jika tidak berhalangan
7 7.14
5 Selalu turut berperan
81 82.66
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Berdasarkan hasil perolehan data pada Tabel 5.20 responden yang menyatakan selalu turut berperan dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove
di wilayah penelitian sebanyak 82.66 merupakan persentase tertinggi dari pernyataan lainnya. Pernyataan ini mengindikasi bahwa adanya partisipasi
masyarakat dengan diwujudkannya dalam keterlibatan pada kegiatan rehabilitasi hutan mangrove walaupun pelaksanaan dilakukan tidak setiap waktu, oleh karena
adanya aktivitas masyarakat yang mengarah terhadap pemenuhan kebutuhan hidup lebih menuntut. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, peranan langsung
masyarakat pada kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dilaksanakan, setelah kegiatan pemenuhan perekonomian masyarakat telah terpenuhi oleh responden. Artinya,
program rehabilitasi hutan mangrove bukan merupakan mata pencaharian utama masyarakat.
4 Partisipasi masyarakat dalam perencanaan rehabilitasi hutan mangrove
Partisipasi dalam perencanaan rehabilitasi hutan mangrove diperoleh dari pertanyaan yang diajukan berkisar keterlibatan dalam penyusunan rancangan kegiatan
dan rancangan anggaran kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Untuk melihat partisipasi masyarakat dalam penyusunan rancangan kegiatan rehabilitasi hutan
mangrove dapat dilihat pada Tabel 5.21 berikut:
Tabel 5.21. Distribusi Responden Menurut Keterlibatan dalam Penyusunan Rancangan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove
No. Peranan dalam Penyusunan Rancangan Kegiatan
Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah
Persentase
1 Tidak mau berperan
2 2.04
2 Tidak pernah diikutsertakan
0.00 3
Turut berperan jika ada himbauan 11
11.22 4
Turut serta jika tidak berhalangan 8
8.16 5
Selalu turut berperan 77
78.58 Jumlah
98 100.00
Sumber: Analisis data primer
Responden yang menyatakan selalu turut berperan dalam penyusunan rancangan kegiatan sebanyak 77 responden 78.58 merupakan persentase tertinggi
dari lainnya. Rancangan ini dilakukan oleh masyarakat melalui pembentukan kelompok tani pada wilayah rehabilitasi yang menjadi penanggung jawab
pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah yang telah ditentukan. Keterlibatkan masyarakat dalam penyusunan rancangan kegiatan rehabilitasi hutan
mangrove menjadi satu kunci keberhasilan dari program rehabilitasi, oleh karena itu pelaksana program tersebut dititik beratkan kepada masyarakat yang berbatasan
langsung dengan lokasi kegiatan yang tentu saja akan secara ekologis akan memberikan dampak langsung pada kehidupan masyarakat sekitar hutan
Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan akan menciptakan hasil yang lebih baik, sehingga rasa tanggung jawab bersama akan terbina yang nantinya
menghasilkan kerja yang terbaik. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dapat dijadikan suatu bagian dari proses program, sehingga pelaporan pelaksanaan program
akan menjadi suatu laporan yang sangat dan program yang dilaksanakan dapat dipercaya oleh berbagai pihak.
Tabel 5.22. Distribusi Responden Menurut Peranan Penyusunan Rancangan Anggaran Biaya Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove
No. Peranan Penyusunan Rancangan Anggaran Biaya
Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah
Persentase
1 Tidak mau berperan
0.00 2
Tidak pernah diikutsertakan 1
1.02 3
Turut berperan jika ada himbauan 8
8.16 4
Turut serta jika tidak berhalangan 13
13.27 5
Selalu turut berperan 76
77.56 Jumlah
98 100.00
Sumber: Analisis data primer
Berdasarkan penyusunan rancangan anggaran biaya kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, responden yang menyatakan selalu turut berperan jika sebanyak 76
responden atau sebesar 77.56 . Angka ini merupakan persentase tertinggi dibandingkan pilihan responden lainnya dan pernyataan ini menunjukkan bahwa
masyarakat yang biasanya diwakili oleh kelompok tani yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program rehabilitasi mangrove di wilayah penelitian selalu
diikutsertakan dalam penyusunan rancangan biaya kebutuhan operasional
pelaksanaan rehabilitasi. Hasil informasi narasumber dari LSM, Anggaran biaya untuk pelaksanaan program rehabilitasi yang dicantumkan dalam proposal
berdasarkan hasil survey lapangan dan hasil wawancara dengan masyarakat untuk memperkirakan biaya maksimum dan minimum yang dibutuhkan pada pelaksanaan
program. Anggaran biaya yang dikelola oleh masyarakat dan disusun kembali pengelompokan penggunaannya adalah anggaran yang telah disetujui oleh lembaga
donor dihibahkan dalam pelaksanaan program dan dirumuskan bersama dengan masyarakat atau kelompok tani yang dibentuk sebagai pelaksana kegiatan rehabiltiasi
hutan mangrove. Terlepas dalam kondisi tanggap darurat dalam program rehabilitasi hutan
mangrove, namun peranan masyarakat dalam proses perencanaan akan baik jika dilibatkan. Seiring dengan pendapat Conyers 1991 yang menyatakan bahwa
masyarakat akan lebih mempercayai proyek jika mereka dilibatkan dalam proses perencanaan disebabkan masyarakat akan lebih memiliki rasa memiliki yang tinggi
terhadap proyek yang akan dijalankan.
Tabel 5.23. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Kegiatan Survey Lokasi Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan Mangrove
No. Peranan dalam Kegiatan Survey Lokasi
Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah
Persentase
1
Tidak mau berperan 1
1.02
2
Tidak pernah diikut sertakan 0.00
3
Turut berperan jika ada himbauan 7
7.14
4
Turut serta jika tidak berhalangan 5
5.10
5
Selalu turut berperan 85
86.74
Jumlah
98 100.00
Sumber: Analisis data primer
Peranan terhadap keterlibatan dalam kegiatan survey lokasi pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove pada Tabel 5.23, diperoleh data responden yang
menyatakan selalu terlibat dalam kegiatan survey lokasi sebesar 86.74 . Hal ini mengisyaratkan partisipasi masyarakat dalam proses penyiapan pelaksanaan program
rehabilitasi tinggi. Keterlibatan ini didukung oleh kepentingan penetapan lahan yang akan direhabilitasi kembali. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.24, keterlibatan
responden dalam menentukan lokasi kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang direncanakan berikut ini:
Tabel 5.24. Distribusi Responden Menurut Peranan Keterlibatan dalam Menentukan Lokasi Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove
No. Peranan Keterlibatan dalam Menentukan Lokasi
Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah
Persentase
1 Tidak mau berperan
2 2.04
2 Tidak pernah diikutsertakan
1 1.02
3 Turut berperan jika ada himbauan
9 9.18
4 Turut serta jika tidak berhalangan
7 7.14
5 Selalu turut berperan
79 80.62
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Berdasarkan data pada Tabel 5.24, responden yang menyatakan selalu turut berperan dalam penentuan lokasi kegiatan rehabilitasi hutan mangrove sebanyak
80.62 . Lokasi kegiatan yang akan direhabilitasi pada wilayah penelitian berkaitan juga dengan jumlah anggaran dana yang dimiliki oleh lembaga, sehingga lahan yang
akan direhabilitasi tidak dilakukan secara keseluruhan pada lahan yang telah rusak.
Tabel 5.25. Distribusi Responden Menurut Peranan Pelepasan Kepemilikan Lahan Menjadi Lokasi Penanaman Mangrove
No. Peranan Pelepasan Kepemilikan Lahan
Menjadi Lokasi Penanaman Mangrove Jumlah
Persentase
1 Sangat tidak bersedia
0.00
2 Tidak bersedia
1 1.02
3 Ragu-ragu
10 10.20
4 Bersedia
5 5.10
5 Sangat bersedia
82 83.68
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Partisipasi responden terhadap penetapan lokasi perencanaan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove berkaitan dengan peranan responden melakukan
partisipasi dalam melepaskan lahan yang dimiliki menjadi lokasi penanaman mangrove. Dari perolehan data pada Tabel 5.25, responden yang menyatakan sangat
bersedia melepaskan lahan yang dimiliki dilokasi pantai untuk dijadikan sebagai lokasi rehabilitasi hutan mangrove sebanyak 83.68. Pernyataan ini mengisyaratkan
bahwa partisipasi masyarakat untuk melepaskan lahannya menjadi lokasi rehabilitasi hutan mangrove sangat baik.
5 Partisipasi pada pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove
Pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove yang dilakukan akan dapat berjalan dengan baik jika adanya peranan masyarakat dalam mendukung bantuan yang
diberikan oleh donor untuk program rehabilitasi tersebut. Untuk melihat peranan responden terhadap dukungan kepada LSM atau lembaga donor dapat dilihat pada
Tabel 5.26.
Tabel 5.26. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Memberikan Dukungan terhadap LSM atau Lembaga Donor pada Kegiatan
Rehabilitasi Hutan Mangrove
No. Peranan dalam Memberikan Dukungan terhadap LSM
atau Lembaga Donor pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove
Jumlah Persentase
1 Tidak mau tahu
0.00 2
Tidak pernah memberi dukungan 1
1.02 3
Ragu-ragu 0.00
4 Memberi dukungan
10 10.20
5 Sangat memberi dukungan
87 88.78
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Responden yang menyatakan sangat memberi dukungan pada LSM dan lembaga donor pada Tabel 5.26 sebanyak 88.78 . Hal ini mengisyaratkan bahwa
masyarakat menyambut baik bantuan yang diberikan lembaga donor atau LSM terhadap kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Hal ini mengisyaratkan bahwa
dukungan diberikan merupakan wujud dari hasil positif yang diterima oleh masyarakat terhadap bantuan yang diberikan. Melalui dukungan masyarakat maka
lembaga NGO dan lembaga donor akan lebih mudah melakukan program kerjanya. Pada saat pelaksanaan program rehabilitasi hutan mangrove dilaksanakan,
kegiatan penyuluhan menjadi salah satu pendukung keberhasilan pelaksanaan program. Untuk melihat peranan responden terhadap kegiatan penyuluhan dapat
dilihat pada Tabel 5.27.
Tabel 5.27. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi
Hutan Mangrove
No. Peranan dalam Kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi
Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove
Jumlah Persentase
1 Tidak mau berperan
0.00 2
Tidak pernah diikut sertakan 1
1.02 3
Turut berperan jika ada himbauan 14
14.29 4
Turut serta jika tidak berhalangan 16
16.33 5
Selalu turut berperan 67
68.37 Jumlah
98 100.00
Sumber: Analisis data primer
Pada Tabel 5.27, responden yang selalu turut berperan dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 68. 37 yang merupakan persentase terbanyak dari yang
lainnya. Peranan ini mendukung upaya rehabilitasi hutan mangrove dapat terlaksana sesuai dengan program kerja lembaga pelaksana program rehabilitasi hutan
mangrove. Penyuluhan tersebut lebih dititik beratkan kepada panduan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi pada saat program rehabilitasi dicanangkan. Penyuluhan ini
cenderung dilaksanakan pada saat pencangan program rehabilitasi, setelah program selesai keberlanjutan penyuluhan tidak lagi dilakukan seefektif sebelumnya.
Peranan responden dalam kegatan sosial dan gotong royong dalam peksanaan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 5.28 berikut ini:
Tabel 5.28. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Kegiatan Sosial dan Gotong Royong Menunjang Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi
Hutan Mangrove
No. Peranan dalam Kegiatan Sosial dan Gotong
Royong Menunjang Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove
Jumlah Persentase
1 Tidak mau berperan
0.00 2
Tidak pernah diikutsertakan 0.00
3 Turut berperan jika ada himbauan
4 4.08
4 Turut serta jika tidak berhalangan
11 11.22
5 Selalu turut berperan
83 84.70
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Tabel 5.28 menunjukkan responden yang menyatakan selalu turut berperan dalam kegiatan sosial dan gotong royong sebesar 84.70 . Hal ini menunjukkan
keeratan sosial dan gotong royong masyarakat masih sangat tinggi. Kekuatan dalam perbaikan konstruksi di wilayah masyarakat, salah satunya melalui kontribusi
pelaksanaan gotong royong dan rasa sosial yang tinggi. Peranan masyarakat dalam mendukung program rehabilitasi hutan mangrove
dapat dilakukan melalui kontribusi masyarakat dalam melakukan penanaman mangrove dengan cara swadaya. Tabel 5.29 menunjukkan distribusi responden
menurut keterlibatan dalam kegiatan penanaman mangrove secara swadaya.
Tabel 5.29. Distribusi Responden Menurut Keterlibatan Menanam Mangrove atas Swadaya Sendiri
No. Keterlibatan Menanam Mangrove Atas
Swadaya Sendiri Jumlah
Persentase
1 Sangat tidak pernah
1 1.02
2 Tidak pernah
2 2.04
3 Ragu-ragu
6 6.12
4 Pernah
18 18.37
5 Sangat sering
71 72.45
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove di Kecamatan Baitussalam semenjak dilakukannya program penanggulangan bencana tsunami, menggunakan sistem
pembayaran atau pemberian upah terhadap kegiatan pembibitan penanaman mangrove yang dilakukan masyarakat pada program-program rehabilitasi yang
dikelola lembaga pemerintahan ataupun non pemerintahan. Namun, tidak jarang bertumbuhnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya mangrove maka
penanaman mangrove dilakukan juga secara swadaya. Hal ini disebabkan trauma bencana tsunami yang menghancurkan daratan di wilayah penelitian didukung oleh
rusaknya lahan mangrove di sekitar pantai. Responden yang menyatakan sangat sering melakukan penanaman secara swadaya sebanyak 72.45 menjadi gambaran
adanya partisipasi masyarakat untuk mendukung program rehabilitasi hutan mangrove.
6 Monitoring, control dan evalution kegiatan rehabilitasi hutan mangrove
Saat pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove diikuti dengan kegiatan monitoring, control dan evaluation. Kegiatan ini dilakukan sebagai pelengkap
kegiatan rehabilitasi, sehingga kegiatan rehabilitasi dapat dinyatakan berhasil atau tidak. Distribusi responden menurut peranan dalam kegiatan monitoring, control dan
evaluation dapat dilihat pada Tabel 5.30 berikut:
Tabel 5.30. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Kegiatan Monitoring, Control dan Evaluation pada Pelaksanaan Program Rehabilitasi
Hutan Mangrove
No. Peranan dalam Kegiatan Monitoring, Control dan
Evaluation pada Pelaksanaan Program Rehabilitasi Hutan Mangrove
Jumlah Persentase
1 Tidak mau berperan
0.00 2
Tidak pernah diikutsertakan 0.00
3 Turut berperan jika ada himbauan
3 3.06
4 Turut serta jika tidak berhalangan
19 19.39
5 Selalu turut berperan
76 77.55
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Tabel 5.30 menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu turut serta dalam kegiatan monitoring, control dan evaluation sebanyak 77.55 dari hasil
penjumlahan responden yang menyatakan sesekali turut serta dan selalu turut serta. Pernyataan ini melebihi angka 50 yang mengisyaratkan bahwa masyarakat
berpartisipasi pada kegiatan monitoring, control dan evaluation diprogramkan lembaga pada pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove. Namun, berdasarkan
wawancara dengan beberapa responden, pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada saat proyek rehabilitasi hutan mangrove masih dalam proses pelaksanaan dan menjadi
tanggung jawab lembaga untuk penyelesaian program. Setelah selesai dilakukannya program rehabilitasi, kegiatan monitoring, control dan evaluation tidak lagi dilakukan
seefisien saat pelaksanaan, disebabkan proyek dinyatakan telah selesai dan laporan akhir kegiatan telah selesai dilaporkan.
Pada saat pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove dilakukan, hasil kegiatan monitoring, control dan evaluation menjadi suatu bahan dalam diskusi atau
musyawarah pada kelompok masyarakat ataupun pimpinan daerah. Hasil kegiatan monitoring, control dan evaluation menjadi bahan musyawarah di wilayah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 5.31.
Tabel 5.31. Distribusi Responden Menurut Pelaksanaan Musyawarah Berdasarkan Hasil Kegiatan Monitoring, Control dan Evaluation
No. Pelaksanaan Musyawarah
Hasil Kegiatan Monitoring, Control dan Evaluation
Jumlah Persentase
1 Tidak mau tahu
0.00 2
Tidak tahu 0.00
3 Ragu-ragu
5 5.10
4 Pernah dimusyawarahkan
7 7.14
5 Selalu dimusyarahkan
86 87.76
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Tabel 5.31 menunjukkan bahwa 87.76 86 reponden merupakan persentase tertinggi yang menyatakan selalu dilakukannya musyawarah. Hasil kegiatan
monitoring, control dan evaluation di musyawarahkan oleh masyarakat. artinya bahwa adanya partisipasi masyarakat untuk melakukan musyawarah yang membahas
hasil dari kegiatan monitoring, control dan evaluation sehingga dapat menjadi suatu pemahaman bersama di masyarakat hasil yang ditemui di lapangan. Hal ini
menunjukkan, partisipasi masyarakat dalam kegiatan monitoring, control dan evaluation dapat terlaksana dengan baik oleh adanya pendampingan dan
pemberdayaan masyarakat yang baik dilakukan oleh lembaga penyelenggara program rehabilitasi yang pada akhirnya keberlangsungan hasil rehabilitasi dapat terjaga
sampai pada tahap mandiri atau sudah mampu dilepaskan pertumbuhannya. Sesuai
dengan pendapat Sudarmadji 2001 yang menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam kegiatan monitoring, control dan evaluation merupakan wujud pendampingan
nyata yang telah dilakukan sehingga terbentuk rasa kepemilikan yang tinggi dari masyarakat tersebut.
7 Partisipasi pada pemeliharaan hutan mangrove
Penanaman mangrove yang dilakukan masyarakat melalui program rehabilitasi di wilayah penelitian merupakan program pemerintah yang sebagian besar
difasilitasi oleh lembaga donor atau NGO sebagai upaya rehabilitasi lahan pasca gempa dan tsunami yang melanda NAD. Pelaksanaan rehabilitasi dinyatakan baik,
ketika pemeliharaan pada mangrove yang telah ditanam berjalan dengan baik. Saat penelitian dilakukan, pada areal penanaman yang pernah dilakukan
terdapat beberapa areal bekas penanaman yang telah mati, artinya penanaman yang telah dilakukan tidak berhasil. Hal ini disebabkan adanya gangguan eksternal
terhadap penanaman seperti bibit yang ditanam dimakan oleh hewan, saat penanaman dilakukan saat terjadinya pasang besar sehingga bibit yang ditanam dibawa oleh arus
serta kurang baiknya bibit yang dipilih untuk ditanam dan lain sebagainya. Hal ini dinyatakan oleh Slm:
“ Jumlah bibit-bibit mangrove yang rusak setelah dilakukannya kegiatan
penanaman sebenarnya sedikit saja. Sepengetahuan kami, ini disebabkan pada saat proyek berlangsung, ada beberapa bibit mangrove pada saat ditanam
bibitnya sudah agak layu, oleh karena saat itu bibit yang ditanam dalam jumlah besar sehingga kurang terkoordinir perlakuan dan pengawasan
pemilihan bibit Wawancara 15 September 2008”.
Selanjutnya Isy mengungkapkan: “
Kerusakan bibit-bibit mangrove yang telah ditanam tidak banyak, kerusakan yang terjadi disebabkan gangguan hewan peliharaan penduduk seperti
kambing atau bebek yang berkeliaran. Ini dikarenakan hewan-hewan di sini tidak semuanya memiliki kandang yang baik untuk hewan peliharaannya
Wawancara 15 September 2008”.
Ungkapan narasumber di atas menjelaskan bahwa masyarakat kurang melakukan pengawasan terhadap keberhasilan penanaman hutan mangrove setelah
dilakukannya upaya rehabilitasi. Upaya rehabilitasi yang dilakukan memerlukan pemeliharaan yang bijaksana dari masyarakat sebagai penghargaan terhadap jumlah
biaya, tenaga dan jasa lainnya dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang telah dilaksanakan. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.32 persentase responden
terhadap kegiatan pemeliharaan.
Tabel 5.32. Distribusi Responden Menurut Peranan Kegiatan Pemeliharaan Hutan Mangrove yang Direhabilitasi
No.
Peranan Kegiatan Pemeliharaan Hutan Mangrove yang Direhabilitasi
Jumlah Persentase
1 Tidak mau berperan
1 1.02
2 Tidak pernah diikutsertakan
0.00 3
Turut berperan jika ada himbauan 3
3.06 4
Turut serta jika tidak berhalangan 5
5.10 5
Selalu turut serta 89
90.82 Jumlah
98 100.00
Sumber: Analisis data primer
Tabel 5.32 menunjukkan bahwa 90.82 atau 89 responden yang menyatakan bahwa selalu turut serta melakukan pemeliharaan hutan mangrove. Hal ini disebabkan
oleh karena wilayah tempat tingal penduduk berbatasan langsung dengan lokasi hutan mangrove yang direhabilitasi dan batasan langsung tersebut menimbulkan dampak
langsung pada kehidupan masyarakat, pernyataan ini dikuatkan oleh Fitriadi 2004 bahwa upaya rehabilitasi mangrove dapat berlangsung dengan baik bila adanya
dukungan masyarakat dengan tidak mementingkan ekonomi sesaat tetapi memandang penanaman mangrove sebagai sumber ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena upya
rehabilitasi hutan mangrove sebagai suatu upaya memperkecil bencana alam langsung yang terjadi di sekitar ekosistem pantai.
Tabel. 5.33. Distribusi Responden Menurut Respon terhadap Pemeliharaan Hutan Mangrove yang Telah Direhabilitasi
No.
Distribusi Responden Menurut Respon terhadap Pemeliharaan Hutan Mangrove yang Telah
Direhabilitasi
Jumlah Persentase
1 Tidak mau tahu
2 2.04
2 Tidak tahu
1 1.02
3 Tidak baik
1 1.02
4 Baik
17 17.35
5 Sangat baik
77 78.57
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Tabel 5.33 menunjukkan responden yang menilai pelaksanaan kegiatan pemeliharaan sangat baik sebanyak 78.57 77 responden, jumlah ini merupakan
persentase tertinggi dari yang lainnya. Hal ini disebabkan lahan yang direhabilitasi cenderung lahan kosong milik masyarakat sendiri yang diberi izin untuk ditanami
bibit mangrove dan penilaian ini menjadi sangat baik, dipengaruhi juga oleh lamanya waktu tinggal masyarakat di daerah penelitian serta telah merasakan dampak
langsung bencana alam yang salah satunya sebagai akibat rusaknya hutan mangrove, sehingga rasa tanggung jawab dan memiliki lebih besar. Pernyataan ini sesuai dengan
pendapat Fitriadi 2004 yang menyatakan partisipasi masyarakat untuk turut
memelihara penanaman mangrove yang telah dilaksanakan cenderung disebabkan lahan yang direhabilitasi merupakan kepemilikan sendiri dan lama waktu tinggal
masyarakat pada daerah tersebut.
5.5. Evaluasi Peran Pemerintah dan Partisipasi Masyarakat dalam