dengan perempuan 9.18 . Pada saat penelitan berlangsung, responden laki-laki lebih banyak dijumpai dari pada wanita. Hal ini disebabkan kepala keluarga pada
daerah penelitian lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Kondisi ini juga diakibatkan banyaknya kaum perempuan termasuk penduduk usia belia yang
menjadi korban pada gempa tsunami yang terjadi di wilayah penelitian.
Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin No.
Usia Jumlah
Persentase
1 Laki
89 90.82
2 Perempuan
9 9.18
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Komposisi ini juga berhubungan dengan umur responden yang dijumpai di lapangan, bahwa lebih banyak responden berjenis kelamin laki-laki dengan umur
yang tidak produktif tua dijumpai di wilayah penelitian dibandingkan dengan responden laki-laki yang memiliki umur produktif.
5.3.2. Sosio Ekonomi
1 Pendidikan
Pendidikan responden pada 4 desa wilayah penelitian diklasifikasikan dalam 5 kategori menurut pendidikan formal, di mana kategori pertama yaitu tidak sekolah,
kategori kedua tamat SD, kategori ketiga tamat SMP, kategori keempat tamat SMA dan kategori kelima tamatan Perguruan Tinggi.
Tabel 5.4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan No.
Pendidikan Jumlah
Persentase
1 Tidak Sekolah
1 1.02
2 SD
4 4.08
3 SMP
34 34.69
4 SMA
51 52.04
5 Perguruan Tinggi
8 8.16
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Tabel 5.4 menunjukkan jumlah responden yang tamat SMA lebih tinggi 52.04 sedangkan responden yang tidak sekolah memiliki persentase terendah
1.02 . Hal ini menunjukkan penduduk yang memiliki tingkat pendidikan tamatan SMA lebih banyak dibandingkan penduduk yang tidak sekolah dan mengenyam
pendidikan dasar. Pendidikan masyarakat di daerah penelitian tidak menjadi hambatan terhadap
tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola hutan mangrove disebabkan sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan tamat SMA, sehingga lebih mudah
menerapkan perilaku yang baik dan bersikap lebih arif dalam mengelola lingkungan terutama hutan mangrove sesuai dengan pendidikan yang dienyam. Pendidikan
menghasilkan potensi partisipasi yang baik untuk mengelola dan memanfaatkan serta mengorganisir kawasan hutan mangrove.
Pendidikan yang baik akan menghasilkan pola pemikiran yang baik dalam hal keterlibatan ataupun partisipasi yang dilakukan. Jika keterlibatan partisipasi yang
dilakukan pada taraf pemikiran yang tinggi, tentu saja keberhasilan dalam mengelola dan memanfaatkan kawasan penyangga di wilayah penelitianpun sangat besar.
2 Lama menetapbermukim
Lama menetap atau bermukim ditentukan dari lamanya responden menetap pada wilayah penelitian dilokasi Kecamatan Baitussalam. Kategori yang digunakan
ditentukan dalam 5 kategori yaitu kategori pertama menetap di bawah atau sama dengan 5 tahun, kategori kedua menetap antara 6 sampai 10 tahun, kategori ketiga
menetap antara 11 sampai 15 tahun dan kategori keempat menetap di atas 15 sampai 20 tahun dan kategori kelima di atas 20 tahun.
Tabel 5.5. Distribusi Responden Menurut Lama Menetap atau Bermukim No.
Lama Menetap Jumlah
Persentase
1 0 – 5tahun
6 6.12
2 6 – 10 tahun
2 2.04
3 11 – 15 tahun
2 2.04
4 16 – 20 tahun
18 18.37
5 ≥ 20 tahun
70 71.43
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Berkaitan dengan Tabel 5.5, jumlah responden yang menetap pada wilayah penelitan persentase tertinggi pada kategori keempat yaitu di atas 20 tahun 71,43 .
Jumlah ini melebihi anggka 50 . Hal ini menyatakan bahwa penduduk di wilayah penelitian lebih banyak penduduk yang sudah lama menetap atau dari kecil dan sejak
lahir telah tinggal pada wilayah tersebut. Lama menetap yang dilakukan penduduk pada wilayah penelitian merupakan
domisili yang sejak lahir telah berada di daerah tersebut dan hal ini dapat diartikan sebagai masyarakat adat yang mendiami suatu wilayah. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Manulang 1999 yang menyatakan bahwa masyarakat yang berdomisili lama atau sejak lahir menetap di suatu wilayah telah turun-temurun menjalankan
kehidupan tradisional yang dicirikan dengan eratnya hubungan mereka dengan alam sekitar.
3 Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga responden pada 4 desa wilayah penelitian dibagi dalam 5 kategori yaitu kategori pertama kurang dan sama dengan 2 orang, kategori
kedua 3 orang, kategori ketiga 4 orang, kategori keempat 5 orang dan kategori kelima lebih dari 5 orang.
Tabel 5.6. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga No
Jumlah anggota Jumlah
Persentase
1 ≤ 2 orang
55 56.12
2 3 orang
24 24.49
3 4 orang
10 10.20
4 5 orang
6 6.12
5 ≥ 5 orang
3 3.06
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Dari hasil penelitian pada Tabel 5.6, diperoleh data responden berdasarkan jumlah anggota keluarga yang memiliki persentase tertinggi pada kategori pertama ≤
2 orang sebanyak 56.12 . Untuk jumlah anggota keluarga ≥ 5 orang sebanyak 3.06 merupakan jumlah terendah yang menunjukkan bahwa responden pada penelitian
ini memiliki sedikit anggota keluarga. Hal ini disebabkan banyaknya anggota keluarga yang telah menjadi korban bencana tsunami, sehingga dalam satu keluarga
banyak dijumpai satu orang kepala keluarga tanpa adanya anggota keluarga di dalamnya.
Kondisi ini memberikan implikasi bahwa responden memiliki waktu luang dan kesempatan untuk terlibat dalam mengikuti kegiatan rehabilitasi hutan mangrove,
sesuai dengan pendapat Slamet dalam Amba 1998 yang mengemukakan bahwa untuk timbul suatu partisipasi sangat ditentukan 3 faktor, yang salah satunya adalah
kesempatan. Kesempatan erat kaitannya dengan jumlah anggota keluarga, semakin sedikitkecil jumlah anggota keluarga akan cenderung mempunyai waktu luang dan
kesempatan yang lebih besar yang pada akhirnya menentukan tingkat partisipasi, dibandingkan jumlah anggota keluarga yang lebih besar.
4 Pekerjaan
Pekerjaan responden pada 4 desa wilayah penelitian dikategorikan dalam 5 kategori yaitu kategori pertama responden yang memiliki pekerjaan sebagai
PNSpegawai swasta atau tenaga honorer lainnya di perkantoran, kategori kedua responden yang memiliki pekerjaan berdagang, kategori ketiga responden yang
memiliki pekerjaan berternak, kategori keempat memiliki pekerjaan bertani dan kategori kelima bekerja sebagai nelayan.
Tabel 5.7. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan No
Pendapatan Jumlah
Persentase
1 PNSpegawai swastatenaga honorer
11 11.22
2 Berdagang
16 16.33
3 Berternak
3 3.06
4 Bertani
22 22.45
5 Nelayan
46 46.94
Jumlah 98
100.00
Sumber: Analisis data primer
Dari kelima kategori pekerjaan responden pada kategori kelima dengan pekerjaan nelayan terdapat 46 responden yang merupakan jumlah terbanyak
mencapai 46.94 dari keseluruhan responden. Sedangkan responden dengan pekerjaan berternak memiliki jumlah persentase terkecil sebesar 3.06 Tabel 5.7.
Hal tersebut disebabkan oleh wilayah penelitian berbatasan langsung dengan kawasan pantai timur Sumatera sehingga aktivitas pendukung mata pencahariannya dominan
yang berhubungan dengan laut ataupun pantai.
5 Tingkat pendapatan
Pendapatan responden pada 4 desa wilayah penelitian terbagi atas kategori pertama kurang dari Rp. 500.000, kategori kedua Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000,
kategori ketiga Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000, kategori keempat Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 dan kategori kelima lebih dari Rp. 2.000.000. Distribusi tingkat pendapatan
dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan No
Pendapatan Jumlah
Persentase
1 ≤ Rp. 500.000,-
0.00 2
Rp. 500.000,- sd Rp. 1.000.000,- 6
6.12 3
Rp. 1.000.000,- sd Rp. 1.500.000,- 53
54.08 4
Rp. 1.500.000,- sd Rp. 2.000.000,- 33
33.67 5
≥ Rp. 2.000.000,- 6
6.12 Jumlah
98 100.00
Sumber: Analisis data primer
Tingkat pendapatan berkaitan erat dengan sumbangsih mengenai partisipasi dalam rehabilitasi mangrove. Semakin tinggi tingkat penghasilan semakin besar
kemungkinan partisipasi dalam rehabilitasi hutan mangrove. Berdasarkan perolehan data pada Tabel 5.8, jumlah responden yang memiliki pendapatan diantara
Rp. 1.000.000,- sd Rp. 1.500.000,- yang lebih dominan diantara jumlah pendapatan lainnya. Nilai dari pendapatan ini dinyatakan dalam kelas cukup, hal ini dikaitkan
dengan OMR provinsi pada saat ini sebesar Rp. 1.000.000,- saat ini. Kondisi ini tidak mengurangi partisipasi responden dalam rehabilitasi hutan mangrove di daerahnya
yang memberikan manfaat ekologis dan ekonomis bagi responden oleh adanya insentif yang diberikan oleh lembaga donor dan pemerintah daerah dalam kegiatan
rehabilitasi hutan mangrove. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saharudin 1987 dalam Amba 1998 yang menyatakan bahwa bila suatu program mempunyai sangkut
paut dengan jenis pekerjaan dan kebutuhanmanfaat bagi masyarakat akan terjadi partisipasi yang lebih tinggi.
5.3.3. Pemahaman Responden terhadap Rehabilitasi Hutan Mangrove