Teori Aksi Kolektif Sistematika Penulisan

c Gerakan sosial selalu terintegrasi dengan serangkaian ide atau suatu ideologi d Gerakan sosial berisi anggota- anggota kelompok yang secara formal diorganisasikan, tetapi gerakan sosialnya itu sendiri adalah bukan kelompok yang terorganisir e Memiliki aturan yang cukup kuat untuk meneruskan eksistensinya, meski mereka harus mengubah komposisi keanggotaanya, f Gerakan sosial bukan suatu produk, tetapi memiliki durasi Wahyudi, 2005: 23

2.1.3. Teori Aksi Kolektif

Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa aksi atau tindakan kolektif itu diawali dari sekelompok orang yang berkumpul, kemudian mereka melakukan tindakan aksi atau tindakan bersama- sama. Tempat berkumpul yang dimaksud dapat berupa: kelompok, asosiasi, organisasi, institusi, jaringan, dan semacamnya yang telah disepakati bersama. Setiap tindakan manusia pasti disertai dengan penyebab yang menjadi penentu. Faktor- faktor penentu tersebut dapat berasal dari aspek psikologis, sosiologis, politis, kultural, maupun aspek lain yang merupakan kombinasi dari penentu- penentu itu. Aksi atau tindakan kolektif merupakan salah satu jenis gerakan sosial. Salah satu pemikiran mengenai tindakan kolektif yang dapat menjelaskan tentang gerakan kolektif yang dilakukan oleh kelompok LSM dan berbagai elemen masyarakat yang menuntut pemberhentian operasi penebangan hutan Tele tersebut Universitas Sumatera Utara adalah pendapat Max Weber dalam tulisannya beliau memuat tentang analisis mirip dengan gerakan penolakan penebangan hutan Tele yang dimaksudukan tindakan bersama untuk mengejar tujuan bersama. Terdapat banyak studi terdahulu yang menganalisis tentang bagaimana proses tindakan kolektif itu terjadi. Dalam hal ini setidaknya dapat dikemukakan tentang model analisis yang diberikan oleh Marxian, Durkheimian, Millian, Weberian, dan Tilly. Dalam analisis Marxian, umumnya menempatkan permasalahan tindakan kolektif pada solidaritas yang berada dalam kelompok dan konflik kepentingan diantara kelompok. Sebagaimana kelihatan dalam diagram berikut ini, bahwa mereka menganggap solidaritas dan konflik kepentingan itu saling menguatkan, dimana kedua persoalan ini dipengaruhi oleh kondisi Organisasi Produksi the organization of production Bagan 2.1 Analisis Tindakan Koletif Marxian Sementara itu, Durkheimian menganggap bahwa tindakan itu merupakan respon langsung terhadap integrasi dan disintegrasi yang terjadi di dalam masyarakat. Mereka ini membedakan tindakan kolektif yang bersifat rutin dan yang tidak rutin. Bentuk yang tidak rutin muncul dari adanya ketidak- senangan discontent dan pengejaran interes individu yang dihasilkan oleh adanya disintegrasi pembagian kerja. Sementara itu bentuk yang rutin, sebagaimana tergambar dalam diagram dibawah, menegaskan bahwa tindakan kolektif Organisasi Produksi Solidaritas Tindakan Kolektif Konflik Kepentingan Universitas Sumatera Utara dipengaruhi oleh solidaritas, yang dalam gilirannya akan memperkuat kembali solidaritas yang ada. Bagan 2.2 Analisis Tindakan Kolektif Durkheim Analisis Millian meletakkan persoalan tindakan kolektif sebagai kalkulasi yang dibuat oleh individu dalam mengejar interestnya. Menurut kalangan Millian berbagai macam “petunjuk keputusan” telah mengarahkan interest individu ke dalam tindakan individu, kemudian agregat dari tindakan individu tersebut akan menjadi tindakan kolektif. Bagan 2.3 Aksi Tindakan Kolektif Millian Sementara itu, Weberian menganggp tindakan kolektif sebagai hasil pertumbuhan atau perkembangan komitmen ke dalam suatu kepercayaan tertentu. Weberian juga membagi tindakan kolektif ke dalam dua bentuk, yang bersifat tidak rutin dan rutin. Dalam bentuk yang tidak rutin, andil kepercayaan dari kelompok memiliki dampak yang kuat dan langsung terhadap tindakan kolektif kelompok. Sedangkan dalam bentuk rutin, ada dua hal yang terjadi, yakni organisasi berperan untuk memperantarai antara kepercayaan dan tindakan, serta Non Routine Pembagian Kerja Ketidak-senangan Interes Individu Tindakan Kolektif yang menyimpang Routine Solidaritas Tindakan kolektif Decision Rules Interes Individu Tindakan Individu Tindakan Kolektif Universitas Sumatera Utara bahwa interesi kelompok memainkan peran yang besar dan langsung dalam tindakan kolektif. Bagan 2. 4 Analisis Tindakan Kolektif Weberian Kemudian Charles Tilly yang mengembangkan model mobilisasi dalam tindakan kolektif mengatakan bahwa penentu utama dari mobilisasi kelompok itu meliputi; organisasi, interes, peluang atau ancaman, dan kemampuan kelompok dalam menyikapi represi atau fasilitasi. Dalam diagram berikut ini, tergambarkan bahwa kemampuan kelompok atas tindakan represi merupakan fungsi pokok atas berbagai interes yang muncul. Tindakan kolektif yang dilakukan oleh pesaing contender adalah merupakan hasil dari aspek- aspek kekuasaan, mobilisasi, peluang, dan ancaman yang saling berhadap- hadapan dengan interes yang ada. Bagan 2. 5 Model Mobilisasi Charles Tilly Wahyudi, 2005: 200- 205 Non Routine Interes Tindakan Kolektif Kepercayaan Organisasi Routine Interes Tindakan Kolektif Kepercayaan Organisasi Organisasi Interest Mobilisasi Represi Fasilitasi Peluang Ancaman Tindakan Kolektif Kekuasaan Universitas Sumatera Utara 2.2. Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan 2.2.1. Lingkungan Hidup