Forum PESONA Sebagai Sarana Advokasi

masyarakat yang sampai saat ini belum memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian hidup. Menjaga lingkungan berarti memperhatikan generasi mendatang akan ketersediaan sumber daya alam yang pasti akan menentukan kualitas kesejahteraan hidup pada manusia jaman saat ini dan generasi yang akan datang. Hal inilah yang dipertegas dalam konsep pembangunan yang dikemukakan oleh PBB Perserikatan Bangsa – Bangsa menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan itu berpilar pada pembangunan ekonomi, keadilan sosial, dan pelestarian lingkungan. Banyak perusahaan yang tidak memperdulikan pelestarian lingkungan dan keadilan sosial bagi masyarakat yang berada di lokasi lahan produksi perusahaan. Namun, terlalu mengesploitasi sumber daya alam hanya semata- mata untuk keuntungan ekonomi yang besar. Sehingga dampaknya adalah rusaknya ekosistem lingkungan yang akan menyengsarakan mahluk hidup dan termasuk manusia didalamnya. Apa yang terjadi adalah bahwa manusia sebagai mahluk yang memiliki akal dan pikiran dituntut untuk berbuat lebih menjaga kelsetarian lingkungan hidup supaya ekosistem tetap terjaga dan kesejahteraan manusia tersebut juga akan terjamin bersama- sama dengan generasi mendatang.

c. Forum PESONA Sebagai Sarana Advokasi

Advoksai secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai permasalahan. Forum PESONA sebagai sebuah gabungan dari beberapa organisasi, juga termasuk dalam proses mengadvokasi. Melakukan pembelaan terhadap kelompok masyarakat yang tidak mengerti tentang bagaimana dampak perusakan lingkungan hidup, dalam hal ini kejadian penebangan hutan. Universitas Sumatera Utara Proses mengadvokasi itu merupakan proses melakukan pembelaan atau pemberian bantuan untuk kaum yang lemah dari mereka yang memiliki potensi, baik itu potensi pengetahuan, kapasitas pemikiran, dan lain sebagainya. Dalam kasus ini, penulis melihat warga Desa Hariara Pintu sebagai masyarakat yang memiliki dampak terhadap penebangan hutan ini, banyak yang tidak sadar tentang apa fungsi hutan dalam kehidupan sehari- hari mereka. Sebahagian dari mereka terkesan acuh tak acuh terhadap tindakan PT. Gorga Duma Sari dalam menebangi hutan di dekat permukiman mereka. Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan salah satu penduduk, yaitu Joniar Pasaribu laki – laki, 24 tahun “ Sebelumnya kami tidak terlalu peduli dengan PT. GDS ini, awalnya kami menganggap biarlah mereka mereka melaksanakan penebangan itu, biarlah itu urusannya para orang- orang yang besar itu”. Akan tetapi, setelah ada yang menggerakkan kami seperti yang kami pergi ke kantor Bupati untuk demo itu, kami semakin sadar” Penduduk desa merasa bahwa penebangan hutan ini adalah tindakan yang diluar perhatian dan urusan mereka. Masyarakat merasa mereka tidak perlu ikut campur karena mereka hanyalah rakyat kecil yang hanya pergi ke ladang dan mendapatkan hasil ladang hanya karena usaha mereka sendiri saja. Akan tetapi setelah adanya gerakan dari Forum PESONA untuk mengajak masyarakat bersama- sama untuk menolak pemberhentian penebangan hutan tersebut, sebagian masyarakat semakin sadar bahwa hutan itu merupakan aspek penting yang harus dijaga karena untuk keberlangsungan kebaikan ekosistem lingkungan hidup. Sebab kalau hutan tersebut akan dibabat habis, maka akan sangat Universitas Sumatera Utara berpengaruh pada kelembaban udara dan curah hujan di daerah ini sebab terdapat 97 penduduk di desa Hariara Pintu bekerja sebagai petani. Dikatakan sebagai sarana advokasi karena penulis menemukan beberapa pembelaan yang dilakukan Forum PESONA sampai pada ditutupnya operasi perusahaan yakni pada tanggal 6 Maret 2014. Selain penutupan operasi perusahaan, pemilik perusahaan yakni Bapak Jonni Sihotang telah mendapat status tersangka dari Kejaksaan Agung karena kasus pidana lingkungan yang dilakukannya. Dan saat ini sejak penulisan penelitian ini, bahwa salah satu organisasi bagian dari Forum PESONA yaitu SLTF telah melaporkan pemilik PT. GDS ke KPK Komisi Perberantasan Korupsi, bukti pelaporan terlampir, lampiran 5.2. Demikian keterangan yang ditemukan penulis dalam arsip Forum Peduli Samosir Nauli PESONA. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa terdapat surat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir dengan nomor surat 522.21 384 PH DKP 2013 kepada Pimpinan PT. Gorga Duma Sari dengan maksud melakukan penutupan sementara seluruh kegiatan, penebangan kayu, dan pengangkutan kayu dari lokasi IPK Izin Pemanfaatan Hutan yang sebelumnya diberikan oleh Bupati Samosir. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat lampiran 5.3 yakni Tanda Bukti Penerimaan Laporan Informasi Dugaan Tindak Pidana Korupsi Sebagaimana juga dokumen yang ditemukan penulis dalam arsip Forum PESONA, bahwa Forum PESONA mendesak DPR RI untuk juga turut campur dalam mempertahankan ekosistem Danau Toba secara lebih luas, DPR RI Komisi VII melakukan rapat kerja bersama- sama dengan Menteri Lingkungan Hidup RI, Gubernur Sumatera Utara, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Universitas Sumatera Utara Alam Kementerian Kehutanan RI, Bupati Samosir dan beberapa aktivis lingkungan lainnya. Rapat kerja ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal 2 Oktober 2013 dengan agenda secara keseluruhan sebagai berikut; 1 Permasalahan Pengrusakan Lingkungan akibat penebangan hutan alam Tele di Kabupaten Samosir, 2 Pencemaran air danau Toba oleh PT. Aqua Farm, 3 Permasalahan Permasalahan Lingkungan, yang pada saat rapat diketuai oleh Drs. Ir. H. Sutan Batoegana, MM dengan kesimpulan sebagai berikut lihat lampiran 5.3 1. Komisi VII DPR RI dan Kementerian Lingkungan Hidup RI menyetujui perlunya pelaksanaan penegakan hukum lingkungan terhadap PT. Gorga Duma Sari PT. GDS, PT. Aqua Farm, dan PT. Alegrindo Nusantara dengan memperhatikan kondisi kerusakan lingkungan di kawasan Danau Toba. 2. Komisi VII DPR RI dan Kementerian Lingkungan Hidup RI, mendesak pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Simalungun untuk menghentikan kegiatan sementara kegiatan operasi PT. Gorga Duma Sari, PT. Aqua Farm, dan PT. Alegrindo Nusantara di kawasan Tele, dikawasan danau Toba, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo. 3. Komisi DPR RI meminta kepada Kementerian Lingkungan Hidup RI untuk segera melakukan audit lingkungan kepada PT. Gorga Duma Sari, PT. Aqua Farm, dan PT. Alegrindo Nusantara dikawasan Danau Toba secara menyeluruh. Universitas Sumatera Utara 4. Komisi VII DPR RI meminta kepada Menteri Lingkungan Hidup RI untuk membuat gerakan nasional penyelamatan Danau Toba Sumber: Dokumen SLTF – Save Lake Toba Foundation Gambar 5.6 Kedatangan Komisi VII DPR RI untuk meninjau lok asi penebangan Hutan Tele Sumber: Dokumentasi Staf KSPPM: Rohani Manalu, 2014 Tindakan ini menjadikan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Tentang Penerapan Sanksi Administratif Paksaan Pemerintah Berupa Penghentian Sementara Seluruh Kegiatan Kepada PT. Gorga Duma Sari dengan tindakan pelanggaran sebagai berikut: a. Tidak memiliki izin lingkungan Hal ini melanggar ketentuan: Pasal 36 ayat 1 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa: “setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL – UPL wajib memiliki izin lingkungan” Universitas Sumatera Utara Adapun AMDAL yang telah diterbitkan, itu merupakan dokumen yang baru dibuat setelah adanya upaya perlawanan Forum PESONA, sehingga dokumen tersebut langsung dibuat oleh PT. Gorga Duma Sari. b. Menimbulkan keresahan masyarakat Hal tersebut sesuai dengan pelaksanaan rapat kerja Komisi VII DPR RI dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Rapat Dengar Pendapat dengan Gubernur Sumatera Utara, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan RI, Bupati Samosir serta Rapat Dengar Pendapat Umum dengan para Penyelamat Lingkungan dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang mencerminkan terjadinya keresahan masyarakat c. Terjadinya Kerusakan Lingkungan Hal ini sesuai dengan Surat Keterangan Ahli Perusakan Lingkungan, yang menyatakan bahwa: 1. Telah terjadi perusakan lahan, tanah, dan lingkungan melalui kegiatan penebangan pohon dan pembukaan lahan hutan seluas 400 hektar. 2. Telah terjadi kerusakan lingkungan pada hutan alam karena telah memenuhi kriteria baku kerusakan tanah dilahan kering akibat erosi air 3. Telah terjadi kerusakan lingkungan karena telah masuk kriteria baku kerusakan untuk kriteria kerusakan tanah dilahan kering untuk parameter ketebalan solum tanah dan kebatuan permukaan. d. Melakukan kegiatan sebelum terbitnya izin lingkungan dari Bupati Samosir Pemerintah Kabupaten Samosir dan izin AMDAL Hal ini melanggar Surat Pernyataan PT. Gorga Duma Sari yang menyatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara “Tidak akan melakukan aktivitas apapun dari rencana usaha sebelum terbitnya izin lingkungan dari Bupati Samosir” Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Penerapan Sanksi Administratif Paksaan Pemerintah Berupa Penghentian Sementara Seluruh Kegiatan Kepada PT. Gorga Duma Sari

5.2. Proses Gerakan Sosial