a. Data Primer
• Observasi Partisipatif, yaitu peneliti ikut aktif dalam proses
pengambilan data, peneliti mengadakan pengamatan secara langsung. Data yang diperoleh melalui observasi langsung terdiri dari rincian
tentang kegiatan, perilaku, interaksi interpersonal, dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman yang dapat diamati. Peneliti
akan mengamati langsung ke lapangan untuk melihat segala bentuk fenomena- fenomena sosial yang terjadi.
• Wawancara partisipatif, yaitu peneliti mengadakan tanya jawab secara
langsung. Agar wawancara lebih terarah digunakan instrumen berupa pedoman wawancara interview guide yakni urutan- urutan daftar
pertanyaan yang diperlukan. Dalam penelitian ini digunakan juga instumen penelitian lainnya yakni alat bantu rekam yang akan
membantu peneliti dalam menganalisis data hasil wawancara. b.
Data Sekunder Data sekunder berupa studi kepustakaan yang dilakukan utntuk
mendapatkan data- data sekunder dengan mengumpulkan bahan- bahan yang berasal dari buku, juga dari sumber- sumber lainnya seperti surat
kabar, internet, dan lain- lain yang relevan dengan penelitian.
3.5. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan pencarian pengertian yang lebih luas tentang data yang telah dianalisis. Atau dengan kata lain, interpretasi data merupakan
penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya dari data yang telah dianalisis atau dipaparkan. Dengan demikian, memberikan interpretasi dari data berarti
Universitas Sumatera Utara
memberikan arti yang lebih luas dari data penelitian. Interpretasi data dapat disebut juga sebagai analisis data Hasan, 2004: 137
Penganalisaan data pada dasarnya adalah proses penyederhanaan data yang bertujuan untuk menghasilkan keterangan dan informasi yang dapat
memberikan arti kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Hal ini akan menghasilkan suatu keterangan data yang terperinci dan sistematis. Setelah data-
data terkumpul maka langkah berikutnya adalah menganalisa data secara kualitatif, semua data- data yang terkumpul disatukan kemudian di edit. Tahap
akhir analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data, kemudian diuraikan dan disajikan secara deskriptif.
Analisis kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan periset di lapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui observasi,
wawancara mendalam, maupun dari dokumen- dokumen. Pengklasifikasian dan pengkategorian harus mempertimbangkan kesahihan kevalidan, dengan
memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentitasnya dan melakukan triangulasi berbagai sumber data. Dalam melakukan pemaknaan dan
interpretasi data tersebut, periset dituntut berteori untuk menjelaskan dan berargumentasi Kriyantono, 2008: 194 – 196
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Profil Desa Hariara Pintu
4.1.1. Gambaran Umum Desa Hariara Pintu
Desa Hariara Pintu merupakan salah satu Desa yang dimekarkan dari Desa Partungkoannaginjang dan diresmikan pada tanggal 01 Agustus 2011, dengan
batas- batas wilayah sebagai berikut;
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sianjur Mula- Mula
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Partungkoannaginjang
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pak Pak Barat
Tabel 4.1 Luas Wilayah Desa Hariara Pintu per Dusun
No Dusun Jumlah Huta
Luas Wilayah Km
2
Luas
1. I
- 136, 30
40 2.
II 1
136, 30 40
3. III
- 68, 12
20 Jumlah
340, 72 100
Sumber: Dokumen RPJM Desa, 2012
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 2 Sarana dan Prasarana Desa Hariara Pintu
No. Sarana Prasarana
Jumlah Volume Keterangan
1. Kantor Desa
1 Sewa
2. Puskesmas Pembantu
1 Dusun III
3. Gereja
8 Dusun I, II, III
4. Taman Kanak
1 Dusun II
5. SD Negeri
1 Dusun II
6. Sungai
5 Dusun I, II, III
7. Jalan Tanah
9 Dusun I, II, III
8. Jalan Koral
7 Dusun I, II, III
Sumber : Dokumen RPJM Desa 2012 Berdasarkan tabel 4.2 bahwa dapat disimpulkan bahwa keadaan desa
Hariara Pintu sudah termasuk wilayah yang memenuhi standar desa yang baik karena sudah memiliki sarana pendidikan, kesehatan , dan transportasi.
4.1.2. Sejarah Desa
Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 02Tahun 2011 Tentang Pembentukan Desa Di Kecamatan Simanindo,
Nainggolan, Sianjur Mula- Mula, Harian, dan Palipi, desa Hariara Pintu resmi menjadi sebuah desa yang berada di Kecamatan Harian.
Melihat sejarah, Desa Hariara Pintu merupakan salah satu daerah yang dihuni oleh “Bius” Pasaribu dari 4 Bius yang ada dahulu di Desa
Universitas Sumatera Utara
Partungkoannaginjang, dimana sebelum dimekarkan, Hariara Pintu merupakan Dusun ketiga dari Desa Partungkoannaginjang. Dengan demikian pada saat
caretaker, dipimpin oleh Bapak Menanti Manik dan setelah melakukan pemilihan Kepala Desa dimenangkan oleh Bapak Parulian Pasaribu.
4.1.3. Demografi Tabel 4.3
Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Kepadatan Penduduk Menurut Dusun
No. Dusun
Jumlah Penduduk
Jiwa Laki-
laki Perempuan
Rumah Tangga
Kepadatan Jiwa Km
2
1. I
484 244
240 85
3 2.
II 200
105 95
51 2
3. III
486 270
216 96
7
Total 1170
619 551
232 Rata- rata 4
jiwa km
2
Sumber: Dokumen RPJM Desa 2012 Berdasarkan tabel 4.3, desa Hariara Pintu memiliki lahan yang cukup luas.
Kepadatan warga paling banya adalah di dusun III tiga
Berdasarkan kelompok umur, penduduk Desa Hariara Pintu dapat dilihat dari tabel berikut ini;
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Hariara Pintu
No. Kelompok
Umur Laki- laki
Perempun Laki-laki +
Perempuan Rasio
Jenis Kelamin
1. 0 - 4
6 6
12 -
2. 5 – 9
5 11
16 -
3. 10 – 14
59 56
115 -
4. 15 – 19
40 83
107.5 5.
20 – 24 41
41 82
100.0 6.
25 – 29 34
31 65
109.7 7.
30 – 34 30
26 56
115.4 8.
35 – 39 26
23 49
113.30 9.
40 – 44 19
20 39
95 10.
45 - 49 16
16 32
100.0 11.
50 – 54 13
15 28
86.7 12.
55 – 59 15
14 29
107.1 13.
60 – 64 6
8 14
75.0 14.
65 + 16
20 36
80.0 Jumlah
368 350
718 1430.5
Sumber: Dokumen RPJM Desa 2012 Berdasarkan tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa komposisi masyarakat
lebih banyak berada pada usia produktif, yakni usia mulai dari 15 tahun sampai 54
Universitas Sumatera Utara
tahun sebanyak 463 orang. Dapat kita ketahui bahwa desa ini sangat potensial karena memiliki banyak angkatan kerja.
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Pendidikan
Tertinggi yang ditamatkan dan Jenis Kelamin
No. Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan Jumlah
Persen tase
Laki - Laki
Perempuan Total
1. Tidak Belum Pernah
Sekolah 8
10 18
4
2. Tidak Belum Tamat SD
18 17
35
7
3. Pendidikan Tertinggi yang
ditamatkan 4.
SD 102
124 226
44
5. SMP
75 62
137
27
6. SMA
48 38
86
16
7. Perguruan Tinggi
8 3
11
2
Total 259
254 513
100
Sumber: Dokumen RPJM Desa 2012 Berdasarkan tabel 4.5, dapat disimpulkan meskipun banyak angkatan kerja
di desa ini, tapi masih sedikit yang mengenyam pendidikan tinggi. Lebih banyak dari masyarakat yang mengecap pendidikan hanya setingkat sekolah dasar SD
yakni sebanyak 44 dari 513 jumlah penduduk yang berumur 15 Tahun keatas.
Universitas Sumatera Utara
4.1.4. Keadaan Sosial
Keadaan sosial masyarakat Hariara Pintu cukup baik, keadaan ini juga didukung oleh masyarakatnya yang tidak terlalu heterogen. Hampir seluruh
masyarakat yang tinggal di desa ini adalah suku Batak Toba yang masih memegang teguh nilai- nilai kearifan lokal seperti Gotong Royong dan Prinsip
Dalihan Natolu. Untuk melihat kearifan lokal ini, dapat kita lihat dalam kegiatan- kegiatan
pertanian mereka, misalnya satu keluarga yang akan mengerjakan lahan pertanian akan dibantu oleh keluarga atau tetangga yang lain, begitu juga sebaliknya secara
bergiliran. Atau dalam upacara- upacara keagamaan, perkawinan, kematian, atau memasuki rumah baru, masyarakat senantiasa berpartisipasi dan saling membantu
dalam materi maupun tenaga. Keadaan Sosial akan dilihat dari pranata berikut ini;
4.1.4.1. Agama
Identitas agama di dalam masyarakat Hariara Pintu masih terbilang homogen, dapat dilihat dalam tabel berikut ini;
Tabel 4. 6 Data Penduduk Berdasarkan Agama yang dianut
No. Agama
Pria Wanita
Jumlah
1. Protestan
379 331
710 2.
Katolik 240
220 460
Sumber: Dokumen RPJM Desa 2012
Universitas Sumatera Utara
Kehidupan masyarakat tidak rawan konflik karena didominasi identitas sosial yang tidak terlalu beragam dimana masyarakat hidup berdampingan dengan
harmonis.
4.1.4.2. Sosial Politik
Dalam kondisi sosial politik, Desa Hariara Pintu termasuk daerah yang kondusif terbukti dari beberapa kali pemilihan umum dalam pemilihan kepala
daerah, legislatif, dan pemilihan Presiden yang berlangsung dengan baik di daerah ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh kepala desa bahwa kondisi yang
kondusif juga terlihat pada pemilihan Kepala Desa Hariara Pintu pada bulan Desember 2011 yakni berjalan dengan semangat kekeluargaan dan demokratis.
4.1.4.3. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Keamanan dan ketertiban di Desa Hariara Pintu terjaga dengan baik. Hampir tidak ada peristiwa kriminal dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi
persoalan yang perlu mendapat perhatian segenap pemerintah adalah masalah sengketa lahan pertanian yang kerap terjadi dan kerap berpotensi menjadi masalah
dimasa yang akan datang. Hal ini karena masyarakat yang tinggal di desa ini adalah masyarakat yang homogen yang masih menempati dan mengolah lahan-
lahan pertanian hasil peninggalan nenek moyang. Oleh karena itu, sekarang adalah masa dimana anak- anak yang gilirannya membentuk keluarga yang
demikian seharusnya mendapat harta warisan sepeninggalan generasi diatasnya.
4.1.4.4. Sosial Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Dari sisi ekonomi, Desa Hariara Pintu mempunyai potensi pertanian yang cukup besar untuk dikembangkan. Salah satu potensi yang tampak adalah masih
luasnya lahan tidur di setiap dusun. Lahan ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian holtikultura dan juga potensial untuk
dijadikan tempat peternakan terpusat. Dimana sekitar 97 persen penduduk desa ini berprofesi sebagai petani, sedangkan yang lainnya bekerja sebagai pedagang dan
pegawai negeri sipil. Dapat dilihat dalam tabel berikut ini;
Tabel 4.7 Data Penduduk Desa Hariara Pintu Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan
Laki-laki Wanita
Jumlah Persentase
1. Petani
235 461
969 97
2. Pedagang
10 10
20 2
3. PNS
4 9
13 1
Total 249
480 1002
100 Sumber: Dokumen RPJM Desa 2012
Pertanian di desa Hariara Pintu secara umum di bidang holtikultura jenis kentang dan sayur mayur. Jika ditinjau dari luas lahan dan jalur akses
perdagangan akan berpotensi sangat tinggi menjadi pusat perdagangan, karena desa ini berada diperbatasan Kabupaten Samosir dengan dua kabupaten lainnya
yakni Kabupaten Pak- Pak dan Kabupaten Dairi. Persoalan yang dihadapi masyarakat saat ini adalah kecenderungan ketergantungan pada pupuk- pupuk
kimia, pemasaran hasil pertanian, dan kurangnya pengetahuan warga dalam mengembangkan pertanian berbasis teknologi.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, penduduk desa ini juga memiliki usaha peternakan tradisional, hampir setiap keluarga memiliki peternakan tradisional seperti babi, kerbau, sapi,
kambing dan ayam. Akan tetapi yang paling banyak dipelihara oleh warga adalah ternak babi dan ayam karena permodalan yang termasuk relatif kecil. Dari sisi
wilayah, topografi, suhu, dan iklim, desa Hariara Pintu berpotensi besar menjadi pusat peternakan di Kabupaten Samosir.
Adapun jenis dan jumlah ternak di desa Hariara Pintu sebagai berikut;
Tabel 4.8 Jenis dan Jumlah Ternak di desa Hariara Pintu
No. Jenis Ternak
Jumlah
1. Kerbau
35 ekor 2.
Sapi 30 ekor
3. Babi
20 ekor 4.
Ayam 500 ekor
5. Bebek
15 ekor Sumber: Dokumen RPJM Desa, 2012
4.1.4.5. Budaya
Desa Hariara Pintu, sudah lama dikenal sebagai sebuah wilayah adat yang aktif dan terpelihara hingga saat ini. Desa Hariara Pintu juga fokus pada
penjagaan wilayah- wilayah adat dan norma- norma adat yang berlaku. Sebagaimana ditemukan penulis dalam RPJMD Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa yang ditekankan bahwa pembentukan kelompok- kelompok tari dan seni budaya untuk meningkatkan nilai- nilai leluhur dan kepariwisataan. Di
Universitas Sumatera Utara
Desa Hariara Pintu, dikenal dengan istilah “bius” yang artinya pusat kumpulan orang yang memiliki kebajikan. Di desa ini merupakan tempat berkumpulnya bius
dari marga Pasaribu, dimana sebelum dimekarkan merupakan kesatuan dari desa Partungkoannaginjang yang memiliki 3 bius lainnnya, yakni Bius Situmorang,
Bius Sihotang, dan Bius Sihaloho.
4.1.4.6. Kesehatan
Desa Hariara Pintu memiliki dua sarana kesehatan yakni Pondok Bersalin Desa di Dusun II, dan Puskesmas Pembantu di Dusun III. Dan masing- masing
dilayani satu bidan desa. Dari sisi jumlah penduduk, keberadaan dua sarana kesehatan ini sudah sangat memadai. Akan tetapi masih memiliki kendala
dikarenakan dari sisi sebaran wilayah desa ini masih sulit mengakses prasarana ini karena topografi desa yang membentang sejauh 7 kilometer, sehingga masih
membutuhkan Posyandu di Dusun II yakni Dusun Bongbong. Untuk ketersediaan air bersih, setiap dusun tergantung pada aliran sungai
yang mengalir di masing- masing dusun, selain itu apabila dalam satu keluarga memiliki kemampuan ekonomi diatas rata- rata, mereka akan membuat sumur bor
di dalam rumahnya, dengan pengertian mereka juga memanfaatkan air tanah untuk keperluan sehari- hari.
4.1.4.7. Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Dari sisi pendidikan, secara umum penduduk Desa Hariara Pintu menjunjung tinggi nilai- nilai pendidikan. Sebagian besar, Pendidikan Anak Usia
Dini PAUD belum terlaksana dengan baik. Terdapat hanya satu gedung belajar PAUD, sehingga anak- anak usia dini belum mendapatkan pendidikan secara
keseluruhan. Adapun gedung Sekolah Dasar SD sudah ada di desa ini. Akan tetapi, gedung Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas
SMA belum ada. Anak- anak yang harus melanjutkan SMP harus berjalan kaki sejauh 7 km ke desa tetangga yaitu Desa Partungkoan naginjang, sedangkan yang
akan melanjutkan SMA harus menempuh perjalanan 1 jam naik sepeda motor atau bahkan mereka kost sekolah ke Kabupaten Dairi. Letak geografis yang cukup jauh
dari sarana pendidikan menyebabkan banyak yang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya. Di satu sisi, keadaan ekonomi yang cenderung
nyaman dikarenakan sumber daya pertanian mampu menopang kehidupan keluarga yang menyebabkan kurangnya motivasi anak- anak untuk merubah
kondisi kehidupan melalui pendidikan. Kondisi inilah yang menyebabkan banyaknya orangtua yang pada zaman
dahulu tidak melanjutkan pendidikannya karena jarak antara sekolah dengan desa Hariara Pintu yang relatif jauh. Selain itu, kondisi pertanian yang memiliki
potensi yang besar memberikan jaminan kenyamanan hidup meskipun tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
4.1.5. Struktur Pemerintahan Desa
Universitas Sumatera Utara
Adapun struktur pemerintahan Desa Hariara Pintu adalah sebagai berikut;
Bagan 4.1 Perangkat Desa
Bagan 4.2.
Kepala Desa
Parulian Pasaribu
Kepala Urusan Pemerintahan
Kepala Urusan Pemasyarakatan
Kepala Urusan Pembangunan
Kepala Dusun I Kepala Dusun II
Kepala Dusun III Janiaman Sihotang
Sekretris Desa
Peljon Situmorang Orlan Situmorang
Dirindo Situmorang
Riduan Situmorang Jalaut Tamba
Wongso Situmorang
Universitas Sumatera Utara
Badan Permusyawaratan Desa
Ketua BPD
Wakil Ketua Sekretaris
Anggota
Sumber: Dokumen RPJM Desa 2012
Hasiholan Manullang Arkipen Pasaribu
Poltak Lumban Gaol Saroha Siregar
Chomman Sitanggang
Universitas Sumatera Utara
Adapun peta Desa Hariara Pintu adalah sebagai berikut;
Gambar 4.1 Peta Wilayah Desa Hariara Pintu Kecamatan Harian Kabupaten Samosir
Sumber: Dokumen RPJM Desa, 2012 Wilayah Hariara Pintu merupakan dataran tinggi semenanjung bukit
barisan yang terletak di perbatasan tiga kabupaten yakni kabupaten Samosir dengan Kabupaten Dairi, Kabupaten Samosir dengan Pak-Pak dan Kabupaten
Samosir dengan Kabupaten Humbang Hasundutan. Desa Hariara Pintu dikelilingi hutan Lindung berdasarkan deskripsi SK 44 Menhut- II 2005 pada tanggal 16
Februari 2005 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan Wilayah Provinsi Sumatera Utara oleh Kementerian Kehutanan yang selanjutnya dilakukan lagi perubahan
dengan dikeluarkannya SK. 201 Menhut - II 2006 tentang Perubahan Keputusan Menteri dalam SK 44. Akan tetapi, sebagian hutan yang diarah Selatan yang
Universitas Sumatera Utara
hampir berbatasan dengan Kabupaten Pak-Pak tidak termasuk dalam sebaran hutan lindung sebagaimana dalam ketentuan yang ditetapkan oleh Kementerian
Kehutanan, melainkan wilayah tersebut merupakan wilayah APL Area Penggunaan Lahan Lain. Dimana dalam peraturan, bahwa wilayah APL dimiliki
oleh pemerintah daerah setempat untuk dikelola yang kewenangannya tidak terbatas. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Kabupaten Samosir
memberikan ruang kesempatan bagi pengusaha- pengusaha untuk mengelola lahan ini. Terdapat 3 perusahaan besar yang sempat memberikan perhatian ke
lahan ini yaitu PT. Toba Pulp Lestari, PT. EJS Agro Mulia Lestari, dan PT. Gorga Duma Sari.
4.2. Gambaran Umum Kasus Penebangan Hutan Tele Illegal Logging atau Legalized Logging
4.2.1. Pengantar
Dalam melakukan pemanfaatan kayu hutan, yang menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah tunduk pada segala peraturan yang berlaku dan
terbaru urusan perizinan, memperhatikan aspek keseimbangan ekosistem lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di pinggiran ataupun
sekitar hutan. Apabila sebuah perusahaan tidak memenuhi syarat- syarat perizinan tersebut akan tetapi penebangan hutan masih tetap berjalan, maka tindakan
tersebut merupakan tindakan penebangan yang tidak legal atau sering disebut illegal loging.
Akan tetapi, lain lagi dengan istilah legalized logging penebangan yang dilegalkan. Istilah ini menjelaskan bahwa adanya tindakan penebangan hutan
Universitas Sumatera Utara
karena adanya upaya melegalkan dokumen- dokumen perizinan yang sewajarnya hal itu diluar dari standar kelayakan dan dengan penuh rekayasa. Tujuan
dimaksudkan adanya legalized logging Penebangan yang dilegalkan hanya untuk pemenuhan harapan- harapan mereka dengan azas kepentingan kelompok
semata.
4.2.2. Kronologi Awal Penebangan Hutan Tele
Sebermula dari Hutan Tele yang merupakan lahan APL Areal Penggunaan Lahan Lain. Oleh karena itu, Hutan Tele menjadi hutan yang
dijadikan sebagai komoditas untuk keuntungan yang transaksional yang dilakukan oleh pemerintah setempat dengan para pengusaha.
Awal mula APL Areal Penggunaan Lain akan diuraikan kronologinya sebagai berikut:
a Pemerintah Hindia Belanda
Semula yang digunakan pemerintah sebagai pedoman pembuatan kebijakan adalah berdasarkan Peta Kawasan Hutan Register yang diwarisi oleh
Pemerintah Belanda adalah merupakan APL Areal Penggunaan Lain.
b Tahun 1970- 1987
Pengelolaan APL dan perizinan yang berkembang sebelum berlakunya Undang- Undang Otonomi Daerah terutama yang menyangkut di bidang
pengelolaan hutan bahwa pada lokasi tersebut sekitar tahun 1970 – an sampai 1987, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara pada waktu itu pernah
memberikan Izin Hak Pemungutan Hasil Hutan IHPHH kepada masyarakat di sekitar hutan yang luasnya 100 hektar
Universitas Sumatera Utara
c Tanggal 27 Desember 1982
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 923 Kpts Um 12 1982 tanggal 27 Desember 1982 tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan bahwa
peruntukkannya adalah APL Kawasan Non Budidaya Kehutanan. Esensi dari kebijakan ini adalah untuk kepentingan masyarakat banyak semata dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat sebesar- besarnya. Perlu diketahui maksud pemberian wewenang ini adalah untuk pemerintah daerah dalam pengertian
Gubernur bersama Bupati dan Dewan Perwakilan Daerah
d Tanggal 14 Oktober 1993
Keikutsertaan pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dapat terlihat dalam perjalanan pengelolaan APL tersebut. Berdasarkan Keputusan Gubernur sebagai
Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 593. 43 3337 1993 tanggal 14 Oktober 1993 tentang Pemberian Izin Lokasi untuk Keperluan Usaha agrobisnis
dan agroindustri Peternakan Sapi dan Pertanian Terpadu kepada PT. Biranta Nusantara seluas 2.500 Ha di Utara.
Di dalam kurun waktu yang relatif bersamaan, PT Artha Morado Jaya mendapat izin lokasi dari Gubernur Sumatera Utara untuk pengembangan ternan
domba biri- biri untuk lokasi yang belum masuk dalam izin lokasi PT. Biranta Nusantara. Berdasarkan izin lokasi yang dimiliki oleh kedua perusahaan tersebut,
telah mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Sumatera Utara untuk memperoleh Izin Pemanfaatan Kayu IPK
namun karena belum ada peraturan yang tegas tentang peruntukannya, dan studi kelayakan yang diajukan kurang memenuhi persyaratan, maka kedua perusahaan
Universitas Sumatera Utara
tidak berhasil memperoleh izin melaksanakan pembukaan areal dan meneruskan aktivitasnya.
e Tanggal 26 Desember 2003
Setelah dimekarkannya Kabupaten Toba Samosir dari Kabupaten Tapanuli Utara. Bupati Toba Samosir pada saat itu mengambil kebijakan melalui
Keputusan Bupati Toba Samosir, Drs. Sahala Tampubolon, menyaksikan penduduk penggarap dengan kehidupannya sangat memprihatinkan di kawasan
Tele. Ia kemudian mnegeluarkan Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor 281 Tahun 2003 Tentang Izin Membuka Tanah untuk Permukiman dan Pertanian yang
terletak di Desa Partungkoan Naginjang, Kecamatan Harian yang lokasinya pada APL tersebut dengan letaknya 500 meter ke dalam sepanjang jalan hingga ke
perbatasan Dairi.
f Tahun 2004- 2005
Terbentuknya Pemerintahan Kabupaten Samosir pada tahun 2004, menarik kembali perhatian PT. Biranta Nusantara pada lahan seluas 2.500 Ha di Utara
dengan mengajukan lagi permohonannya kepada Pejabat Bupati Samosir atas dasar izin lokasi dari Gubernur Sumatera Utara dan juga diikuti dengan kehadiran
PT. Artha Morado Jaya dengan memohon izin pengembangan ternak domba biri- biri untuk lokasi yang belum bagian dari izin yang diberikan ke PT. Biranta
Nusantara. Berdasarkan izin yang dimiliki oleh kedua perusahaan tersebut yang telah
mengajukan kembali permohonan dengan berbagai pendekatan kepada Pejabat Bupati Samosir pada kala itu, yakni Bapak Wilmar Elieser Simanjorang, Dipl.
Universitas Sumatera Utara
Ec., Dipl. Plan, M.Si karena menurutnya motif perusahaan hanya untuk tindakan eksploitasi hasil kayu dan potensi lain yang terkandung dalam hutan Tele.
g Tahun 2005- 2006
Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan SK. 44 Menhut- II 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi
Sumatera Utara dan kemudian telah mengalami perbaikan lewat Surat Keputusan Menteri dengan Nomor SK. 201 Menhut- II 2006 tentang Perubahan Keputusan
Menteri SK. 44 Menhut-II2005 maka segala bentuk keputusan yang sebelumnya termasuk Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 923 Kpts Um 12 1982
tidak berlaku lagi. Berdasarkan SK. 201 dan SK. 44 ditekankan bahwa daerah tersebut adalah
merupakan areal non budidaya kehutanan atau APL Areal Penggunaan Lain.
h Tahun 2007
Bupati Samosir, Drs. Mangindar Simbolon, MM, memberikan izin lokasi kepada PT. EJS Agro Mulia Lestari seluas ±2.2.50 hektar sesuai dengan
Keputusan Bupati Samosir Nomor 346 Tahun 2007 tanggal 10 Desember 2007 tentang Pemberian Izin Usaha Agrobisnis Tanaman Hias Holtikultura kepada PT.
EJS Agro Mulia Lestari. Pemberian izin tersebut dipestakan melalui suatu acara akbar yang meriah
di Tele, yang dihadiri petinggi PT. EJS, Bupati, Anggota DPRD Samosir, serta masyarakat pendukungnya. Akan tetapi, selama 3 tiga tahun masa izin, PT. EJS
tidak berhasil mengelola lahan tersebut, hal dikarenakan terdapat penolakan dari elemen masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
i Tahun 2012- 2013
Walaupun terjadi penolakan, namun Bupati Samosir tetap memberikan izin lagi kepada perusahaan PT. Gorga Duma Sari seluas ± 800 Hektar , yaitu
melalui Surat Keputusan Bupati Samosir Nomor 89 Tahun 2012 tanggal 1 Mei 2012 Tentang Pemberian Izin Atas Tanah yang terletak di Desa Hariara Pintu,
Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir yang lokasinya bersebelahan dengan lahan atas izin PT. EJS. Izin ini juga didasari Izin Prinsip Penanaman Modal dari
Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir Nomor 001 1217 IP I PMDN 2012 tertanggal 23 Februari 2012 oleh Bapak
Sampe Sijabat, SH. MM. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Januari 2013, berdasarkan pertimbangan
teknis Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, dan selanjutnya Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir menerbitkan surat izin IPK
Izin Pemanfaatan Kayu kepada PT. GDS dengan SK Nomor 005 Tahun 2013 pada tanggal 16 Januari 2013 tentang Izin Pemanfaatan Kayu Hutan Tele seluas
605 hektar lahan APL Areal Penggunaan Lain. Dibawah kepemimpinan Bupati Samosir, Ir. Mangindar Simbolon, lahan
seluas 4.086 Ha tersebut telah dimanfaatkan dengan berlandaskan kebijakan sebagai berikut;
1 Berdasarkan Peta Kawasan Hutan Register yang diwarisi oleh Pemerintah
Hindia Belanda adalah merupakan APL 2
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 923Kpts Um 12 1982 tanggal 27 Desember 1982 Tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan bahwa
peruntukannya adalah APL Kawasan Non Budidaya Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
3 Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 44 Menhut- II 2005
tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara telah mengalami Perbaikan lewat Surat Keputusan Menteri Kehutanan:
SK.201 Menhut-II 2006 Tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan: SK. 44 Menhut- II 2005 Tanggal 16 Februari 2005 bahwa
wilayah tersebut adalah APL Areal Penggunaan Lain murni. 4
Pemanfaatan APL dengan bentuk kebijakan pemerintah Kabupaten Samosir saat ini sudah bertentangan dengan maksud dan tujuan
pemerintah pusat mengapa menetapkan lahan tersebut sebagai lahan APL, yakni pelepasan kawasan hutan milik negara menjadi kawasan hutan APL
semata- mata adalah untuk kesejahteraan masyarakat banyak, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu. Sumber: Dokumen Hoetaginjang Pusuk
Buhit Eco- Tourism Movement Meskipun secara regulasi, pemerintah memiliki landasan dalam
mengeluarkan izin kepada PT. GDS, tetapi yang menjadi landasan perlawanan masyarakat adalah kehadiran PT. GDS dalam melakukan penebangan hutan sarat
akan kesalahan prosedural hukum cacat hukum , kerusakan lingkungan di sekitar Danau Toba, sikap pejabat Samosir yang menghiraukan aspirasi dan
kepentingan umum masyarakat Sumber: Dokumen SLTF- Save Lake Toba Foundation
Universitas Sumatera Utara
BAB V TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA
5.1. Peranan Gerakan Sosial Forum PESONA Peduli Samosir Nauli
Sebagaimana yang disampaikan oleh Handayani dkk bahwa gerakan sosial merupakan upaya kolektif dalam melakukan suatu perubahan melalui interaksi
dan sosialisasi. Gerakan sosial tidak hanya muncul dari kesadaran kelas dan ideologi tertentu, namun karena identitas dan kesadaran serta perhatian terhadap
persoalan, masalah dan atau fenomena yang sedang dihadapi oleh masyarakat luas. Handani dkk menyampaikan bahwa gerakan sosial berupaya menyatukan
komponen- komponen dalam masyarakat untuk melakukan perubahan dan tujuan bersama
Gerakan sosial Forum PESONA Peduli Samosir Nauli merupakan gerakan yang didasari kesadaran identitas, perhatian terhadap persoalan yang
terjadi di Kabupaten Samosir. Masyarakat yang tergabung dalam gerakan ini memiliki kesadaran dalam satu identitas yaitu mereka adalah bangsa Batak dan
memiliki kesadaran akan menjaga ikon bangsa batak yaitu Danau Toba dan Lingkungan Hidup yang berada disekitarnya.
Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara dengan salah satu informan tokoh masyarakat bapak Wilmar Simanjorang Laki- laki, 60
“Kehadiran Gerakan Forum PESONA dikarenakan adanya kesadaran masyarakat untuk mempertahankan Danau Toba sebagai warisan budaya dan
Ciptaan Tuhan yang luar biasa. Kita sebagai bangsa Batak telah menerima anugerah ini dan kita berusaha menjaganya. Adanya tindakan penebangan hutan
Universitas Sumatera Utara
di Tele ini harus kita lawan mengingat kondisi Danau Toba dan Hutan disekitarnya termasuk Hutan Tele sudah semakin rusak. Apalagi ditambah lagi
dengan Penebangan Hutan yang dilakukan oleh PT. Gorga Duma Sari. Juga perusahaan – perusahaan lain seperti PT. TPL Toba Pulp Lestari, PT. Aqua
Farm sebetulnya harus kita tolak keberadaannya di kawasan Danau Toba ini. Gerakan sosial erat kaitannya dengan perilaku kolektif, sebagaimana yang
disampaikan dalam buku Kamanto Soekanto, gerakan sosial merupakan perilaku yang dilakukan bersama dengan sejumlah orang, tidak bersifat rutin, dan
merupakan tanggapan dari rangsangan tertentu. Oleh karena itu, kejadian aksi yang dilakukan oleh Forum PESONA ini dapat diklasifikasikan sebagai gerakan
sosial, karena berdasarkan hasil penelitian bahwa perilaku ini dilakukan dengan secara bersama- sama sebanyak dua kali yakni pada tanggal 8 April 2013 dan
pada tanggal 10 Juni 2013 dengan keterlibatan massa lebih 1000 orang, yang dilaksanakan tidak bersifat rutin yakni hanya dua kali. Kejadian ini juga
merupakan tanggapan dari ransangan tertentu, yakni tanggapan akan terjadinya tindakan penebangan hutan yang merugikan masyarakat dan lingkungan, adanya
sikap pejabat pemerintah Kabupaten Samosir yang tidak mengutamakan kepentingan masyarakat dan alam, dan disebabkan perhatian masyarakat akan
terjadinya degradasi kualitas ekosistem Danau Toba secara lebih komprehensif. Menurut informasi yang didapatkan penulis, bahwa masyarakat yang paling
banyak melakukan aksi sosial adalah dari jemaat dari lembaga keagamaan dan masyarakat petani yang bergabung dalam Serikat Tani Kabupaten Samosir.
Menurut John Lofland, ada 17 variabel yang dapat berpengaruh terhadap gerakan sosial yaitu ketimpangan sosial, kesempatan politik, campur tangan
Universitas Sumatera Utara
negara terhadap kehidupan warga, terjadinya deprivasi ekonomi, konsentrasi geografis, identitas kolektif, solidaritas antar kelompok, krisis kekuasaan,
melemahnya kontrol kelompok dominan, pemfokusan krisis, sinergi gelombang penduduk, adanya pemimpin, jaringan komunikasi, integrasi jaringan diantara
para penggerak, adanya situasi yang memudahkan para pembentuk potensial, dan kemampuan mempersatukan.
Dalam kejadian gerakan sosial Forum PESONA ini, penulis melihat ada 6 variabel yang paling menonjol mempengaruhi masyarakat untuk menuntut
pemberhentian penebangan hutan Tele, akan dijelaskan sebagai berikut;
1. Kesempatan Politik
Negara Indonesia sebagai negara demokrasi yang memberikan jaminan bagi setiap warga negara untuk berserikat dan berkumpul dan mengeluarkan
pendapat. Hal ini termaktub dalam Undang- Undang Dasar Tahun 1945 pada pasal 28. Oleh karena itu, upaya masyarakat untuk menyatakan pendapat terkait
adanya tindakan yang merugikan merupakan tindakan yang politis untuk memperjuangkan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan bersama adalah
merupakan sebuah kesempatan dan jaminan yang diberikan oleh negara bagi rakyatnya.
Pemahaman masyarakat yang terbentuk sebagai alasan mengapa masyarakat turut ke jalan dan menghadap ke depan kantir bupati Kabupaten
Samosir, mereka harus memiliki landasan berpikir dan bertindak. Oleh karena itu, penulis melihatnya bahwa masyarakat memegang sebuah nilai. Nilai untuk
memperjuangkan alam karena manusia tidak bisa hidup apabila tidak didukung oleh alam yang harmonis pula. Alam Danau Toba merupakan aset yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
nilai budaya, nilai ekonomi, nilai energi dimana apabila hutan disekitar danau ini sebagai penyuplai debit air ke danau Toba menggundul maka danau ini akan
semakin surut. Bapak Wilmar Simanjorang sebagai Ketua Lembaga Sosial Save Lake Toba Foundation SLTF laki- laki, 60 tahun mengatakan bahwa Hutan
Tele merupakan imbuhan air sebagaimana yang disampaikannya sebagai berikut; “Danau Toba memiliki nilai yang tidak terukur, artinya semua orang
disekitar danau bahkan diluar dari kabupaten Samosir bergantung pada air di danau ini. Nah, bagaimana kalau tidak ada hutan sebagai sumber air untuk
danau ini, maka yang terjadi adalah penyusutan debit air, tentu turbin yang ada di PLTA Sigura- Gura akan berhenti, demikian juga dengan permukaan daratan
di sepanjang tepi pantai, yang tentunya masyarakat sangat bergantung pada kondisi permanen tepi pantai, apabila terjadi penyurutan permukaan danau toba
maka pertanian dan kolam- kolam ikan akan ikut terancam. Oleh karena itu, kita harus mengajak semua elemen masyarakat untuk turun ke jalan bersama- sama
berjuang menyuarakan jeritan hati rakyat ini kepada pemerintah supaya memberhentikan penebangan ini”.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melilhat bahwa lahirnya gerakan Forum PESONA karena adanya pemahaman dari masyarakat dan penggerak
untuk memperjuangkannya tindakan politis ini kepada pemerintah lebih tepatnya kepada pemerintah kabupaten untuk mengeluarkan kebijakan dengan
mengeluarkan instruksi pemberhentian operasi penebangan hutan yang dilakukan oleh PT. Gorga Duma Sari tersebut. Karena perusahaan ini menebang pohon-
pohon di Hutan Tele yang dapat merugikan masyarakat kabupaten Samosir,
Universitas Sumatera Utara
khususnya di Desa Hariara Pintu, dan dua kecamatan yang lain yang dibawahnya dataran ini yakni Kecamatan Harian dan Kecamatan Sianjur Mula- Mula.
2. Campur tangan negara terhadap kehidupan negara
Keberadaan negara sebagai sebuah institusi bertanggungjawab pada setiap warga negara yang berada di dalamnya. Artinya bahwa negara harus menjamin
kelangsungan hidup warga negara dan bertanggungjawab atas kesejahteraan warga negara tersebut. Indonesia sebagai negara memuat sistem welfare state
Negara Kesejahteraan dimana bahwa tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah cita- cita para pendiri negara
ini. Proses pembangunan yang hanya sebagian kecil dinikmati oleh
sekelompok orang semakin menegaskan bahwa saat ini negara tidak mampu memberikan regulasi atas kehidupan warganya untuk tercapainya pemerataan.
Para peneliti ekonomi kerakyatan berpandangan bahwa perekonomian Indonesia semakin jauh dari cita- cita perekonomian yang berkeadilan, kemakmuran, dan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Ini terjadi karena kebijakan pembangunan yang tidak berpihak kepada rakyat dan kecenderungan pada ekonomi pasar
sehingga siapa yang kuat itu yang mampu mengakses sumber- sumber ekonomi produktif lebih banyak sedangkan rakyat lebih dianggap sebagai objek
pembangunan Secara lebih umum, kabupaten Samosir masih terbilang menjadi salah satu
daerah yang PAD Pendapatan Asli Daerah – nya rendah yaitu berkisar 375 Milyar di keseluruhan kabupaten dalam skala nasional Waspada Online, 2010.
Kondisi inilah yang meyebabkan kebijakan Bupati Samosir, Ir. Mangindar
Universitas Sumatera Utara
Simbolon, MM untuk memberikan izin pemanfaatan kayu IPK kepada beberapa perusahaan yakni PT. EJS, PT. Biranta Nusantara, dan PT. GDS untuk
peningkatan pendapatan daerah melalui pajak dan pembukaan izin usaha. Hal ini disampaikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Hoetaginjang Pusuk Buhit Eco-
Tourism dalam bukunya “Illegal Logging atau Legalized Logging di Hutan Tele Samosir?”
Disatu sisi, secara makro bahwa negara tidak memberi ruang bagi masyarakat untuk produktif dengan peningkatan kapasitas masyarakat dalam
pembangunan yang partisipatif, namun di sisi lain, pemerintah Kabupaten Samosir sebagai representatif negara memberikan pemilik modal untuk membuka
usaha peternakan dan kebun bunga di kawasan hutan yang masih endemik dan belantara. Dengan pengertian bahwa hutan ini merupakan sumber mata air
kehidupan mahluk hidup disekitarnya dan eksistensi hewan- hewan dan tumbuhan endemik akan tetap terjaga. Karena apabila hutan yang seluas 2.500 Hektar
tersebut ditebangi secara terus menerus maka hewan- hewan tidak lagi memiliki tempat tinggal tentu akan bergeser ke lahan pertanian atau kepermukiman
penduduk. Seperti pada gambar berikut ini, dimana monyet – monyet keluar dari hutan karena kondisi hutan semakin sempit penyebabnya adalah kawasan hutan
konsesi hutan PT. TPL dan PT. EJS Agro Mulia Lestari seluas 2.250 Ha
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1. Peta Hutan Tele dan hewan- hewan yang bermigrasi
Sumber: Dokumen SLTF - Save Lake Toba Foundation
3. Deprivasi Ekonomi
Pengertian mendasar deprivasi ekonomi adalah sebuah situasi di mana kualitas hidup di bawah dari apa yang bisa diharapkan untuk tempat tertentu pada
waktu tertentu. Sebagaimana letak fondasi dasar kabupaten Samosir pada saat awal ditetapkan sebagai salah satu kabupaten yang baru bersamaan dengan
Kabupaten Serdang Bedagai pada tanggal 18 Januari 2004 adalah kabupaten yang harus Pro Growth pro pada pertumbuhan ekonomi, Pro Poor pro pada
pengentasan kemiskinan. Pro Jobs pro pada peningkatan lapangan pekerjaan, dan Pro Green pro pada lingkungan, sebagaimana hal ini tertuang dalam RPJP
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Samosir Tahun 2025 . Akan tetapi pada kenyataan setelah 10 tahun dimekarkan menjadi kabupaten, harapan-
harapan tersebut belum menjadi kenyataan. Terbukti masih banyak pengangguran, kemiskinan, penurunan kualitas air, dan kebakaran hutan dan penebangan hutan
dan tindakan korupsi para pejabat Kabupaten Samosir.
Universitas Sumatera Utara
4. Konsentrasi Geografis
Letak geografis yang berdekatan akan memudahkan mobilisasi dan agitasi perkiraan massa untuk terpusat dalam menyampaikan aspirasi. Forum PESONA
merupakan aliansi dari berbagai latar belakang organisasi, yakni organisasi keagamaan seperti GAMKI, PSE Caritas Keuskupan Medan, JPIC Kapusin
Medan, HKBP Distrik VII Samosir, dan organisasi sosial seperti STKS Serikat Tani Kabupaten Samosir, LSM Perintis, Save Lake Toba Fondation SLTF,
Hoetaginjang Pusuk Buhit Eco- Tourism Movement, KSPPM Kelompok Swadaya, Prakarsa, dan Pengembangan Masyarakat dan organisasi budaya
seperti Yayasan Raja Lintong Situmorang dan radio Samosir Green FM. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara dengan salah satu informan
Fernando Sitanggang Laki- laki, 40 Tahun “Kejadian pada saat itu yakni massa yang tergabung dalam Forum
PESONA melaksanakan demonstrasi ke depan Kantor Bupati Samosir sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 8 April yang pertama dan pada tanggal 10 Juni 2013
yang kali kedua . Kami menggunakan segala transportasi yang ada. Banyak dari kami datang dengan menggunakan puluhan mobil truk, dan mobil pick up, selain
itu ada juga yang membawa kreta sepeda motor masing- masing dengan iring- iringan sepanjang satu kilometer. Kami yang berkumpul kurang lebih 1000 orang
pada saat itu. Kondisi geografis memungkinkan gerakan massa untuk berkumpul. Faktor
wilayah yang berdekatan, dalam hal ini masyarakat yang tergabung di dalam
Universitas Sumatera Utara
Forum PESONA digerakkan masih memungkinkan karena masih dalam satu skala kabupaten dimana didukung juga dengan transportasi yang sudah memadai.
5. Identitas Kolektif
Benar apa yang disampaikan Gurr dalam buku Wahyudi, bahwa perilaku kolektif bisa disebabkan oleh rasa ketidaksenangan. Sedangkan rasa
ketidaksenangan merupakan produk dari ketidaksesuaian antara kondisi objektif dan ide- ide tentang kondisi tersebut. Ketidaksenangan adalah produk kesenjangan
antara kenyataan dengan keinginan. Selanjutnya Obershall menambahkan, ketidaksenangan juga dapat disebabkan oleh adanya rancangan struktur sosial
yang menguntungkan kelompok tertentu, merugikan kelompok yang lain Apa yang disampaikan Smelser dalam buku Wahyudi juga dibenarkan
yakni apa yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bersama tindakan kolektif hal ini karena disebabkan adanya faktor pemicu. Smelser mengatakan hal itu
adalah sebuah kepercayaan umum. Kepercayaan yang secara universal dimiliki oleh basis massa yang melakukan upaya perlawanan. Oleh karena itu, kejadian
dalam melakukan usaha penolakan pemanfaatan kayu yang dilakukan perusahaan PT. GDS ini merupakan kesadaran kolektif. Kesadaran akan satu identitas sebagai
kesatuan dalam budaya, yaitu budaya batak, kesadaran dalam identitas daerah, yaitu dari daerah Samosir, kesadaran akan kepedulian terhadap pentingnya
menjaga lingkungan hidup dan keberadaan hutan yang harus tetap dijaga kelestariannya..
Universitas Sumatera Utara
6. Adanya Pemimpin
Gerakan Sosial sebagai gerakan yang berbasis massa tidak serta merta massa langsung menyatukan diri untuk melakukan perlawanan. Massa harus
terorganisir dengan baik dan paham akan apa yang akan disuarakan, dan setiap anggota dari barisan massa harus tunduk pada pimpinan aksi. Kepemimpinan
sangat diperlukan dalam melakukan gerakan sosial. Gerakan Sosial mampu menjadi kontrol dalam bagi sebuah kekuasaan yang sedang berjalan apabila
pemimpin- pemimpin dalam sebuah gerakan itu memiliki kemampuan mengorganisir yang baik, kekuatan jaringan yang baik, dan kemampuan
berargumentasi dengan baik. Forum PESONA yang berlatarbelakang dari berbagai organisasi dan
kelompok masyarakat untuk melakukan penolakan kehadiran perusahaan pemanfaatan kayu tersebut bersatu karena inisiatif pemimpin- pemimpin masing-
masing organisasi. Pemimpin- pemimpin melakukan koordinasi dan membangun jaringan dengan menamakannya sebagai forum. Adapun ketua Forum ini adalah
Rohani Manalu, salah satu staf dari organisasi swadaya masyarakat yaitu KSPPM Kelompok Swadaya, Prakarsa, dan Pengembangan Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2. Wawancara Penulis dengan Sekretaris Forum PESONA Bapak Fernando S
Sumber: Data Primer, 2014 Dapat dilihat dengan wawancara dengan sekretaris Forum PESONA
sebagai berikut, Fernando Sitanggang laki – laki, 40 tahun “Sebelum kala itu melakukan aksi ke depan kantor Bupati Samosir, kami
dari forum tersebut melakukan konsolidasi untuk menyatukan persepsi dan membahas apa- apa saja yang kami butuhkan. Salah satunya, Pada tanggal 10
Juni 2013 kami melakukan aksi tersebut, akan tetapi sebelumnya kami sudah mendiskusikan kira- kira berapa banyak orang yang harus kita ajak turun
kejalan, bagaimana kesiapan logistik seperti pemasangan spanduk, bagaimana
Universitas Sumatera Utara
kesiapan komsumsi, dan sebelum melaksanakan aksi di kantor Bupati, kami menentukan titik kumpul di Terminal Onan Baru Kecamatan Pangururan dan
pada pukul 10. 30 WIB kala itu, kita baru arak- arakan ke kantor bupati kira- kira 4 kilo meter lagi dari lokasi itu”
5.1.2. Latar Belakang Gerakan Sosial
Pendapat Zanden dan Haberle bahwa bahwa gerakan sosial harus membawa perubahan fundamental terhadap tatanan sosial. Gerakan sosial lahir
dari situasi dalam masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang- wenang terhadap masyarakat. Dengan kata lain, gerakan sosial lahir dari reaksi
terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat seperti misalnya kebijakan, tingkah laku pemimpin, dan penderitaan yang sedang dialami oleh masyarakat.
Adapun latar belakang mengapa Forum PESONA melakukan aksi adalah sebagai berikut;
5.1.2.1 Regulasi yang berhubungan dengan izin perusahaan PT. Gorga Duma Sari untuk melakukan usaha di Hutan Tele bermasalah
a. Permasalahan terkait izin lokasi
Setiap perusahaan yang akan melakukan usahanya harus terlebih dahulu melengkapi segala bentuk regulasi untuk menjadi payung hukum kehadiran
perusahaan tersebut. Profil PT. Gorga Duma Sari adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak
Wilmar Simanjorang, beliau menyampaikan bahwa PT. Gorga Duma Sari telah 8 tahun bergerak di bidang perkayuan. Sebelumnya perusahaan ini bekerjasama
dengan PT. Toba Pulp Lestari. Kerjasama yang dibangun adalah hasil kayu hutan alam yang berada dikawasan PT. Toba Pulp Lestari dikelola oleh PT. Gorga
Universitas Sumatera Utara
Duma Sari. Berhubung PT. Toba Pulp Lestari membutuhkan kayu ekauliptus bukan kayu- kayu alam sehingga kayu- kayu tersebut dikelola oleh PT. Gorga
Duma Sari dengan mendirikan sawmill sawmill adalah tempat pengelolaaan kayu untuk mengkapling kayu sesuai dengan jenis dan ukurannya di lapangan. Yang
kemudian kayu – kayu ini diolah menjadi material bangunan untuk perumahan, dikelola menjadi perabot- perabot rumah juga. Adapun lokasi sawmill PT. Gorga
Duma Sari tersebut berada di Desa Hutagalung Kecamatan Harian berada di dekat camp PT. Toba Pulp Lestari Sektor Tele
PT. Gorga Duma Sari merupakan milik Jonni Sihotang yang merupakan salah satu anggota DPRD Kabupaten Samosir yang menjabat sebagai Wakil Ketua
DPRD. Jonni Sihotang juga menjabat sebagai Direktur Utama perusahaan ini. Didalam Undang-Undang No 272009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
dalam Pasal 378 ayat 2 disebutkan anggota DPR dilarang menyambi pekerjaan sebagai pejabat struktural di perusahaan, lembaga pendidikan swasta, akuntan
publik, pengacara, dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas dan wewenang DPR serta hak sebagai anggota DPR. Peraturan ini sangat jelas
mengatur untuk mengantisipasi adanya anggota dewan yang menyalahgunakan wewenangnya yang berujung pada kepentingan kelompok dengan
mengesampingkan kepentingan hidup orang banyak. Selain itu, pada ketentuan perundang- undangan dalam Izin Pemanfaatan
Kayu oleh sebuah perusahaan, disyaratkan dalam Pasal 6 ayat 2 dan Pasal 6 ayat 3 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14 Menhut-II 2011 tanggal 10 Maret
2011 bahwa perusahaan harus menyertakan dokumen izin Prinsip Penanaman Modal, Izin Lokasi, dan Peta Lokasi hutan yang dimohonkan.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi, berdasarkan studi kepustakaan yang peneliti lihat dalam dokumen Save Lake Toba Foundation SLTF, lembaga ini mendokumentasikan
semua bentuk pelanggaran hukum yang terjadi di jajaran pemerintahan Kabupaten Samosir dan pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Gorga Duma Sari. Peneliti
menemukan bahwa surat izin lokasi atas tanah yang seluas 800 Hektar yang terletak di desa Hariara Pintu tersebut tidak sesuai pada peruntukannya.
Kehadiran PT. GDS dalam pengajuan alasan untuk penggunaan lahan seluas 800 hektar adalah untuk usaha perkebunan buah, umbi- umbian, dan
peternakan, sebagaimana dalam tabel berikut.
Tabel 5.1 Rencana Usaha PT. Gorga Duma Sari tahun
No. Produksi Jenis Barang
Satuan Kapasitas
1. Perkebunan Jeruk Manis
Ton 12. 144
2. Terong Belanda
Ton 2.500
3. Ubi Taiwan
Ton 5000
4. Peternakan Sapi Potong
Ton 150
5. Daging Kambing
Ton 25
6. Ayam Potong
Ton 20
7. Ikan air tawar
Ton 10
Sumber : Dokumen AMDAL PT. GDS, 2014 Adapun perlengkapan dalam dokumen AMDAL PT. GDS Operasional PT.
GDS tersebut yakni; Dump Truck dengan jumlah 5 Unit, Logging Truck 12 Unit, Escavator 10 Unit, Chainsaw 26 Unit, dan mobil operasional 5 Unit. Penulis
mengamati bahwa tidak ada hubungan yang sejalan antara hasil produksi usaha
Universitas Sumatera Utara
PT. GDS dengan alat produksi yang digunakan di dalam dokumen AMDAL. Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa tujuan perusahaan itu adalah untuk
memproduksi hasil pertanian holtikultura dan peternakan, tapi alat produksinya semata- mata hanya untuk keperluan penebangan kayu saja.
Gambar 5.3. Dokumen AMDAL PT. Gorga Duma Sari
Oleh karena itu, penerbitan Izin Prinsip Penanaman Modal oleh Badan Perizinan Kabupaten Samosir seperti tidak dikaji dengan matang. Atas penjelasan
Wilmar Simanjorang, yakni selaku mantan Pejabat Sementara Bupati Kabupaten Samosir ketika pertama kali kabupaten ini dimekarkan, beliau menyampaikan
bahwa beberapa perusahaan yakni PT. Biranta Nusantara dan PT. EJS Agro Mulia Lestari mengajukan Izin Prinsip Penanaman Modal dengan tegas mantan Pejabat
Sementara Bupati Samosir ini menolak permohonan kedua perusahaan tersebut. Perusahaan ini berkedok untuk usaha pertanian, peternakan, dan perkebunan
holtikultura akan tetapi sesungguhnya adalah untuk membabat dan
Universitas Sumatera Utara
mengeksploitasi kayu- kayu alam yang terkandung di Hutan Tele. Mengingat daerah ini bukan Hutan Lindung sesuai dengan SK. 44 Peraturan Menteri
Kehutanan tahun 2005. Oleh karena status hutan yang merupakan Areal Penggunaan Lain APL seyogyanya mengapa daerah tersebut merupakan APL
adalah karena kebutuhan masyarakat lokal yang menggantungkan kehidupannya pada hutan Tele untuk kebutuhan dapur dengan menggunakan kayu hutan untuk
memasak. Akan tetapi ditegaskan bahwa masyarakat di Desa Hariara Pintu tidak eksploitatif dalam memanfaatkan hutan Tele.
Oleh karena itu, terdapat kejanggalan. Alat produksi yang dimiliki oleh PT. GDS tidak memiliki keterkaitan dengan hasil produksi yang akan
direncanakan. Sehingga muncul kecurigaan kehadiran perusahaan ini hanya untuk memanfaatkan kayu hutan mengingat perusahaan ini memiliki sawmill tempat
pengelolaan kayu untuk dikomersilkan. Apabila perusahaan untuk melakukan usaha peternakan atau perkebunan, mengapa tidak memakai lahan tidur di
kecamatan yang lain, misalnya di daerah Ronggur Nihuta dan Onan Runggu yang memiliki banyak lahan tidur.
Kenyataannya bahwa kehadiran PT. Gorga Duma Sari setelah mendapat izin prinsip penanaman modal. Selanjutnya izin lokasi yang diterbitkan oleh
Bupati Samosir cacat secara hukum. LSM Hoetaginjang Pusuk Buhit Eco- Tourism Movement menjelaskan dalam laporan dokumentasinya bahwa Bupati
mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Samosir Nomor 89 Tahun 2012 Tentang Pemberian Izin Atas Tanah yang terletak di Desa Hariara Pintu tersebut, tertulis
“berdasarkan tata ruang” yakni pada diktum menimbang pada butir b. Merupakan kebohongan publik, karena Dokumen Rencana Tata Ruang dan
Universitas Sumatera Utara
Wilayah RTRW Provinsi Sumatera Utara sampai sekarang belum disahkan termasuk Kabupaten Samosir. Sampai saat ini, draft Peraturan Daerah Rencana
Tata Ruang dan Wilayah RTRW Kabupaten Samosir masih dalam proses penyusunan. Tetapi, kenyataannya Pemerintah Kabupaten Samosir membetikan
Surat Keputusan Pemanfaatan Tata Ruang kepada PT. Gorga Duma Sari lihat lampiran 5.1.Oleh karena itu, diktum yang dibubuhkan Bupati dalam izin atas
tanah akan dikelola oleh PT. Gorga Duma Sari tersebut tidak layak menjadi dasar hukum karena belum disahkan oleh pemerintah Kabupaten demikian juga
Pemerintah Provinsi, lihat lampiran 5.1. sumber: dianalisis dari Dokumen LSM Hoetaginjang Pusuk Buhit Eco – Tourism Movement, 2014
b. Peraturan yang terkait dengan aspek teknis bidang pengelolaan hasil hutan