Proses Gerakan Sosial Gerakan Sosial Dalam Pemberhentian Penebangan Hutan (Studi Kasus tentang Gerakan Sosial Pemberhentian Penebangan Hutan Tele di Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir)

“Tidak akan melakukan aktivitas apapun dari rencana usaha sebelum terbitnya izin lingkungan dari Bupati Samosir” Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Penerapan Sanksi Administratif Paksaan Pemerintah Berupa Penghentian Sementara Seluruh Kegiatan Kepada PT. Gorga Duma Sari

5.2. Proses Gerakan Sosial

Gerakan Sosial merupakan aksi kolektif. Setiap tindakan manusia pasti disertai dengan penyebab yang menjadi penentu. Faktor- faktor penentu tersebut dapat berasal dari aspek psikologis, sosiologis, politis, kultural, maupun aspek lain yang merupakan kombinasi dari penentu- penentu itu. Kehadiran gerakan sosial menurut Max Weber memiliki latar belakang nilai ketertarikan interest pengikut- pengikutnya. Sementara itu, Weberian menganggap tindakan kolektif sebagai hasil pertumbuhan atau perkembangan komitmen ke dalam suatu kepercayaan tertentu. Weberian juga membagi tindakan kolektif ke dalam dua bentuk, yang bersifat tidak rutin dan rutin. Dalam bentuk yang tidak rutin, andil kepercayaan dari kelompok memiliki dampak yang kuat dan langsung terhadap tindakan kolektif kelompok. Sedangkan dalam bentuk rutin, ada dua hal yang terjadi, yakni organisasi berperan untuk memperantarai antara kepercayaan dan tindakan. Universitas Sumatera Utara Dapat dilihat dalam bagan berikut ini Analisis Tindakan Kolektif Weberian Yang dimaksud dengan gerakan sosial non routine adalah gerakan sosial yang memiliki kekuatan yang datangnya dari kelompok dan kegiatan non routine bergantung pada kesempatan tertentu dimana kekuatan massa tidak berlangsung secara terus menerus. Adapun dikatakan sebagai tindakan kolektif routine merupakan kepercayaan yang selalu dirawat berdasarkan peran organisasi yang selalu menjaga keterhubungan interest dengan kepercayaan. Pada gerakan sosial Forum PESONA, kegiatan non routine dan routine bisa dilihat penulis. Kegiatan non routine terjadi dua kali yakni pada tanggal 8 April yang pertama dan pada tanggal 10 Juni 2013. Penulis melihat adanya kekuatan massa ini bersifat tidak rutin. Kehadiran massa sampai berjumlah 1100 orang pada tanggal 8 April dan pada tanggal 10 Juni 2014 berjumlah 1200 orang karena mereka memiliki interest ketertarikan untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari sehingga mereka tidak mendapatkan musibah apabila lingkungan mengalami kerusakan. Masyarakat merasa bahwa mereka memiliki andil dalam kepedulian terhadap lingkungan. Sebab kenyataan yang terjadi pemerintah Kabupaten Samosir tidak memberikan sikap yang baik dalam menanggapi tindak penebangan hutan yang terjadi di Tele, dan secara keseluruhan, pemerintah Kabupaten Samosir tidak menunjukkan sikap kepedulian terhadap lingkungan hidup. Non Routine Interes Tindakan Kolektif Kepercayaan Organisasi Routine Interes Tindakan Kolektif Kepercayaan Organisasi Universitas Sumatera Utara Gambar 5.7 Gambar aksi Forum PESONA di depan Kantor Bupati Samosir Sumber: Dokumentasi SLTF, 2014 Sedangkan dalam sifat routine, dikatakan Max Weber bahwa gerakan sosial akan tetap masih ada, namun organisasi berperan lebih besar untuk merawat kepercayaan yang dimaksud dengan kepercayaan dalam hal ini adalah keyakinan akan terwujudnya harapan Selanjutnya pada yang bersifat non routine, sedikit banyak Forum PESONA dirawat oleh organisasi- organisasi. Akan tetapi tidak semua lagi organisasi yang sebelumnya bergabung selalu melakukan perjuangan. Maksudnya adalah perjuangan masyarakat masih tetap berlangsung tetapi hanya dilaksanakan oleh beberapa organisasi saja. Organisasi yang ditemukan penulis yang masih menjaga kepercayaan itu adalah Save Lake Toba Foundation, Hoetaginjang Pusuk Universitas Sumatera Utara Buhit Eco- Tourism Foundation, Komunitas Samosir Green, dan Yayasan Raja Lintong Situmorang YRLS. Lembaga Swadaya Masyarakat Save Lake Toba Foundation SLTF dan Hoetaginjang Pusuk Buhit Foundation merupakan LSM yang dibentuk oleh Bapak Wilmar Simanjorang. Beliau adalah mantan pejabat Bupati Kabupaten Samosir pada tahun 2004 – 2005. Beliau merupakan tokoh pemekaran kabupaten Samosir dari induknya Kabupaten Toba Samosir. Sebagaimana hasil wawancara dengan beliau, beliau menyampaikan bahwa cita- cita Samosir pada saat dimekarkan sampai hari ini belum tercapai. Bahkan kondisi lingkungan hidup daan masyarakatnya masih dalam keadaan miskin. Penulis melihat perjuangan tersebut yang dilakukan oleh Bapak Wilmar Simanjorang melalui organisasi yang didirikannya. Selain itu, Radio Komunitas Samosir Green 101, 5 FM juga termasuk organisasi yang masih merawat kepercayaan Forum PESONA. Stasiun radio ini merupakan salah satu dari dua stasiun radio yang ada di Samosir dengan visi “Radio Go Green”. Melihat misi dari radio ini adalah untuk mengajak masyarakat Samosir untuk sadar dan peduli lingkungan hidup. Demikianlah cara Radio Komunitas Samosir Green 101, 5 FM untuk selalu menjaga kepercayaan publik terhadap Forum PESONA. Yayasan Raja Lintong Situmorang YRLS merupakan organisasi yang dibentuk anak rantau marga Situmorang yang bertempat di Jakarta. Alasan Yayasan Raja Lintong Situmorang untuk bergabung dengan Forum PESONA adalah bahwa secara budaya Batak, Marga Situmorang yang tinggal di Desa Hariara Pintu memiliki keterkaitan keluarga dengan keluarga Sisingamangaraja. Universitas Sumatera Utara Keluarga Sisingamangaraja pada zaman dahulu mempersunting istri dari keluarga Situmorang yang tinggal di Desa Hariara Pintu. Oleh karena itu, mereka harus menjaga kelestarian hutan Tele ini karena memiliki nilai budaya. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dalam bagan berikut ini Bagan 5.1 Bentuk Proses Gerakan Sosial pada tanggal 8 April dan 10 Juni 2014 Interes: Masyarakat memiliki interes terhadap perjuangan lingkungan khususnya Hutan Tele Kepercayaan akan terwujudnya harapan Organisasi: Masyarakat bergabung dalam organisasi Organisasi Gereja, Organisasi Kepemudaan, Organisasi Sosial Tindakan Kolektif Masyarakat Kabupaten Samosir dengan jumlah 1200 orang Universitas Sumatera Utara

5.3. Respon Masyarakat Desa Hariara Pintu