Penyebab Kerusakan Hutan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development

kayu yang merupakan hasil utama hutan, serta berbagai hasil- hasil yang lain seperti rotan, getah, buah- buahan, madu, dan lain- lain. b. Manfaat Tidak Langsung Manfaat tidak langsung, adalah manfaat yang tidak langsung dinikmati oleh masyarakat akan tetapi yang dapat dirasakan adalah keberadaan hutan itu sendiri, berikut uraiannya; dapat mengatur uraian tata air, dapat mencegah erosi, penyaringan udara menjadi bersih, dapat memberikan keindahan, dapat memberikan manfaat pada sektor pariwisata, dapat memberikan manfaat dalam bidang pertanahan dan keamanan, dapat menampung tenaga kerja setiap perusahaan yang mengembangkan usahanya dibidang kehutanan pasti memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat menurunkan angka penangangguran, dapat menambah devisa negara Salim, 2008: 46

2.3.2. Penyebab Kerusakan Hutan

Di Indonesia kerusakan hutan terutama disebabkan: 1 Sistem perladangan berpindah. Sistem ini dilakukan oleh penduduk yang tinggal di kawasan atau di pinggiran hutan. Akan tetapi, karena penduduk bertambah terus dan teknologi sudah mulai mereka kenal, maka luas hutan yang dibuka makin luas dan waktu tanah yang di istirahatkan juga makin singkat. 2 Perambahan hutan. Perambahan hutan adalah pemanfaatan kawasan hutan secara ilegal oleh masyarakat untuk digunakan sebagai lahan usaha tani dan atau permukiman Universitas Sumatera Utara 3 Pengusaha HPH Hak Pengusahaan Hutan. Pengusaha HPH merupakan penyebab kerusakan hutan terbesar karena alasan keuntungan semata. Perusahaan tidak mematuhi persyaratan- persyaratan dan ketentuan yang mengatur perhutanan yang disebabkan kurangnya pengawasan, mentalitas dan integritas pengawas yang bobrok dan pengusaha kurang peduli terhadap lingkungan. Dalam hal ini, penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan penebangan hasil kayu hutan yang digunakan untuk kebutuhan manusia. 4 Bencana Alam. Bencana alam yang disebabkan oleh petir dan gunung meletus yang disebabkan oleh erupsi larva Manik, 2009: 74- 79

2.3.3. Konsep Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development

Pembangunan Berkelanjutan adalah proses pembangunan lahan, kota , bisnis, masyarakat , dan sebagainya yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan Adapun menurut Brundtland Report dari PBB , 1987 disampaikan bahwa Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005 , yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling bergantung dan memperkuat. Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan Universitas Sumatera Utara pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep pertumbuhan ekonomi itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005 menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan. Bagan 2.6. Pembangunan berkelanjutan: pada pertemuan tiga kesibukannya. Skema pembangunan berkelanjutan pada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman Budaya UNESCO, 2001 lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa ...keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam. Dengan demikian pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan Universitas Sumatera Utara intelektual, emosional, moral, dan spiritual. dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan http:.id.wikipedia.orgwikiberkas;sustainable_development.svg , diakses pada 24 Juli 2014 pukul 14:00 WIB Dalam Laporan Jurnal Askar Jaya, disampaikan bahwa Konsep Pembangunan Berkelanjutan harus memperhatikan pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial