Nilai Penyusutan Peralatan Biaya Penyusutan Nilai Tambah

Dari Tabel 5.5 menunjukkan bahwa biaya bahan penunjang dan pemasaran dalam pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi yaitu sebesar Rp. 1.343,63kg. Biaya yang paling tinggi adalah biaya daun pisang sebesar 36,00, sedangkan biaya yang paling rendah adalah biaya karet sebesar 1,80.

5.2.3 Nilai Penyusutan Peralatan Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan merupakan biaya keausan pada alat-alat yang digunakan dalam proses produksi. Tujuan dari adanya biaya penyusutan ini adalah untuk biaya pemeliharaan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Adapun biaya penyusutan dari peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan tape ubi di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini. Tabel 5.6 Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan 1 kali produksi Peralatan Biaya Penyusutan Rp Dandang 168,11 Baskom 158,46 Pisau 74,85 Kompor 83,72 Tungku 10,13 Penyaring 44,52 Jumlah 539,79 Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 7 Dari Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa jumlah biaya penyusutan peralatan dalam pengolahan tape ubi di daerah penelitian adalah Rp.539,79. Biaya penyusutan yang paling tinggi yaitu dandang sebesar Rp.168,11, sedangkan biaya penyusutan yang paling rendah yaitu tungku sebesar 10,13. Universitas Sumatera Utara

5.2.4 Nilai Tambah

Secara rinci nilai bahan baku, Nilai bahan penunjang, nilai penyusutan, nilai produk, dan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini. Tabel 5.7 Nilai Bahan Baku, Nilai Bahan Penunjang dan Pemasaran, Nilai Penyusutan, Nilai Produk, dan Nilai Tambah Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan per kg bahan baku Uraian Nilai Nilai Bahan Baku 1.500,00 Nilai Bahan Penunjang 1.343,63 Nilai Penyusutan 539,79 Nilai Produk 8.216,00 Nilai Tambah 4.832,58 Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 5,6,7,8 Rata-rata harga input bahan baku di daerah penelitian adalah sebesar Rp.1.500Kg. Nilai produk yang didapat adalah Rp.8.216kg. Nilai produk pada pengolahan tape ubi ini diperoleh dari hasil penerimaan di bagi dengan penggunaan bahan baku. Nilai tambah pada pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi adalah sebesar Rp.4.832,58 per kg bahan baku. Besarnya nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan nilai produk sebesar Rp.8.216Kg dengan biaya bahan baku harga input sebesar Rp.1.500Kg, dan biaya bahan penunjang sebesar Rp.1.343,63kg, serta biaya penyusutan sebesar Rp.539,79. Secara matematis, besarnya nilai tambah didapat dari : NT = Rp.8.216 – Rp.1.500 + Rp.1.343,63 + Rp.539,79 = Rp.4.832,58. Universitas Sumatera Utara Besarnya nilai tambah yang didapat sejalan dengan besarnya rasio nilai tambah terhadap nilai produknya. Rasio nilai tambah ini didapat dari pembagian antara nilai tambah dengan nilai produk yang dinyatakan dalam persen . Rasio nilai tambah ini menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk, artinya jika rasio nilai tambah 50 maka nilai tambah tergolong tinggi, sedangkan jika rasio nilai tambah ≤ 50, maka nilai tambah tergolong rendah. Rasio nilai tambah yang diperoleh dalam pengolahan tape ubi ini adalah 58,82 . Secara matematis rasio nilai tambah pengolahan tape ubi yaitu sebagai berikut: Rasio Nilai Tambah = 4.832,58 x 100 = 58,82 8.216 Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan bahwa nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi pada skala industri rumah tangga di daerah Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan masih rendah tidak dapat diterima ditolak. 5.3 Pendapatan Yang Diperoleh Dari Pengolahan Tape Ubi Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan penerimaan tape ubi dikurang dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya yang dikeluarkan pada proses produksi itu antara lain biaya bahan baku ubi kayu, biaya bahan tambahan biaya ragi, biaya lainnya, biaya pemasaran, dan biaya penyusutan peralatan. Secara rinci pendapatan yang diperoleh dari pengolahan tape ubi dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8 Pendapatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan 1 Kali Produksi Uraian Per Pengusaha Rp Total Rp A. Modal Investasi  Dandang 412.143 11.540.000  Baskom 63.464 1.777.000  Pisau 27.321 765.000  Kompor Gas 248.684 4.725.000  Tungku 11.500 103.500  Penyaring 16.250 455.000  Total Modal Investasi 779.362 19.365.500 B. Biaya Tetap TFC  Biaya Penyusutan Peralatan 539,79 15.114,01

C. Biaya Variabel TVC

 Biaya Bahan Baku Utama 40.982,14 1.147.500  Biaya Bahan Baku Tambahan 7.767,86 217.500  Biaya Lainnya 28.940,07 810.322  Biaya Pemasaran 21.114,29 591.200  Total Biaya TC 99.344,15 2.781.636,01 D. Penerimaan 224.464,00 6.285.000,00

E. Pendapatan 125.119,85

3.503.360,99 Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 3, 5, 6, 7, 8, 9 Dari Tabel 5.8 di atas dapat diinterpretasikan bahwa modal investasi merupakan modal awal yang digunakan untuk membeli peralatan yang dipergunakan untuk pengusaha tape ubi. Total modal investasi yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.19.365.500, per pengusaha adalah sebesar Rp.779.362. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi adalah biaya penyusutan peralatan. Total biaya penyusutan peralatan dalam proses Universitas Sumatera Utara pengolahan tape ubi adalah sebesar Rp.15.114,01, sedangkan total biaya penyusutan per pengusaha adalah sebesar Rp.539,79. Pengolahan tape ubi bergantung pada besarnya modal dan kapasitas produksi yang dimiliki yaitu berupa sarana dan prasarana. Kebutuhan biaya bahan baku utama juga bergerak mengikuti banyaknya bahan baku ubi kayu yang dibeli. Total biaya bahan baku utama yang dibutuhkan adalah sebesar Rp.1.147.500, per pengusaha adalah sebesar Rp.40.982,14. Bahan baku tambahan yang dibutuhkan dalam proses pengolahan ubi kayu adalah ragi dan air. Penggunaan ragi sebagai salah satu bahan yang digunakan untuk proses fermentasi, serta memberi aroma alkohol. Disini biaya air tidak dimasukkan karena di daerah penelitian para pengelola menggunakan air sumur, sehingga biaya air disini masuk ke biaya kehidupan sehari-hari. Total biaya penggunan ragi untuk pengolahan tape ubi adalah sebesar Rp.217.500, sedangkan total biaya per pengusaha adalah sebesar Rp.7.767,86. Biaya lainnya yang dimaksud disini merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pengolahan tape ubi selain biaya bahan baku utama dan biaya bahan baku tambahan. Biaya lainnya tersebut berupa biaya daun pisang, biaya lidi, biaya plastik, biaya karet, biaya kayu bakar, dan biaya gas. Total biaya lainnya yang dikeluarkan dalam pengolahan tape ubi adalah sebesar Rp.810.322, sedangkan total biaya lainnya per pengusaha adalah sebesar Rp.28.940,07. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan pengusaha untuk menjualkan atau memasarkan produk olahan ubi kayu yaitu tape ubi. Total biaya pemasaran Universitas Sumatera Utara yang dikeluarkan dalam penjualan tape ubi adalah sebesar Rp.591.200, sedangkan total biaya pemasaran per pengusaha adalah sebesar Rp.21.114,29. Maka, total biaya yang diperlukan pengolahan tape ubi mulai bahan baku utama, bahan baku tambahan berupa ragi, biaya lainnya, biaya pemasaran hingga biaya penyusutan peralatan adalah sebesar Rp.2.781.636,01, dengan biaya yang harus dikeluarkan per pengusaha adalah sebesar Rp. 99.344,15. Penerimaan dihitung dari jumlah produksi dari jumlah produksi olahan dikali dengan harga jual, setelah itu baru diketahui berapa jumlah pendapatan usaha pengolahan. Apabila penerimaan lebih besar dari biaya total produksi maka dikatakan usaha memperoleh pendapatan atau surplus. Sebalikanya apabila total biaya lebih besar dibandingkan penerimaan maka usaha pengolahan mengalami kerugian. Di daerah penelitian rata-rata volume produksi produsen adalah sebesar 228,57 bungkus. Adapun rata-rata harga jual yang diterima oleh produsen adalah sebesar Rp.1.071,43Bungkus. Maka, dapat diperolah total penerimaan untuk pengolahan tape ubi adalah sebesar Rp.6.285.000, sedangkan penerimaan yang diperoleh per pengusaha adalah sebesar Rp.224.464. Dengan demikian pendapatan dari hasil penjualan tape ubi dikurangi dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi pengolahan tape ubi di daerah Universitas Sumatera Utara penelitian per 1 kali produksi adalah sebesar Rp.3.503.360.99, sedangkan pendapatan per pengusaha per 1 kali produksi adalah sebesar Rp.125.120,04. Dari penelitian diperoleh data hasil bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh oleh produsen bergerak secara setara mengikuti besarnya bahan baku yang diolah, artinya semakain besar bahan baku yang diolah semakin tinggi juga pendapatan yang diterima pengolah. Di daerah penelitian proses produksi dan pemasaran dilakukan secara terus- menerus setiap harinya. Dengan besar biaya yang dikeluarkan dan besar penerimaan yang sama di setiap harinya. Oleh sebab itu besarnya pendapatan yang diperoleh pengolah tape ubi selama satu bulan disajikan pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Pendapatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan 1 Bulan Uraian Per Pengusaha Rp Total Rp  Penerimaan 6.733.928,57 188.550.000,00  Biaya  Biaya Variabel 2.964.130,71 82.995.660  Biaya Tetap 16.196,8 453.510,3  Total Biaya 2.980.327,51 83.449.170,3  Pendapatan Rp 3.753.601,06 105.100.829,70 Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 11 Dari Tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa total pendapatan yang diperoleh pengolahan tape ubi selama satu bulan di daerah penelitian adalah sebesar Rp.105.100.829,70, sedangkan pendapatan per pengusaha selama satu bulan adalah sebesar Rp.3.753.601,06. Universitas Sumatera Utara Bila dibandingkan antara pendapatan pengusaha tape ubi di daerah penelitian dengan besaran upah minimum kota medan UMK tahun 2015. Maka pendapatan pengusaha tape ubi sebesar Rp. 3.753.601,06 per bulan lebih besar dari upah minimum kota medan UMK sebesar Rp 2.037.000 per bulan. Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan bahwa pendapatan yang dihasilkan pengusaha tape ubi di daerah Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan lebih besar dari upah minimum Kota Medan UMK dapat diterima, dengan catatan jumlah bahan baku yang dipergunakan pengusaha berbeda-beda. Karena pendapatan diatas diperoleh dengan jumlah bahan baku yang berbeda- beda, maka jumlah bahan baku ubi kayu akan dikonversikan jumlahnya dengan satuan yang sama yaitu sebanyak 800 kgpengusaha, hal ini dilakukan untuk melihat besarnya pendapatan di daerah penelitian dengan adanya jumlah bahan baku yang sama dimana besarnya jumlah bahan baku tersebut diambil dari rata- rata pengunaan bahan baku di daerah penelitian. Oleh sebab itu, besarnya pendapatan yang diperoleh pengolah tape ubi selama satu bulan dengan jumlah bahan baku ubi kayu yang sama yaitu sebesar 800 kg disajikan pada Tabel 5.10. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10 Pendapatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan 1 Bulan per 800 kg bahan baku ubi kayu Uraian Per Pengusaha Rp Total Rp  Penerimaan 6.532.721,09 182.916.190,48  Biaya  Biaya Variabel 2.968.505,51 83.118.154,29  Biaya Tetap 16.196,8 453.510,3  Total Biaya 2.984.702,31 83.571.664,59  Pendapatan Rp 3.548.018,78 99.344.525,89 Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 12 Dari Tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa total pendapatan yang diperoleh pengolahan tape ubi selama satu bulan dengan pengunaan ubi kayu yang sama sebanyak 800 kgpengusaha di daerah penelitian adalah sebesar Rp.99.344.525,89, sedangkan pendapatan per pengusaha selama satu bulan dengan pengunaan ubi kayu yang sama sebanyak 800 kgperpengusaha adalah sebesar Rp.3.548.018,78.

5.4 Berbagai Masalah Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi Menjadi Tape

Ubi Di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden di daerah penelitian, maka didapatlah beberapa masalah dalam usaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian yaitu : 1 Penyediaan Bahan Baku Walaupun bahan baku ubi kayu di daerah penelitian cukup tersedia dan diantar tepat waktu ke setiap rumah-rumah pengusaha tape ubi. Akan tetapi tidak semua bahan baku ubi kayu yang bisa dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat tape Universitas Sumatera Utara