1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer on-farm
agricultureagribusiness yang merupakan kegiatan usahatani yang menggunakan
sarana dan prasarana produksi input factors untuk menghasilkan produk pertanian
primer: kedua,
pilar pertanian
sekunder down-stream
agricultureagribusiness sebagai kegiatan meningkatan nilai tambah produk
pertanian primer melalui pengolahan agroindustri beserta distribusi dan perdagangannya Baroh, 2007.
Ubi kayu atau singkong merupakan bahan pangan sumber karbohidrat penting di
dunia. Di Indonesia, ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Di samping itu, ubi kayu sangat berarti dalam usaha
penganekaragaman pangan penduduk, dan berfungsi sebagai bahan baku industri makanan serta bahan pakan ternak Rukmana danYuniarsih, 2001.
Komoditi ubi kayu merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting
dan sangat strategis karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk meliputi bahan pangan, pakan, energi, farmasi dan kosmetik. Berbagai produk olahan dari
ubi kayu antara lain cemilankripik, mocaff, gula cair, bahan bakar Bio-ethanol, bahan dasar obat, campuran industri kosmetik, zat perangsang tumbuh tumbuhan,
plastic stirofoarm yang ramah lingkungan, dan aneka produk lainnya. Ubi kayu
juga memiliki keunggulan lain dibanding dengan komiditi tanaman pangan
Universitas Sumatera Utara
lainnya yaitu dapat tumbuh dilahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap hama penyakit tinggi, masa panennya lama tidak diburu waktu, sehingga dapat
dijadikan pemenuhan kebutuhan hidup dan banyak keunggulan lainnya Suherman, 2014.
Pada umumnya, ubi kayu mempunyai sifat mudah rusak, cepat busuk, dan
meruah. Ubi yang telah rusak, menyebabkan warnanya berubah, rasa menjadi kurang enak, dan bahkan kadang-kadang pahit karena adanya asam sianida HCN
yang bersifat toksik racun. Pengolahan ubi kayu secara tepat akan mengurangi resiko terjadinya kerusakkan dan pembusukkan, dapat memperpanjang umur
simpannya, serta
dapat meningkatakan
nilai jualnya
Rukmana dan
Yuniarsih, 2001. Ubi kayu atau ketela pohon dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai
bahan baku tapioka dan sebagai pangan langsung. Ubi kayu sebagai pangan langsung harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak mengandung racun HCN
50mg per kg umbi basah. Sementara itu, umbi kayu untuk bahan baku industry sebaiknya memiliki kandungan protein rendah dan kandungan HCN yang tinggi
Purwono dan Purnamawati, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Berikut data produksi tanaman palawija menurut jenis tanamannya pada tahun 2009-2013 di Kota Medan.
Tabel 1.1 Jumlah Produksi Tanaman Palawija Menurut Jenis Tanaman Ton 2009-2013
Tahun Jenis Tanaman
Jagung Ketela
Pohon Ketela
Rambut Kacang
Tanah Kacang
Kedelai Kacang
Hijau
2009 1.435
4.364 2.274
183 -
129 2010
1.397 3.870
1.791 168
- 94
2011 1.200
4.046
1.935 187
- 59
2012 836
2.108
798 71
- 29
2013 759
1.857 761
69 -
35
Sumber: Medan Dalam Angka, 2014
Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa setiap tahunnya produksi tanaman palawija
di Kota Medan mengalami fluktuasi. Salah satu tanaman palawija yang mencapai jumlah produksi tertinggi pada tahun 2009-2013 adalah Tanaman Ketela Pohon
singkong. Tanaman ketela pohon mengalami penurunan jumlah produksi setiap tahun 2009-2013, tetapi tanaman ketela pohon tetap mencapai jumlah produksi
tertinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya. Menurut Suprapti 2005, singkong dapat diproses menjadi berbagai macam
produk jadi yang dapat langsung dikonsumsi dan produk setengah jadi yang merupakan produk antara. Produk antara tersebut perlu diproses lanjut terlebih
dahulu menjadi produk-produk tertentu baru kemudian dapat dikonsumsi. 1
Produk jadi, berupa makanan olahanjajanan dari singkong, antara lain adalah gethuk, sawut, utri lemet, singkong rebus atau goreng, kerupuk, tape dan kue
bolu cake.
Universitas Sumatera Utara
2 Produk setengah jadi, yaitu gaplek, ship, tepung gaplek, tepung kasava
tepung singkong, tepung tapioka kanji, dan onggok ampas tapioka. Berbagai upaya maupun teknologi pengolahan telah dikembangkan untuk
meningkatkan nilai tambah, nilai gizi, dan mengangkat citra produk ubi kayu. Ubi kayu mempunyai kandungan gizi yang baik sebagai sumber karbohidrat, namun
juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain kandungan proteinnya rendah, rasa dan aromanya kurang enak, serta tidak tahan lama disimpan. Untuk
memperbaiki produk dari ubi kayu, berbagai teknologi pengolahan telah dihasilkan dalam rangka meningkatkan mutu produk dan penerimaannya oleh
konsumen Herawati, 2006. Tape ubi merupakan makanan tradisional hasil olahan dari ubi kayu, tape ubi juga
merupakan salah satu produk olahan ubi kayu yang belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, produk olahan ubi kayu yang sering dijadikan penelitian
adalah kripik ubi kayu, tepung tapioka, dan tepung mocaf. Berdasarkan latar belakang ataupun alasan-alasan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih jauh tentang bagaimana proses pembuatan tape ubi dan seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan, serta seberapa besar pendapatan
yang diperoleh dari adanya pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah