terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari Kantor Lurah, Kantor Badan Pusat Stastistik kota Medan, dan berbagai instansi yang terkait dalam penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk hipotesis yang pertama yaitu untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian diselesaikan dengan
analisis deskriptif yaitu menjelaskan dari awal pengolahan ubi kayu sampai menjadi tape ubi.
Untuk hipotesis yang kedua yaitu untuk menganalisis berapa besar nilai tambah
dari proses pengolahan ubi kayu sampai menjadi tape ubi di daerah penelitian maka digunakan rumus perhitungan nilai tambah. Nilai tambah yang dihitung
dalam penelitian ini yaitu nilai tambah netto, sehingga biaya penyusutan peralatannya dihitung juga. Maka menurut suryana 1990, rumus perhitungan
nilai tambah netto yaitu :
NT = NP – NBB + NBP + NPP
Dimana: NT
= Nilai Tambah NP
= Nilai Produk NBB = Nilai Bahan Baku
NBP = Nilai Bahan Penunjang Lainnya NPP
= Nilai Penyusutan Peralatan Menurut Sudiyono 2004, Kriteria ujinya yaitu:
Jika rasio nilai tambah 50 maka nilai tambah tergolong tinggi Jika rasio nilai tambah ≤ 50 maka nilai tambah tergolong rendah
Universitas Sumatera Utara
Untuk masalah penelitian yang ketiga, yaitu untuk menganalisis berapa besar pendapatan usaha tape ubi di daerah penelitian maka digunakan rumus
perhitungan pendapatan, yang kemudian hasil perhitungan pendapatannya akan dibandingkan dengan upah minimum Kota Medan.
Menurut Hakim 2008, pendapatan akan dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
π = TR – TC TR
= P ∙ Q TC = TFC + TVC
Dimana: π
= Pendapatankeuntungan Rp TR
= Penerimaan Rp TC
= Biaya total Rp P
= Harga produksi RpKg Q
= Jumlah Produksi Kg TFC
= Total Biaya Tetap Fixed Cost Rp TVC = Total Biaya Tidak Tetap Variable Cost Rp
Untuk masalah penelitian yang keempat, yaitu untuk mengetahui masalah-
masalah yang terdapat dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian diselesaikan dengan analisis deskriptif.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran, maka dibuatlah beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
3.5.1 Definisi
1. Pengusaha tape ubi adalah setiap orang atau perseorangan orang pribadi
atau persekutuan yang menjalankan suatu usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
2. Tape ubi merupakan hasil fermentasi dari ubi kayu singkong segar
dengan waktu simpan selama kurang lebih 2-3 hari dengan menggunakan ragi.
3. Analisis nilai tambah merupakan tambahan keuntungan yang diperoleh
para pembuat tape ubi dengan penjualan ubi kayu olahan tape ubi bila di bandingkan dengan penjualan ubi kayu bukan olahan. Nilai tambah
merupakan selisih antara nilai output tape ubi dengan harga bahan baku ubi kayu dan sumbangan input lain dengan satuan RpKg.
4. Pendapatan keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan total
biaya dengan satuan Rp. 5.
Rasio nilai tambah adalah persentase nilai tambah dari nilai output tape ubi dalam .
6. Input bahan baku adalah masukan atau bahan utama ubi kayu dalam
pengolahan tape ubi Kg. 7.
Harga bahan baku adalah harga ubi kayu kg untuk diolah RpKg. 8.
Bahan penunjang adalah semua bahan selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang digunakan selama proses produksi pengolahan ubi kayu
menjadi tape ubi RpKg. 9.
Output tape ubi adalah hasil dari kegiatan pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi Kg.
Universitas Sumatera Utara
10. Nilai produk nilai output menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari
satu-satuan RpKg. 11.
Penerimaan adalah total produksi tape ubi dikalikan dengan harga jual tape ubi Rp.
12. Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usaha
pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi yang diperoleh dari jumlah biaya tetap dan tidak tetap Rp.
13. Biaya tetap fixed cost adalah semua pengeluaran yang jumlahnya tetap
dan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi dalam pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi Rp.
14. Biaya tidak tetap variable cost adalah semua pengeluaran yang
jumlahnya tidak tetap dan dipengaruhi oleh jumlah produksi dalam pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi Rp.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan
Medan Tuntungan, Kota Medan. 2.
Subjek penelitian ini adalah pengusaha yang memproduksi tape ubi. 3.
Skala usaha dalam penelitian ini adalah skala Rumah Tangga. 4.
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
25
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARATERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Letak dan Geografis
Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki luas wilayah sekitar 135 Ha yang terletak di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Kelurahan Baru Ladang
Bambu memiliki 5 Lingkungan. Secara administratif Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Namo Gajah
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Baru Pancur Batu
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baru Pancur Batu
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu
4.1.2 Keadaan Penduduk
Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu pada tahun 2014 tercatat 4.420 jiwa yang terdiri berbagai suku. Suku dominan di Kelurahan Baru Ladang Bambu
adalah suku Jawa. Secara rinci, jumlah penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014
Jenis Kelamin Jumlah Jiwa
Persentasi
Laki-Laki 2.128
48,14 Perempuan
2.292 51,86
Jumlah 4.420
100
Sumber: Kantor Kelurahan Baru Ladang Bambu
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Baru Ladang Bambu antara laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan yang tidak besar, yaitu sekitar 3,72 atau 164 jiwa. Dari sisi keagamaan, diketahui bahwa penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu
menganut 3 agama yaitu agama Islam, Kristen, dan Katolik. Secara rinci, komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut di Kelurahan Baru Ladang
Bambu dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan,
Tahun 2014
Agama Jumlah Jiwa
Persentasi
Islam 3.073
69,53 Kristen
1.213 27,44
Katolik 134
3,03
Jumlah 4.420
100
Sumber: Kantor Kelurahan Baru Ladang Bambu
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan
Baru Ladang Bambu beragama Islam dengan jumlah 3.073 jiwa dengan presentasi 69.53 .
Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki mata pencaharian yang
beragam. Pada Tabel 4.3 ini disajikan komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Baru Ladang Bambu.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan, Tahun 2014
Mata Pencaharian Jumlah Jiwa
Persentasi
PNS 105
4,93 Pegawai Swasta
977 45,87
ABRI 15
0,7 POLISI
9 0,42
Pedagang 429
20,14 Petani
190 8,92
Lain-Lain 405
19,02
Jumlah 2.130
100
Sumber: Kantor Kelurahan Baru Ladang Bambu
Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk di
Kelurahan Baru Ladang Bambu adalah Pegawai Swasta yaitu sebanyak 977 jiwa dengan persentasi sebesar 45,87 . Dan mata pencaharian sebagai polisi berada
pada jumlah terendah yaitu sebanyak 9 jiwa dengan persentasi sebesar 0,42 .
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan den kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju
pembangunan khususnya mempercepat laju perekonomian dari masyarakat setempat. Keadaan sarana dan prasarana dari penduduk Kelurahan Baru Ladang
Bambu disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014
Sarana dan Prasarana Jumlah Unit
Kantor Lurah 1
Pustu 1
Posyandu 4
PAUD 3
TK 1
SD 2
SMP Sederajat 1
Mesjid 3
Mushollah 1
Gereja 1
Terminal Angkot 1
Jumlah 19
Sumber: Kantor Kelurahan Baru Ladang Bambu
4.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam pengusaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, dan jumlah tanggungan keluarga.
4.2.1 Umur
Umur adalah usia pengusaha yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dengan tahun. Adapun umur pengusaha
merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha pengolahan. Keadaan umur pengusaha pengolahan
tape ubi di daerah penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Keadaan Kelompok Umur Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan
Baru Ladang
Bambu, Kecamatan
Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2015
Kelompok Umur Jumlah Pengusaha
20-39 12
40-59 13
≥60 3
Jumlah 28
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 1
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.5 keadaan kelompok umur pengusaha dapat dilihat bahwa pengusaha pengolahan tape ubi sebagian besar berada dalam rentang usia produktif 20-59
tahun sebanyak 25 orang dengan presentase 89,29 .
4.2.2 Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan pengolahan dalam produktivitas usahanya. Pada umumnya semakin tinggi
pengalaman usahanya maka semakin efektif dan efisien pula kegiatan usahanya. Tingkat pengalaman pengusaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Tingkat Pengalaman Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan, Tahun 2015
Tingkat Pengalaman Jumlah Pengusaha
1-9 7
10-19 12
20-29 8
30-32 1
Jumlah 28
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 1
Dari Tabel 4.6 tentang tingkat pengalaman pengusaha dapat dilihat bahwa rata-
rata pengalaman pengusaha pengolahan tape ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu berada pada jenjang 1-29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha di
daerah penelitian terlihat sudah berpengalaman dalam mengelolah tape ubi.
4.2.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan dari pengusaha pengolahan tape ubi merupakan salah satu penunjang dalam pengembangan usaha tape ubi. Adapun tingkat pendidikan
pengusaha pengolahan tape ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu sangat
Universitas Sumatera Utara
bervariasi mulai dari SD, SMP, dan SMA. Tingkat pendidikan pengusaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan, Tahun 2015
Tingkat Pendidikan Jumlah Pengusaha
SD 8
SMP 8
SMA 12
Jumlah 28
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 1
Dari Tabel 4.7 tentang tingkat pendidikan pengusaha dapat dilihat bahwa
pendidikan yang paling banyak di tempuh pengusaha pengolah tape ubi di kelurahan baru ladang bambu adalah tingkat SMA sebanyak 12 orang dengan
tingkat persentasi sebesar 42,86 .
4.2.4 Jumlah Tanggungan Orang
Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang harus dibiayai oleh pengusaha pengolahan tape ubi dari hasil pendapatan pengolahan. Jumlah
tanggungan pengusaha pengolahan tape ubi dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Jumlah Tanggungan Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan, Tahun 2015
Jumlah Tanggungan Orang Jumlah Pengusaha
≤ 3 22
3 6
Jumlah 28
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 1
Dari Tabel 4.8 tentang jumlah tanggungan pengusaha dapat dilihat bahwa rata-
rata jumlah tanggungan pengusaha pengolahan tape ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu perorangnya adalah 2.71 atau 3 orang.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Proses Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi
5.1.1 Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi
Dalam melakukan pengolahan tape ubi, ada beberapa hal yang perlu diketahui, antara lain: penggunaan bahan baku, penggunaan modal investasi, dan
penggunaan tenaga kerja.
5.1.1.1 Penggunaan Bahan Baku
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah penelitian, diketahui bahwa bahan baku untuk membuat tape ubi adalah ubi kayu.
Namun, tidak semua ubi kayu dapat dijadikan bahan baku pembuatan tape ubi, di daerah penelitan ubi kayu yang menjadi bahan baku pembuatan tape ubi adalah
ubi kayu jenis : 1 ubi kayu mentega atau sering disebut ubi kayu kuning, 2 ubi kayu mantri, 3 ubi kayu gunting sogo. Dan ubi kayu yang menjadi bahan baku
pembuatan tape ubi tidak boleh ubi kayu yang di pupuk, karena ubi kayu yang menggunakan pupuk dapat merubah cita rasa tape ubi.
Secara rinci, mengenai jumlah penggunaan bahan baku ubi kayu dalam
pengolahan tape ubi di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1 Jumlah Penggunaan Bahan Baku Ubi Kayu Dalam Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan
Tuntungan, Kota Medan 1 Kali Produksi Uraian
Total Kg Rata-rata Kg
Penggunaan Ubi Kayu 765
27,32
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 2
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa rata-rata penggunaan bahan baku setiap 1 kali produksi adalah 27,32 kg. Dengan frekuensi pengolahan ubi kayu menjadi
tape ubi yang dilakukan responden di daerah penelitian adalah setiap hari.
5.1.1.2 Penggunaan Modal Investasi
Setiap kegiatan dalam proses pengolahan, mutlak membutuhkan modal. Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat
diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Dalam menjalankan usaha pengolahan tape ubi untuk skala rumah tangga, investasi yang diperlukan
pada saat awal bervariasi mulai dari Rp.275.000 sampai Rp.1.636.000. Investasi tersebut digunakan untuk membeli peralatan dalam pengolahan tape ubi. Dengan
Secara rinci, modal investasi dalam usaha pengolahan tape ubi dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Modal Investasi Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan
Investasi Jumlah
Nilai Rp Range
Total Rata-rata
Dandang 28
200.000 - 1.500.000 11.540.000
412.143 Baskom
28 15.000 - 144.000
1.777.000 63.464
Pisau 28
10.000 - 75.000 765.000
27.321 Kompor Gas
19 200.000 - 500.000
4.725.000 248.684
Tungku 9
7.500 - 20.000 103.500
11.500 Penyaring
28 10.000 - 30.000
455.000 16.250
Total 19.365.500
Rata-rata 779.362
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 3
5.1.1.3 Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah proses pengolahan. Tenaga kerja dalam usaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian
Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk mengerjakan berbagai tahapan proses pengolahan seperti pengupasan, pengerokkan, pemotongan, dan pencucian, perebusan dan
penyaringan, pendinginan, peragian, pembungkusan, dan pemeraman. Secara rinci, penggunaan tenaga kerja dalam usaha pengolahan tape ubi dapat dilihat
pada Tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan
Tuntungan, Kota Medan 1 Kali Produksi
Uraian Total HOK
Rata-rata HOK
Penggunaan Tenaga Kerja 17,625 0,63
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 4
Dalam proses pembuatan tape ubi di daerah penelitian, sumber tenaga kerja yang
digunakan berasal dari dalam keluarga. Untuk satu kali produksi per harinya dibutuhkan tenaga kerja sebesar 0,63 HOK.
5.1.2 Proses Pengolah Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi
Untuk mendapatkan tape ubi yang sesuai keinginan konsumen, di butuhkan tahapan proses pengolahan. Seluruh tahapan ini terangkai dalam satu kegiatan
yang berkesinambungan dan membutuhkan waktu selama 3 hari. Tahapan yang penting dalam pembuatan tape ubi adalah pada bagian perebusan dan peragian.
Kegiatan ini perlu ketelitian, bila ubi kayu terlalu lama direbus ubi kayu akan mudah hancur sehingga susah dalam melanjutkan proses selanjutnya. Sedangkan
dalam proses peragian juga membutuhkan ketelitian dalam pengukuran bahan baku.
Pengolahan tape ubi di daerah penelitian membutuhkan proses yang relatif
panjang, yang terdiri dari 7 tahapan, yaitu: 1 pengupasan, 2 pengerokkan,
Universitas Sumatera Utara
pemotongan, dan pencucian, 3 perebusan dan penyaringan, 4 pendinginan, 5 peragian, 6 pembungkusan, dan 7 pemeraman. Pada gambar 5.1 disajikan alur
tahapan pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi.
Gambar 5.1 Alur Tahapan Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi Uraian Kegiatan
1 Pengupasan
2 Pengerokkan, pemotongan, dan Pencucian
3 Perebusan dan Penyaringan
4 Pendinginan
5 Peragian
6 Pembungkusan
7 Pemeraman
SELESAI
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.1 Tahapan Pengupasan
Pengupasan ubi kayu merupakan tahap pertama pengolahan tape ubi. Pengupasan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kulit ubi kayu sehingga diperoleh daging
ubi kayu. Kagiatan ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 1 setengah jam tergantung pada banyaknya jumlah ubi kayu yang digunakan.
Gambar 5.2 Tahapan Pengupasan 5.1.2.2 Tahapan Pengerokkan, Pemotongan, dan Pencucian
Ubi kayu yang sudah dikupas kemudian dikerok, hal ini dilakukan untuk menghilangkan lendir yang menempel pada permukaan daging ubi kayu, setelah
lendir yang menempel pada ubi kayu hilang. Ubi kayu di potong kecil-kecil, kemudian ubi kayu yang telah dipotong kecil-kecil dicuci menggunakan air
supaya daging ubi kayu bersih. Kagiatan ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam tergantung pada banyaknya jumlah ubi kayu yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3 Tahapan Pengerokkan, Pemotongan, dan Pencucian 5.1.2.3 Tahapan Perebusan dan Penyaringan
Ubi kayu yang telah dicuci kemudian direbus dengan menggunakan air secukupnya sampai ubi kayu terendam di dalam air, kegiatan perebusan ini
merupakan salah satu kegiatan yang membutuhkan ketelitian. Dimana ubi kayu yang direbus tersebut tidak boleh terlalu matang karena ubi kayu yang terlalu
matang akan mudah hancur. Perebusan ubi kayu biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 1 setengah jam. Setelah ubi kayu selesai direbus, ubi kayu
tersebut disaring menggunakan wadah saringan.
Gambar 5.4 Tahapan Perebusan dan Penyaringan
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.4 Tahapan Pendinginan
Tahapan pendinginan merupakan tahapan dimana ubi kayu yang telah disaring diletakkan secara merata di atas lantai yang telah dialaskan dengan plastik terlebih
dahulu, hal ini dilakukan agar ubi kayu tersebut dingin secara merata. Pendinginan ubi kayu yang telah direbus tersebut biasanya membutuhkan waktu 1
jam. Selama menunggu dingin biasanya responden melakukan kegiatan lain seperti membentuk daun pisang sesuai ukuran yang akan digunakan untuk
membungkus tape, dan juga memotong lidi menjadi ukuran kecil.
Gambar 5.5 Tahapan Pendinginan 5.1.2.5 Tahapan Peragian
Setelah ubi kayu dingin di masukkan ke dalam wadah dan di taburkan ragi secara merata. Banyaknya ragi tergantung banyaknya penggunaan ubi kayu, pemberian
ragi disini berfungsi dalam proses fermentasi, serta memberi aroma alkohol. Pemberian ragi memerlukan ketelitian dimana perbandingan antara banyaknya
ragi yang diberikan seimbang dengan banyaknya ubi kayu yang akan diolah menjadi tape ubi, kebutuhan ragi dalam kegiatan ini biasanya memiliki
perbandingan 5 bungkus ragi untuk 10 kg ubi kayu. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata penggunaan ragi dalam satu kali produksi adalah 15,54 Bungkus.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.6 Tahapan Peragian 5.1.2.6 Tahapan Pembungkusan
Kegiatan pembungkusan ini dilakukan sebelum tahapan akhir yaitu tahapan pemeraman. Hal ini dikarenakan, ubi kayu masik keras dan tidak mudah rusak
pada saat pembungkusan dilakukan. Bila pembungkusan dilakukan setelah diperam, ubi kayu tersebut sudah lunak dan mudah hancur sehingga susah buat di
bungkus. Pada tahapan pembungkusan biasanya memerlukan waktu 1 sampai 3 setengah
jam tergantung banyaknya ubi kayu yang digunakan. Banyaknya isi setiap bungkus tape ubi tergantung pada jumlah harga per bungkus yang akan dijual.
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil produksi tape ubi di daerah penelitian selama satu kali produksi sebesar 228,57 bungkus, dengan rata-rata
harga jual sebesar Rp.1.071,43.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.7 Tahapan Pembungkusan 5.1.2.7 Tahapan Pemeraman
Pemeraman merupakan kegiatan akhir dari seluruh tahapan yang ada. Pemeraman merupakan kegiatan dimana ubi kayu yang telah dibungkus di letakkan kedalam
wadah. Sebelum diletakkan ke dalam wadah, seluruh permukaan dalam wadah dilapisi daun pisang terlebih dahulu.
Setelah ubi kayu yang telah dibungkus diletakkan kedalam wadah, wadah di tutup
menggunakan daun pisang dan kain diatasnya. Hal ini dilakukan agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Dalam tahapan pemeraman ubi kayu biasanya
dilakukan selama 2 malam, tidak boleh terlalu lama karena jika proses fermentasi terlalu lama alkohol akan menghasilkan asam asetat sehingga dapat menghasilkan
tape ubi yang terasa masam. Setelah 2 malam diperam maka ubi kayu telah menjadi tape ubi yang siap untuk dipasarkan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.8 Tahapan Pemeraman 5.2
Nilai Tambah Yang Diperoleh Dari Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi
Pembuatan tape ubi dilokasi penelitian berlangsung sudah cukup lama, kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tenaga kerja dalam keluarga. Proses pembuatan
tape ubi dapat dikatakan cukup sederhana. Karena, saat ini proses pembuatan tape ubi masih menggunakan teknologi yang sederhana. Hal ini dapat dilihat dari
proses pembuatannya yang masih mengandalkan tenaga kerja manusia. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh
dari pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi dalam penelitian ini adalah metode perhitungan nilai tambah netto yaitu nilai produk dikurang dengan nilai bahan
baku dan nilai bahan penunjang lainnya serta biaya penyusutan peralatan. Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan ubi kayu
menjadi tape ubi dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi akibat adanya proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi yang siap dipasarkan.
Nilai tambah diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu sampai menjadi produk
olahan. Output produk olahan yang dihasilkan pada proses ini adalah tape ubi. Hasil yang didapat di daerah penelitian berupa tape ubi yang dibungkus dengan
menggunakan daun pisang dan ada juga yang sebagian menggunakan plastik.
5.2.1 Input dan Output
Input adalah bahan baku ubi kayu yang digunakan selama satu kali produksi untuk diproses sampai menjadi tape ubi dan diukur dengan satuan kg. Output adalah
produk dan penerimaan yang dihasilkan selama satu kali produksi yang diukur dalam satuan bungkus dan Rp. penggunaan bahan baku ubi kayu input dan
output tape ubi yang dihasilkan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4 Penggunaan Input Dan Output Yang Dihasilkan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu,
Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan 1 Kali Produksi
Uraian Penggunaan Bahan
Baku Inputkg Output
Produk Bungkus Penerimaan Rp
Per satu kali produksi
27,32 228,57
224.464
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 10
Dari Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa output produk yang dihasilkan selama
satu kali produksi per hari adalah sebesar 228,57 bungkus tape ubi, dengan mengelolah ubi kayu sebanyak 27,32 kg. Sehingga faktor konversi yang didapat
adalah sebesar 8,37. Nilai konversi ini menunjukan bahwa setiap 1 kg ubi kayu akan menghasilkan 8,37 bungkus tape ubi.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan output penerimaan yang dihasilkan adalah sebesar Rp.224.464, dengan mengelolah ubi kayu sebanyak 27,23 kg. sehingga faktor konversi yang didapat
adalah sebesar 8.216. Nilai konversi ini menunjukan bahwa setiap 1 kg ubi kayu akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.8.216. Faktor konversi merupakan
perbandingan penggunaan bahan baku dengan output yang dihasilkan konversi antara input dan output.
5.2.2 Biaya Bahan Penunjang Sumbangan Input Lain
Dalam proses pembuatan tape ubi bahan bakunya adalah ubi kayu. Selain bahan baku, proses pembuatan tape ubi juga membutuhkan bahan-bahan penunjang
input lain seperti ragi, daun pisang, lidi, plastik, karet, kayu bakar, dan gas. Dalam hal ini biaya air tidak di hitung karena para pengelolah tape di daerah
penelitian menggunakan air sumur sehingga biayanya masuk ke biaya kehidupan sehari-hari. Secara rinci biaya bahan penunjang sumbangan input lain pada
pembuatan tape ubi dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5 Biaya Bahan Penunjang dan Pemasaran Yang Digunakan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu,
Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan 1 kali produksi
No Uraian
Biaya Rp Persentase
1 Ragi
7.767,86 21,15
2 Daun pisang
13.214,29 36,00
3 Lidi
2.247,46 6,12
4 Plastik
2.160,71 5,90
5 Karet
660,71 1,80
6 Kayu bakar
4.049,75 11,03
7 Gas
6.607,14 18,00
Total Biaya Bahan Penunjang Rp 36.707,92
100 Penggunaan Bahan Baku Kg
27,32 Biaya Bahan Penunjang dan Pemasaran RpKg
1.343,63
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 5,6
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 5.5 menunjukkan bahwa biaya bahan penunjang dan pemasaran dalam pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi yaitu sebesar Rp. 1.343,63kg. Biaya yang
paling tinggi adalah biaya daun pisang sebesar 36,00, sedangkan biaya yang paling rendah adalah biaya karet sebesar 1,80.
5.2.3 Nilai Penyusutan Peralatan Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan merupakan biaya keausan pada alat-alat yang digunakan dalam proses produksi. Tujuan dari adanya biaya penyusutan ini adalah untuk biaya
pemeliharaan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Adapun biaya penyusutan dari peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan
tape ubi di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 5.6 Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan
Tuntungan, Kota Medan 1 kali produksi
Peralatan Biaya Penyusutan Rp
Dandang 168,11
Baskom 158,46
Pisau 74,85
Kompor 83,72
Tungku 10,13
Penyaring 44,52
Jumlah 539,79
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 7
Dari Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa jumlah biaya penyusutan peralatan
dalam pengolahan tape ubi di daerah penelitian adalah Rp.539,79. Biaya
penyusutan yang paling tinggi yaitu dandang sebesar Rp.168,11, sedangkan biaya penyusutan yang paling rendah yaitu tungku sebesar 10,13.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4 Nilai Tambah
Secara rinci nilai bahan baku, Nilai bahan penunjang, nilai penyusutan, nilai produk, dan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut ini.
Tabel 5.7 Nilai Bahan Baku, Nilai Bahan Penunjang dan Pemasaran, Nilai Penyusutan, Nilai Produk, dan Nilai Tambah Dalam Usaha
Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan per kg bahan baku
Uraian Nilai
Nilai Bahan Baku 1.500,00
Nilai Bahan Penunjang 1.343,63
Nilai Penyusutan 539,79
Nilai Produk 8.216,00
Nilai Tambah 4.832,58
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 5,6,7,8
Rata-rata harga input bahan baku di daerah penelitian adalah sebesar Rp.1.500Kg. Nilai produk yang didapat adalah Rp.8.216kg. Nilai produk pada
pengolahan tape ubi ini diperoleh dari hasil penerimaan di bagi dengan penggunaan bahan baku.
Nilai tambah pada pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi adalah sebesar
Rp.4.832,58 per kg bahan baku. Besarnya nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan nilai produk sebesar Rp.8.216Kg dengan biaya bahan baku harga
input sebesar Rp.1.500Kg, dan biaya bahan penunjang sebesar Rp.1.343,63kg, serta biaya penyusutan sebesar Rp.539,79.
Secara matematis, besarnya nilai tambah didapat dari :
NT = Rp.8.216
– Rp.1.500 + Rp.1.343,63 + Rp.539,79 = Rp.4.832,58.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya nilai tambah yang didapat sejalan dengan besarnya rasio nilai tambah terhadap nilai produknya. Rasio nilai tambah ini didapat dari pembagian antara
nilai tambah dengan nilai produk yang dinyatakan dalam persen . Rasio nilai tambah ini menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk, artinya jika
rasio nilai tambah 50 maka nilai tambah tergolong tinggi, sedangkan jika rasio nilai tambah ≤ 50, maka nilai tambah tergolong rendah. Rasio nilai tambah yang
diperoleh dalam pengolahan tape ubi ini adalah 58,82 . Secara matematis rasio nilai tambah pengolahan tape ubi yaitu sebagai berikut:
Rasio Nilai Tambah = 4.832,58 x 100 = 58,82 8.216
Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan bahwa nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi pada skala industri
rumah tangga di daerah Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan
Tuntungan, Kota Medan masih rendah tidak dapat diterima ditolak. 5.3
Pendapatan Yang Diperoleh Dari Pengolahan Tape Ubi
Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan penerimaan tape ubi dikurang dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya yang dikeluarkan pada
proses produksi itu antara lain biaya bahan baku ubi kayu, biaya bahan tambahan biaya ragi, biaya lainnya, biaya pemasaran, dan biaya penyusutan
peralatan. Secara rinci pendapatan yang diperoleh dari pengolahan tape ubi dapat dilihat
pada Tabel 5.8 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Pendapatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan 1 Kali Produksi
Uraian Per Pengusaha Rp
Total Rp A. Modal Investasi
Dandang 412.143
11.540.000 Baskom
63.464 1.777.000
Pisau 27.321
765.000 Kompor Gas
248.684 4.725.000
Tungku 11.500
103.500 Penyaring
16.250 455.000
Total Modal Investasi 779.362
19.365.500 B. Biaya Tetap TFC
Biaya Penyusutan
Peralatan 539,79
15.114,01
C. Biaya Variabel TVC
Biaya Bahan Baku Utama
40.982,14 1.147.500
Biaya Bahan Baku Tambahan
7.767,86 217.500
Biaya Lainnya 28.940,07
810.322 Biaya Pemasaran
21.114,29 591.200
Total Biaya TC 99.344,15
2.781.636,01 D. Penerimaan
224.464,00 6.285.000,00
E. Pendapatan 125.119,85
3.503.360,99
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 3, 5, 6, 7, 8, 9
Dari Tabel 5.8 di atas dapat diinterpretasikan bahwa modal investasi merupakan
modal awal yang digunakan untuk membeli peralatan yang dipergunakan untuk pengusaha tape ubi. Total modal investasi yang dikeluarkan adalah sebesar
Rp.19.365.500, per pengusaha adalah sebesar Rp.779.362. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi adalah
biaya penyusutan peralatan. Total biaya penyusutan peralatan dalam proses
Universitas Sumatera Utara
pengolahan tape ubi adalah sebesar Rp.15.114,01, sedangkan total biaya penyusutan per pengusaha adalah sebesar Rp.539,79.
Pengolahan tape ubi bergantung pada besarnya modal dan kapasitas produksi
yang dimiliki yaitu berupa sarana dan prasarana. Kebutuhan biaya bahan baku utama juga bergerak mengikuti banyaknya bahan baku ubi kayu yang dibeli. Total
biaya bahan baku utama yang dibutuhkan adalah sebesar Rp.1.147.500, per pengusaha adalah sebesar Rp.40.982,14.
Bahan baku tambahan yang dibutuhkan dalam proses pengolahan ubi kayu adalah
ragi dan air. Penggunaan ragi sebagai salah satu bahan yang digunakan untuk proses fermentasi, serta memberi aroma alkohol. Disini biaya air tidak
dimasukkan karena di daerah penelitian para pengelola menggunakan air sumur, sehingga biaya air disini masuk ke biaya kehidupan sehari-hari. Total biaya
penggunan ragi untuk pengolahan tape ubi adalah sebesar Rp.217.500, sedangkan total biaya per pengusaha adalah sebesar Rp.7.767,86.
Biaya lainnya yang dimaksud disini merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pengolahan tape ubi selain biaya bahan baku utama dan biaya bahan
baku tambahan. Biaya lainnya tersebut berupa biaya daun pisang, biaya lidi, biaya plastik, biaya karet, biaya kayu bakar, dan biaya gas. Total biaya lainnya yang
dikeluarkan dalam pengolahan tape ubi adalah sebesar Rp.810.322, sedangkan total biaya lainnya per pengusaha adalah sebesar Rp.28.940,07.
Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan pengusaha untuk menjualkan
atau memasarkan produk olahan ubi kayu yaitu tape ubi. Total biaya pemasaran
Universitas Sumatera Utara
yang dikeluarkan dalam penjualan tape ubi adalah sebesar Rp.591.200, sedangkan total biaya pemasaran per pengusaha adalah sebesar Rp.21.114,29.
Maka, total biaya yang diperlukan pengolahan tape ubi mulai bahan baku utama,
bahan baku tambahan berupa ragi, biaya lainnya, biaya pemasaran hingga biaya penyusutan peralatan adalah sebesar Rp.2.781.636,01, dengan biaya yang harus
dikeluarkan per pengusaha adalah sebesar Rp. 99.344,15. Penerimaan dihitung dari jumlah produksi dari jumlah produksi olahan dikali
dengan harga jual, setelah itu baru diketahui berapa jumlah pendapatan usaha pengolahan.
Apabila penerimaan lebih besar dari biaya total produksi maka dikatakan usaha
memperoleh pendapatan atau surplus. Sebalikanya apabila total biaya lebih besar dibandingkan penerimaan maka usaha pengolahan mengalami kerugian.
Di daerah penelitian rata-rata volume produksi produsen adalah sebesar 228,57
bungkus. Adapun rata-rata harga jual yang diterima oleh produsen adalah sebesar Rp.1.071,43Bungkus.
Maka, dapat diperolah total penerimaan untuk pengolahan tape ubi adalah sebesar
Rp.6.285.000, sedangkan penerimaan yang diperoleh per pengusaha adalah sebesar Rp.224.464.
Dengan demikian pendapatan dari hasil penjualan tape ubi dikurangi dengan biaya
total yang dikeluarkan dalam proses produksi pengolahan tape ubi di daerah
Universitas Sumatera Utara
penelitian per 1 kali produksi adalah sebesar Rp.3.503.360.99, sedangkan pendapatan per pengusaha per 1 kali produksi adalah sebesar Rp.125.120,04.
Dari penelitian diperoleh data hasil bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh
oleh produsen bergerak secara setara mengikuti besarnya bahan baku yang diolah, artinya semakain besar bahan baku yang diolah semakin tinggi juga pendapatan
yang diterima pengolah. Di daerah penelitian proses produksi dan pemasaran dilakukan secara terus-
menerus setiap harinya. Dengan besar biaya yang dikeluarkan dan besar penerimaan yang sama di setiap harinya. Oleh sebab itu besarnya pendapatan
yang diperoleh pengolah tape ubi selama satu bulan disajikan pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Pendapatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan
Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan 1 Bulan
Uraian Per Pengusaha Rp
Total Rp Penerimaan
6.733.928,57 188.550.000,00
Biaya
Biaya Variabel 2.964.130,71 82.995.660
Biaya Tetap 16.196,8
453.510,3
Total Biaya 2.980.327,51
83.449.170,3 Pendapatan Rp
3.753.601,06 105.100.829,70
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 11
Dari Tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa total pendapatan yang diperoleh
pengolahan tape ubi selama satu bulan di daerah penelitian adalah sebesar Rp.105.100.829,70, sedangkan pendapatan per pengusaha selama satu bulan
adalah sebesar Rp.3.753.601,06.
Universitas Sumatera Utara
Bila dibandingkan antara pendapatan pengusaha tape ubi di daerah penelitian dengan besaran upah minimum kota medan UMK tahun 2015. Maka pendapatan
pengusaha tape ubi sebesar Rp. 3.753.601,06 per bulan lebih besar dari upah minimum kota medan UMK sebesar Rp 2.037.000 per bulan.
Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan bahwa pendapatan yang
dihasilkan pengusaha tape ubi di daerah Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan lebih besar dari upah minimum Kota
Medan UMK dapat diterima, dengan catatan jumlah bahan baku yang dipergunakan pengusaha berbeda-beda.
Karena pendapatan diatas diperoleh dengan jumlah bahan baku yang berbeda-
beda, maka jumlah bahan baku ubi kayu akan dikonversikan jumlahnya dengan satuan yang sama yaitu sebanyak 800 kgpengusaha, hal ini dilakukan untuk
melihat besarnya pendapatan di daerah penelitian dengan adanya jumlah bahan baku yang sama dimana besarnya jumlah bahan baku tersebut diambil dari rata-
rata pengunaan bahan baku di daerah penelitian. Oleh sebab itu, besarnya pendapatan yang diperoleh pengolah tape ubi selama
satu bulan dengan jumlah bahan baku ubi kayu yang sama yaitu sebesar 800 kg disajikan pada Tabel 5.10.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10 Pendapatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan 1 Bulan per 800 kg bahan baku ubi kayu
Uraian Per Pengusaha Rp
Total Rp Penerimaan
6.532.721,09 182.916.190,48
Biaya
Biaya Variabel 2.968.505,51 83.118.154,29
Biaya Tetap 16.196,8
453.510,3
Total Biaya 2.984.702,31
83.571.664,59 Pendapatan Rp
3.548.018,78 99.344.525,89
Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 12
Dari Tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa total pendapatan yang diperoleh pengolahan tape ubi selama satu bulan dengan pengunaan ubi kayu yang sama
sebanyak 800
kgpengusaha di
daerah penelitian
adalah sebesar
Rp.99.344.525,89, sedangkan pendapatan per pengusaha selama satu bulan dengan pengunaan ubi kayu yang sama sebanyak 800 kgperpengusaha adalah
sebesar Rp.3.548.018,78.
5.4 Berbagai Masalah Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi Menjadi Tape
Ubi Di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden di daerah
penelitian, maka didapatlah beberapa masalah dalam usaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian yaitu :
1 Penyediaan Bahan Baku
Walaupun bahan baku ubi kayu di daerah penelitian cukup tersedia dan diantar tepat waktu ke setiap rumah-rumah pengusaha tape ubi. Akan tetapi tidak semua
bahan baku ubi kayu yang bisa dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat tape
Universitas Sumatera Utara
ubi, ubi kayu yang dimaksud disini tidak boleh ubi kayu yang menggunakan pupuk. Bila ubi kayu yang digunakan adalah ubi kayu pupuk, maka ubi kayu tidak
dapat diolah menjadi tape ubi. Dan juga tidak semua ubi kayu yang diperoleh dalam kondisi baik. Sehingga, kerusakan pada bahan baku dapat mengurangi hasil
produksi tape ubi, yang dapat merugikan para pengusaha tape ubi di daerah penelitian.
2 Keterbatasan Modal
Keterbatasan modal yang dimiliki oleh para pembuat tape ubi di daerah penelitian menyebabkan tingkat produksi output tape ubi juga terbatas, artinya tingkat
produksi tape ubi tidak bisa mencapai maksimum, sehingga keuntungan yang didapat juga tidak optimal. Modal yang mereka gunakan untuk usahanya ada yang
bersumber dari tabunganmodal sendiri, dan ada juga yang berhutang terlebih dahulu terhadap pedagang yang menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk
proses pengolahan tape ubi di daerah penelitian, jika peminjaman sudah mencapai target yang telah dijanjikan antara pedagang dengan pengusaha tape ubi, maka
para pengusaha harus segera melunasi hutang-hutang bahan-bahan yang telah mereka beli. Modal juga berpengaruh terhadap ketersediaan tenaga kerja, seluruh
pengusaha tape ubi di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, karena modal tidak mencukupi untuk memperkerjakan tenaga kerja luar
keluarga. 3 Biaya Pemasaran
Di daerah penelitian pemasaran tape ubi sebagian besar dilakukan oleh para suami dari para pengusaha tape ubi itu sendiri. Dan sebagian besar para pengusaha
Universitas Sumatera Utara
memasarkan tape ubi di daerah Berastagi daerah gunung, karena memerlukan waktu yang cukup banyak dalam mencapai tujuan pemasaran para pengusaha
memasarkan produknya dari pagi hingga sore hari. Para pengusaha memasarkan tape ubi menggunakan kereta milik pribadi. Sehingga sangat membutuhkan biaya
yang besar dalam hal mengisi bahan bakar minyak kendaraan yang dipergunakan setiap hari, rata-rata para pengusaha mengeluarkan biaya sebesar Rp.21.114,29
untuk mengisi bahan bakar minyak kendaraan mereka. Hal inilah yang menyebabkan berkurangnya pendapatan yang diperoleh para pengusaha tape ubi.
Universitas Sumatera Utara
54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan