Sesudah Berlakunya Undang-Undang Yayasan

Anggaran Dasar Yayasan, dengan membacanya pada Kepaniteraan Pengadilan yang bersangkutan. Akan tetapi berbeda dengan badan usaha lainnya seperti PT, para Pengurus Yayasan tidak diwajibkan untuk mendaftarkan dan mengumumkan akta pendiriannya, juga tidak diisyaratkan untuk mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman sebagai tindakan preventif. 63 Beberapa pakar berpendapat, bahwa karena Undang-Undang secara khusus yang mengatur mengenai Yayasan tidak ada, maka seyogyanya tidak dapat dikatakan suatu Yayasan harus dibuat dengan suatu akta tertulis. Namun untuk memudahkan pembuktian, biasanya pendirian Yayasan dilakukan oleh para pendirinya di depan Notaris. 64 Dalam praktik pendirian Yayasan, sebelum berlakunya Undang-Undang yang mengatur tentang Yayasan, umumnya di samping Anggaran Dasar ada lagi yang dinamakan Aturan Rumah Tangga ART. Ada yang menuangkan ART dengan akta Notaris dan ada pula yang hanya secara di bawah tangan. Bahkan ada yang di samping Anggaran Dasar, secara sekaligus memuat pula ART dan keduanya diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. 65

2. Sesudah Berlakunya Undang-Undang Yayasan

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, pembentukan UU Yayasan dimaksud untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan, menjamin kepastian dan 63 Ali Rido, Op.Cit, hal. 116. 64 Anwar Borahima, Op.Cit, hal. 36. 65 Rudhi Prasetya, Op.Cit, hal. 51. ketertiban hukum, serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang kemudian direvisi ke dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, barulah terdapat kejelasan terhadap status hukum Yayasan yang selama ini hanya di dasarkan pada kebiasaan masyarakat dan yurisprudensi saja. Yayasan-Yayasan yang dahulu didirikan dengan cara yang beraneka ragam karena hanya berdasarkan kebiasaan ini, mau tidak mau harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan dalam UU Yayasan, termasuk proses pendiriannya. Adapun beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk mendirikan Yayasan antara lain : a. Didirikan oleh 1 satu orang atau lebih. b. Dilakukan dengan akta Notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. c. Adanya pemisahan harta kekayaan Pendiri. d. Nama Yayasan harus didahului dengan kata “Yayasan”. e. Tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh Yayasan lain, atau bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. f. Harus memperoleh pengesahan Menteri. g. Diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Syarat utama dalam pendirian Yayasan, Pasal 9 ayat 1 UU Yayasan menyatakan Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan Pendirinya, sebagai kekayaan awal. UU Yayasan menjelaskan yang dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan atau badan hukum. Berbeda dengan badan usaha lain seperti PT, Firma, maupun CV yang diharuskan membuat sebuah perjanjian dalam pendiriannya, UU Yayasan tidak mengharuskan untuk membuat sebuah perjanjian jikalau dalam pendirian Yayasan Pendirinya lebih dari satu orang. Pasal 9 ayat 5 UU Yayasan juga memungkinkan orang asing untuk mendirikan Yayasan di Indonesia. Selanjutnya Pasal 69 UU Yayasan mengatakan Yayasan asing yang tidak berbadan hukum Indonesia dapat melakukan kegiatannya di wilayah Negara Republik Indonesia, jika kegiatan Yayasan tersebut tidak merugikan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Pendirian Yayasan dapat dilakukan oleh orang asing tersebut secara individual ataupun bersama-sama dengan orang Indonesia. Pembuatan akta pendirian juga dapat dikuasakan. Pihak yang hendak membuat Yayasan dapat memberikan kuasa kepada pihak lain untuk menghadap Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan dengan surat kuasa dibawah tangan untuk menandatangani akta pendirian Yayasan. 66 Pendirian Yayasan juga dapat dilakukan berdasarkan surat wasiat. Pada dasarnya surat wasiat menurut Pasal 875 ayat 1 KUHPerdata adalah suatu akta yang menurut pernyataan seorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan dinyatakannya, dapat dicabut lagi oleh pembuatnya. Dalam hal ini apabila terdapat surat wasiat yang berisi pesan untuk mendirikan Yayasan, maka hal ini dianggap sebagai kewajiban yang ditujukan kepada mereka yang ditunjuk dalam surat wasiat selaku penerima wasiat untuk 66 Gunawan Widjaja, Suatu Panduan Komprehensif Yayasan Di Indonesia, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2002, hal. 12. melaksanakan wasiat. Apabila si penerima wasiat tidak melaksanakan isi surat wasiat atau menolak untuk melaksanakannya, Pasal 10 ayat 3 mengatur bahwa pihak yang berkepentingan mengajukan permohonan ke Pengadilan agar memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat tersebut. Pendirian Yayasan juga ditandai dengan adanya pemisahan harta kekayaan Pendirinya. Pemisahan ini dimaksud untuk mencegah kekayaan awal Yayasan masih merupakan bagian dari harta pribadi atau bersama Pendiri. Sehingga Pendiri tidak dapat menganggap Yayasan yang didirikan merupakan miliknya. Pasal 15 ayat 1 juga melarang Yayasan memakai nama yang telah dipakai secara sah dengan Yayasan lain atau bertentangan dengan ketertiban umum danatau kesusilaan. Pemakaian nama Yayasan ini juga harus diawali dengan kata “Yayasan”. Adapun beberapa tahapan pendirian Yayasan 67 a. Rapat calon Pendiri untuk membuat kesepakatan-kesepakatan. : b. Persyaratan dokumen-dokumen lengkap dan harta yang dipisahkan sebagai modal Yayasan dibawa ke Notaris oleh Pendiri atau kuasanya. c. Pendiri konsultasi dengan Notaris. d. Pemesanan nama oleh notaris ke Departemen Hukum dan HAM Depkumham secara manual kurang lebih memakan waktu satu bulan. e. Pembuatan dan penandatanganan Akta Pendirian di Hadapan Notaris oleh para Pendiri. 67 Adib Bahari, Op.Cit, hal. 33. Adapun beberapa persyaratan dokumen yang diperlukan untuk mendirikan Yayasan sebelum menghadap ke Notaris antara lain 68 a. KTP Pendiri Yayasan. : b. KTP dari calon Pembina, Pengawas dan Pengurus Yayasan. c. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dari calon Ketua Yayasan. d. Surat pernyataan bahwa orang-orang yang ditunjuk bersedia menjadi Pengurus Pembina Pengawas Yayasan. e. Bukti modalaset sebagai kekayaan awal Yayasan. Pendirian Yayasan dituangkan dalam akta Notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia, tidak boleh dengan bahasa lain, meskipun Yayasan tersebut didirikan oleh orang ataupun badan hukum asing. Ketentuan Pasal 14 ayat 1 UU Yayasan menyatakan isi akta pendirian wajib memuat dua hal, yaitu Anggaran Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu. Adapun hal-hal yang dimuat dalam Anggaran Dasar Yayasan ialah : a. Nama dan tempat kedudukan. b. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. c. Jangka waktu pendirian. d. Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi Pendiri dalam bentuk uang atau benda. e. Cara memperoleh dan penggunaan kekayaan. f. Tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas. 68 Ibid, hal. 27. g. Hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas. h. Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan. i. Ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar. j. Penggabungan dan pembubaran Yayasan. k. Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan setelah pembubaran. Sedangkan keterangan lain yang dianggap perlu memuat sekurang- kurangnya nama, alamat, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, serta kewarganegaraan Pendiri, Pembina, Pengurus dan Pengawas. Setelah Yayasan berdiri dengan ditandatanganinya Akta Pendirian Yayasan, bukan berarti Yayasan sudah dianggap sebagai subjek hukum berdiri sendiri. Hal ini dikarenakan Yayasan belum berbadan hukum sehingga tidak bisa dilekati dengan hak dan kewajiban. Berarti apabila Pengurus melakukan perbuatan sebelum akta pendiriannya disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM selanjutnya disebut Menkumham, maka menurut ketentuan Pasal 13 A UU Yayasan yang bertanggung jawab adalah Pengurus secara tanggung menanggung. Hal ini berarti masing-masing Pengurus secara pribadi yang bertanggung jawab secara hukum meskipun tindakan yang dilakukan untuk kepentingan Yayasan. Yayasan baru dapat memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan memperoleh pengesahan dari Menteri. Pengesahan Menteri yang dimaksud ialah Menkumham. Berdasarkan Pasal 11 ayat 2 UU Yayasan, permohonan tersebut diajukan kepada Menkumham melalui Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan. Hal ini dimaksud untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat dalam pengajuan permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan di daerah. Adapun permohonan pengesahan tersebut diajukan secara tertulis kepada Menkumham. Ketentuan Pasal 11 Ayat 3 UU Yayasan menyebutkan, Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan wajib menyampaikan permohonan pengesahan kepada Menkumham dalam waktu paling lambat 10 hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan ditandatangani. Dalam permohonan pengesahan sebagai Badan Hukum Yayasan, ada beberapa persyaratan yang harus dilengkapi 69 a. Surat permohonan dari Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia cq. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum. : b. Salinan akta pendirian Yayasan bermaterai sebanyak dua eksemplar. c. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP atas nama Yayasan yang dilegalisasi Notaris. d. Surat keterangan domisili Yayasan disertai alamat lengkap yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepada desa setempat yang dilegalisasi Notaris. e. Bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama Yayasan atau pernyataan tertulis dari Pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan. f. Surat pernyataan Pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal Yayasan tersebut. g. Bukti asli Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP atas nama Yayasan untuk biaya pengesahan dan pengumuman Yayasan. Persyaratan-persyaratan tersebut dikirim kepada Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Dirjen AHU oleh Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan. Setelah permohonan pengesahan diterima, Pasal 11 ayat 4 menyebutkan Menkumham dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait dalam waktu maksimal tujuh hari sejak surat permohonan diterima secara lengkap. Instansi terkait yang dimaksud dapat dilihat dari kegiatan Yayasan dalam mencapai 69 Ibid, hal. 38. maksud dan tujuannya. Jika kegiatannya menyangkut bidang kesehatan, maka Menteri dapat meminta pertimbangan kepada Menteri Kesehatan. Jika bidang keagamaan, maka dapat meminta pertimbangan kepada Menteri Agama, dan sebagainya. Adapun pertimbangan dari instasi terkait bukanlah merupakan keharusan, apabila menurut pertimbangan Menkumham sudah dapat diberikan pengesahan. Pasal 12 ayat 2 menentukan penerimaan maupun penolakan permohonan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Apabila Menkumham merasa perlu pertimbangan dari instansi terkait, Pasal 12 ayat 3 menentukan pengesahan diberikan atau ditolak dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal jawaban atas permintaan dari instansi terkait diterima. Selanjutnya pasal 12 ayat 4 menentukan dalam hal jawaban atas pertimbangan tidak diterima, pengesahan diberikan atau ditolak dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal permintaan pertimbangan disampaikan kepada instansi terkait. Apabila permohonan diterima, maka Menkumham memberikan pengesahan terhadap akta Pendirian Yayasan. Dan apabila permohonan tersebut ditolak, Pasal 13 ayat 2 mengatakan bahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan UU Yayasan ataupun peraturan pelaksanaannya. Adapun penolakan ini, Menteri wajib memberitahukan secara tertulis, disertai alasan kepada pemohon mengenai penolakan pengesahan tersebut. Sebagai gambaran, alur pengesahan akta pendirian di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum sebagai berikut 70 a. Penerimaan berkas permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan. : b. Berkas masuk ke Kepala Seksi Dokumentasi : 1 Cek nama. 2 Mengagendakan. 3 Kepala Seksi BHS mendistribusikan kepada korektor. c. Korektor membuat konsep surat keputusan atau konsep surat penolakan. d. Kepala Seksi BHS melakukan penelitian dan memaraf. e. Kasubdit badan hukum meneliti ulang dan paraf. f. Kepala Seksi Dokumentasi melakukan hal sebagai berikut : 1 Penomoran SK. 2 Pengetikan. 3 Pemanggilan. 4 Pengagendaan. g. Direktorat Perdata : 1 Surat penolakan ditandatangani, atau 2 SK untuk diparaf. h. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum: SK untuk ditandatangani. i. TU Perdata : 1 Penyerahan SK surat ke pemohon. 2 Pengiriman SK surat via pos. j. Penyerahan atau pengiriman kepada pemohon. Tahap akhir setelah Yayasan memperoleh status badan hukum ialah wajibnya diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Maksud dari pengumuman ini agar masyarakat mengetahui adanya pendirian sebuah Yayasan baru. Permohonan pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dapat diajukan secara langsung atau dikirim melalui surat tercatat. 70 Ibid, hal. 39. BAB IV TINJAUAN YURIDIS STATUS YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UU NO. 16 TAHUN 2001 Jo UU NO. 28 TAHUN 2008 TENTANG YAYASAN STUDI KASUS DI YAYASAN PENDIDIKAN HARAPAN MEDAN

A. Gambaran Umum Tentang Yayasan Pendidikan Harapan Medan

Dokumen yang terkait

Analisa Kecenderungan Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 1999 - 2003 untuk Meramalkan Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 2004 - 2008 di RSU Dr. Pirngadi Medan dengan Metode Deret Berkala

0 31 87

Implementasi UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Dalam Pengelolaan Yayasan Di Yayasan Pesantren Modern Daar Al-Uluum Asahan-Kisaran

4 85 114

Perubahan Akta Pendirian Yayasan Setelah Keluarnya Uu No 16 Tahun 2001 Jo Uu No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

4 107 145

Salinan UU 28 Tahun 2004 Perubahan UU 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

1 1 12

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 9

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 33

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 3

UU No 16 2001 tentang Yayasan

1 0 23