peraturan tersebut dalam lingkungan Yayasan, dan masih memakai ketentuan- ketentuan yang ada sebelum diundangkannya UU tersebut.
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Awaluddin, hadirnya UU Yayasan ini tidak menimbulkan perubahan signifikan terhadap kegiatan sehari-
hari Yayasan, sebab kebijaksanaan yang dijalankan Pengurus adalah hanya sebagai kontrol pada masing-masing unit di bawah naungan Yaspendhar Medan.
Sehingga kebijaksanaan dan program-program yang dilakukan masih berada pada masing-masing unit atau sekolah tinggi.
D. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Yayasan dalam Rangka
Penyesuaian-Penyesuaian Atas Berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan bapak Awaluddin, secara formal tidak ada kesulitan dalam proses penyesuaian terhadap UU Yayasan
tersebut. Namun bagi Yayasan yang sudah lebih dahulu berdiri sebelum adanya hukum positif yang mengaturnya dan telah berjalan berpuluh tahun terdapat
kesulitan dalam mencari individu untuk ditempatkan pada setiap organ, terlebih setiap individu tersebut tidak boleh merangkap jabatan. Selama ini dalam praktek
yang ada sebelum adanya UU Yayasan, keadaan rangkap jabatan masih dapat ditemukan, dan umumnya Pendiri menjabat sebagai Pengurus Yayasan. Selain itu
apabila dilihat dari struktur organ Yayasan yang lalu tidak ditemukan adanya Pembina, sehingga hal ini menjadi hambatan dalam penyesuaian terhadap
keharusan pengangkatan Pembina.
82
82
Hasil Wawancara, Op.Cit.
Kesulitan terhadap penempatan individu-individu pada tiap organ ini berakibat dibutuhkan waktu dan ketelitian dalam memilihnya, karena hal ini
berdampak untuk jangka panjang Yayasan ke depan. Salah memilih anggota maka bisa berdampak terjadinya konflik di belakang hari. Apalagi melihat begitu
besarnya kewenangan yang diberikan kepada Pembina, seperti dalam hal pengangkatan maupun pemberhentian Pengawas atau Pengurus.
83
83
Ibid.
Selain itu hampir 100 anggota organ Yaspendhar Medan merupakan personel baru, dimulai dengan pembentukan Pengurus pada tanggal 16 Juni 2008,
yang selanjutnya menyusun anggota Pembina dan Pengawas. Perbedaan domisili masing-masing anggota Pengurus ditambah waktu yang tidak cukup dalam sekali
pertemuan membuat pembentukan anggota Pembina dan Pengawas menjadi terhambat.
Hambatan lainnya yang dihadapi Yaspendhar Medan ialah adanya penolakan terhadap akta penyesuaian karena adanya kesamaan nama Yayasan
dengan Yayasan lain yang telah dipakai secara sah oleh Yayasan lain. Adanya penolakan ini membuat pihak organ Yayasan melakukan pertemuan-pertemuan
demi penyelesaiannya, akan tetapi penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan ini terjadi beberapa kali revisi oleh Notaris sehingga
tidak ada yang bertentangan dengan UU Yayasan agar dapat didaftarkan kembali ke Depkumham, akan tetapi Anggaran Dasar ini baru tersusun melampaui batas
tanggal yang ditentukan.
Apabila dilihat kembali perubahan Anggaran Dasar Yaspendhar Medan baru dilaksanakan pada tahun 2008, padahal mengingat UU Yayasan sudah
dikeluarkan dari tahun 2001 menimbulkan pertanyaan mengapa dibutuhkan waktu lama bagi Pengurus untuk menyesuaikannya. Selain alasan-alasan seperti yang
disebut di atas hal lain yang menjadi faktor lamanya penyesuaian Anggaran Dasar dikarenakan bentuk Anggaran Dasar yang lama sudah memuat beberapa
ketentuan-ketentuan yang diwajibkan oleh UU Yayasan.
Ketentuan Pasal 72 A UU Yayasan memang menyatakan Anggaran Dasar Yayasan lama yang belum disesuaikan masih tetap berlaku selama perubahan
Anggaran Dasar belum dilakukan, akan tetapi dengan catatan isi dari Anggaran Dasar tersebut tidak bertentangan dengan UU Yayasan.
Selanjutnya menurut Hikmawanto Juwana, ada dua faktor utama suatu Undang-Undang tidak dapat dilaksanakan
84
1. Pembuat Peraturan Perundang-Undangan tidak memberi perhatian cukup
apakah aturan yang dibuat nantinya bisa dijalankan atau tidak. :
2. Peraturan Perundang-Undangan kerap dibuat secara tidak realistis.
Diundangkannya UU Yayasan tidak diikuti dengan peraturan pelaksananya pada waktu itu. Butuh waktu 7 tahun sejak keluarnya UU Yayasan
yang pertama untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan yang kemudian direvisi ke dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013. Akan tetapi yang perlu diketahui, keberlakuan sebuah UU tidak perlu menunggu diterbitkannya peraturan
pelaksananya. Setiap peraturan yang dibuat tentu ada sisi positif maupun negatifnya,
begitu pun pro dan kontra yang ditimbulkan dari peraturan tersebut. Menurut Bapak Awaluddin adapun sisi positif dari adanya UU Yayasan, khususnya yang
berdampak langsung dalam lingkungan Yaspendhar Medan ialah : 1.
Kedudukan hukum Yayasan sekarang sudah jelas dengan kepastian hukumnya yang dilindungi Pemerintah.
84
Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik, Jakarta : Rajawali Pers, 2013, hal. 176.
2. Sifat Yayasan yang transparan membuat masyarakat tidak menimbulkan
berbagai penafsiran sehingga dapat mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuannya di bidang sosial, agama dan
kemanusiaan. 3.
Dengan kehadiran UU Yayasan membuka peluang bagi Yayasan untuk mendirikan suatu badan usaha komersial demi menunjang pencapaian maksud
dan tujuan Yayasan di bidang sosial, kemanusiaan dan keagaman. Adapun sisi negatif yang dipaparkan antara lain :
1. Pemerintah terlalu arogan memaksakan kehendaknya, dimana seperti yang
diketahui Yayasan lahir dan tumbuh bahkan sebelum Negara Indonesia ini ada dan merdeka, jadi perlu dilakukan revisi terhadap beberapa aturan yang
dianggap tidak begitu pas untuk diterapkan pada Yayasan.
E. Penyelesaian-Penyelesaian Yang Dilakukan Yayasan Atas Hambatan-