Perolehan Harta Kekayaan Yayasan

Tujuan itu sendiri haruslah merupakan tujuan yang ideal, bukanlah untuk tujuan komersial maupun tujuan untuk mencapai kepentingan sendiri. Dan yang harus dijaga ialah Yayasan tidak boleh berubah menjadi perkumpulan. 35 Selain kekayaan yang berasal dari pemisahan kekayaan Pendiri, Yayasan juga dapat memperoleh kekayaan dari sumber-sumber lain yakni sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, wakaf, hibah, wasiat dan peroleh lain yang tidak Sebelum adanya UU Yayasan pun, Yayasan sudah ditandai dengan adanya pemisahan harta kekayaan pribadi pendirinya. Di masa lalu sebelum adanya UU Yayasan yang mengatur, pemisahan harta kekayaan ini hanya berdasarkan atas kebiasaan dan Doktrin. Scholthen dalam defenisinya mengenai Yayasan seperti yang disebut sebelumnya menyatakan Yayasan sebagai badan hukum lahir oleh pernyataan sepihak yang berisi pemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu. Akan tetapi tidak disebutkan dengan jelas pemisahan kekayaan tersebut dalam bentuk apa.

2. Perolehan Harta Kekayaan Yayasan

Untuk melakukan fungsinya sehingga Yayasan dapat mencapai tujuannya yang filantropis, maka dibutuhkan dana yang cukup. Persoalan dana ini merupakan hal yang paling penting bagi Yayasan, terutama jika Yayasan tersebut tidak mempunyai sumber penghasilan yang tetap. 35 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung : Alumni, 1986, hal. 115. bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan atau Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku. Dalam hal sumbangan atau bantuan tidak mengikat yang dimaksud adalah sumbangan atau bantuan yang diberikan dari pihak-pihak lain donatur yang tidak menimbulkan keterikatan. Dalam artian, sumbangan yang diberikan memang ikhlas dari lubuk hati si pemberi sumbangan tanpa mengharap adanya imbalan apapun, dan tidak menimbulkan adanya hak atau kewajiban baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kedua belah pihak, sebelum maupun pada saat atau sesudah pemberian dimaksud. UU Yayasan pun tidak membedakan asal dari sumbangan, apakah sumbangan yang diberikan berasal dari domestik ataupun luar negeri. Adapun pihak-pihak yang memberikan sumbangan tidak mengikat yang dimaksud seperti misalnya dari masyarakat, badan usaha ataupun sumbangan bantuan dari Negara. UU Yayasan juga menyebutkan, Negara dalam hal-hal tertentu dapat memberikan bantuan kepada Yayasan. Dalam hal ini bantuan Negara hanya dapat diberikan kepada Yayasan apabila Yayasan yang bersangkutan memiliki program kerja atau melaksanakan kegiatan yang menunjang program Pemerintah PusatPemerintah Daerah. Bantuan dari Negara kepada Yayasan, baik bantuan luar negeri atau pihak lain yang nilainya mencapai lebih dari Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah, maka ikhtisar laporan tahunannya harus diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia dan harus pula diaudit oleh Akuntan Publik. Dan hasil auditnya disampaikan kepada Pembina Yayasan tersebut dengan tembusan kepada Menteri Kehakiman dan Instansi terkait Pasal 52 ayat 1, ayat 2 huruf a, ayat 3 dan ayat 4 UU Yayasan. Dalam hal kekayaan Yayasan diperoleh dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum perwakafan, yaitu Peraturan Perundang-Undangan di bidang perwakafan, yakni Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan perwakafan. Wakaf ialah perbuatan hukum wakaf untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu, sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah hukum islam. Harta yang diwakafkan dapat berasal dari seseorang ataupun badan hukum, yakni dengan membuat ikrar wakaf di depan Pejabat pembuat ikrar wakaf. Kedudukan Yayasan sebagai penerima harta wakaf ialah sebagai nazdir, dan harta kekayaan ini selanjutnya akan dikelola untuk menjalankan kegiatan Yayasan mencapai maksud dan tujuannya. Pada Wakaf sendiri, terdapat unsur-unsur seperti yang ada pada Yayasan, seperti 36 a. Adanya harta kekayaan yang dipisahkan dari pemiliknya semula. : b. Mempunyai tujuan tertentu, baik tujuan yang bersifat keagamaan, maupun sosial dan kemanusiaan. 36 Chatamarrasjid Ais, Op.Cit, hal. 157. c. Mempunyai Organisasi untuk menyelenggarakan lembaga yang didirikan. Dalam hal kekayaan Yayasan diperoleh dari hibah, maka hibah yang dimaksud bukanlah merupakan perjanjian obligatoire atau bertimbal-balik seperti perjanjian jual-beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, melainkan perjanjian sepihak. 37 Selain perolehan kekayaan yang disebut di atas, perolehan lain yang disebut dalam UU Yayasan ialah perolehan lainnya. Lantas, apa yang dimaksud dengan perolehan lainnya itu? Dalam menjalankan roda organisasi dan kegiatan- kegiatannya Yayasan tentu memerlukan sumber daya dan sumber dana yang cukup. Yayasan yang hanya menunggu amal, sumbangan, bantuan charity, dari masyarakat, cenderung kurang mandiri dan kurang stabil. Ketentuan Perundangan kemudian membolehkan sebuah Yayasan ikut melakukan kegiatan usaha atau justru mendirikan badan usaha sendiri. Yayasan diperbolehkan menanam modal di perusahaan lain sebagai pemegang saham sehingga mendapatkan laba berupa dividen. Bahkan untuk menopang biaya operasional Yayasan, diperbolekan pula Yayasan, misalnya menyewakan salah satu gedungnya atau sewa peralatan Yayasan, ikut dalam kegiatan perbankan atau deposito sehingga mendapatkan bunga atau bagi hasilnya. Barang yang dapat dihibahkan baik berupa barang bergerak atau tidak bergerak, tidak dapat ditarik kembali oleh penghibah. Ketika perjanjian hibah itu terjadi maka barang yang dihibahkan sudah berpindah alih kepemilikan. Dalam hal kekayaan Yayasan diperoleh dari hibah wasiat, ketentuan Pasal 957 KUHPerdata menyebutkan hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus dengan mana si yang mewariskan kepada seorang atau lebih memberikan beberapa barang-barangnya dari suatu jenis tertentu. Dalam hibah wasiat, penyerahan barang yang dihibahkan baru akan terjadi ketika si penghibah meninggal dunia. Hal ini berbeda dengan hibah, dimana penyerahan barang dapat dilakukan ketika si penghibah masih hidup. 38 UU Yayasan memberikan peluang yang luas bagi Yayasan untuk memperoleh kekayaan dari berbagai sumber, dan tidak bertumpu pada kekayaan modal yang diberi Pendiri saja. Selain itu Yayasan pun dikehendaki untuk mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan Kesempatan perolehan ini pun disebut dalam penjelasan Pasal 26 ayat 2 huruf e UU Yayasan. 37 Gatot Supramono, Op.Cit, hal. 70. 38 Adib Bahari, Op.Cit, hal. 60. Yayasan sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

3. Jenis Kekayaan Yayasan

Dokumen yang terkait

Analisa Kecenderungan Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 1999 - 2003 untuk Meramalkan Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 2004 - 2008 di RSU Dr. Pirngadi Medan dengan Metode Deret Berkala

0 31 87

Implementasi UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Dalam Pengelolaan Yayasan Di Yayasan Pesantren Modern Daar Al-Uluum Asahan-Kisaran

4 85 114

Perubahan Akta Pendirian Yayasan Setelah Keluarnya Uu No 16 Tahun 2001 Jo Uu No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

4 107 145

Salinan UU 28 Tahun 2004 Perubahan UU 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

1 1 12

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 9

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 33

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 3

UU No 16 2001 tentang Yayasan

1 0 23