Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Tentang Yayasan

C. Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Tentang Yayasan

Pada hakikatnya manusia ialah makhluk individu yang selalu ingin dihormati dan didahulukan kepentingannya, beserta makhluk sosial atau makhluk yang bermasyarakat homo socius yang selalu berkeinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya dan lingkungannya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan akan selalu membutuhkan manusia lain meskipun ia mempunyai kedudukan maupun kekayaan yang mencukupi. Adanya kesadaran manusia sebagai makhluk sosial menciptakan rasa tanggung jawab manusia tersebut untuk mengayomi individu lain yang lebih lemah. Selain itu manusia juga tidak terlepas dari berbagai macam kebutuhan, salah satunya ialah kebutuhan akan kerohanian dan kebutuhan sosial. Keberadaan Yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat yang menginginkan adanya suatu wadah atau lembaga yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Adanya suatu lembaga yang telah diakui keberadaannya dalam lalu lintas hukum di Indonesia ini merupakan suatu bentuk penyaluran kebutuhan rohani dan sosial manusia maupun rasa tanggung jawab manusia sebagai makhluk dalam mengarahkan kehidupannya untuk senantiasa berbuat kebaikan, guna membantu dan meningkatkan kehidupan sosial bagi sesamanya. Sejak zaman dahulu Yayasan ditandai dengan kegiatannya yang bersifat sosial khususnya di bidang keagamaan, pendidikan dan kesehatan. Tradisi sifat sosial Yayasan ini diteruskan sampai sekarang dan masih melekat kuat dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan Yayasan. Yayasan selama ini lebih dipahami sebagai suatu organisasi sosial nirlaba atau tidak mencari keuntungan dalam kegiatannya. Bila seseorang atau beberapa orang akan melakukan kegiatan yang penuh idealisme serta bertujuan sosial dan kemanusiaan, biasanya bentuk organisasi yang dipilih adalah Yayasan. Kegiatan sosial yang dipilih terutama menyangkut bidang kesehatan, pendidikan dan panti- panti sosial. Wadah Yayasan dipergunakan oleh para pendirinya untuk melakukan berbagai kegiatan sosial untuk kepentingan umum. Akan tetapi yang terjadi dalam lapangan, kegiatan Yayasan dewasa ini sudah berubah menjadi fungsi komersial dibandingkan fungsi sosial. Kegiatan yang pada awalnya mengutamakan pelayanan masyarakat, kini berubah menjadi kegiatan yang berbasis laba. Namun demikian bentuk kegiatan usaha dalam bentuk Yayasan, hingga saat ini masih juga dipergunakan, meskipun dari sisi praktis kegiatan yang dinaungi Yayasan tersebut telah bergeser dari kegiatan sosial menjadi kegiatan yang mencari keuntungan. Bahkan tidak hanya sampai disitu, banyak sekali Yayasan yang keberadaannya didirikan oleh kewenangan kekuasaan atau pengaruh tertentu dari suatu instansi, jabatan atau wibawa tertentu, guna menembus hambatan birokrasi. Dalam kehidupan akan selalu terjadi perubahan-perubahan, baik perubahan itu menuju pada kemajuan dan tidak mengurangi kemungkinan pada sebuah kemunduran pula. Masyarakat Indonesia khususnya mengalami perubahan yang terjadi secara cepat dari waktu ke waktu dalam berbagai aktivitas. Interaksi sosial antara anggota masyarakat telah menimbulkan hubungan hukum. Dalam konteks inilah eksistensi hukum sangat diperlukan untuk mengatur hubungan- hubungan hukum yang tercipta dalam masyarakat. Selama ini sebelum adanya peraturan formal tentang Yayasan, pendirian Yayasan di Indonesia hanya berdasarkan atas kebiasaan dalam masyarakat dan Yurisprudensi Mahkamah Agung. Hal ini dikarenakan memang belum adanya peraturan hukum tertulis yang mengatur Yayasan, bahkan KUHPerdata dan KUHDagang buatan Belanda juga tidak mengatur hal mengenai Yayasan ini. Munculnya putusan-putusan Pengadilan yang menjadi Yurisprudensi kala itu hanya sebagai pengisi kekosongan hukum dan masih belum dapat memberikan kepastian hukum bagi Yayasan. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya penyimpangan tujuan ideal Yayasan, dimana Yayasan masih dikelola dengan manajemen yang tertutup. Tidak ada kewajiban bagi Yayasan untuk membuat pelaporan keuangan secara terbuka untuk dapat diakses oleh masyarakat. Bahkan, kondisi yang juga sangat lumrah terjadi adalah tidak diatur pula bagaimana cara Yayasan mendapatkan dananya, tidak diatur pula apakah organ Yayasan atau Pengurus dapat menerima uang Yayasan untuk dibagikan bersama bagi mereka. 25 25 Adib Bahari, Prosedur Pendirian Yayasan, Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2010, hal. 19. Hal ini menimbulkan kecenderungan terjadinya sengketa pihak internal yakni antara Pendiri dengan Pengurusnya semakin kuat karena tidak adanya kepastian yang diberikan sehingga masih terdapat banyak Yayasan yang tumbuh dan didirikan dengan berbagai macam penyimpangan. Sekalipun hukum positif kita belum mengatur, telah dimungkinkan Yayasan mempunyai hak-hak atas tanah. Hanya saja nampaknya dalam praktik perbankan, selama itu masih belum bisa menerima Yayasan sebagai badan hukum. Hal ini antara lain dengan sulitnya untuk Yayasan dapat membuka rekening di bank, hingga dalam praktik terpaksa rekening Yayasan dibuka dengan rekening atas nama pribadi Pengurus. 26 Pemikiran bahwa Indonesia memerlukan suatu Undang-Undang tentang Yayasan telah berlangsung cukup lama. Pada umumnya pemikiran itu bertolak dari kenyataan bahwa dalam ketidakadaan Undang-Undang, Yayasan telah berkembang pesat dan telah terjadi pula penyimpangan dari tujuan yang seharusnya dimiliki oleh suatu Yayasan. 27 Menurut Hamid Attamimi “Mengenai Rancangan Undang-Undang Yayasan masih dipertanyakan bagaimana dengan lembaga yang tujuan dan sifat kegiatannya seperti Yayasan, tetapi tidak bernama atau tidak berbentuk Yayasan. Apakah harus dibuat Rancangan Undang-Undang tersendiri untuk Organisasi yang memakai nama Perkumpulan, Paguyuban atau yang yang lain-lain sejenis itu. Atau bahkan yang tidak memakai nama Yayasan, Perkumpulan dan sebagainya seperti Palang Merah Indonesia PMI. Saran yang diajukan Sekretariat Negara kepada Menteri Kehakiman adalah menyusun suatu Rancangan Undang-Undang yang dapat menjawab semua permasalahan tersebut sekaligus. Konkretnya, 26 Rudhi Prasetya, Yayasan dalam teori dan praktik, Jakarta : Sinar Grafika, 2014, hal. 4. 27 Chatamarrasjid Ais, Op.Cit, hal. 169. membuat Rancangan Undang-Undang yang mengatur semacam nonprofit organization.” 28 Pandangan tersebut kemudian antara lain melahirkan Rancangan Undang- Undang Yayasan dan Perkumpulan. Dan pandangan tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima karena di samping tidak mempertimbangkan prioritas suatu Undang-Undang, di banyak negara Undang-Undang yang mengatur Yayasan, Perkumpulan dan Organisasi Tanpa Tujuan Laba OTTL diatur dalam Undang- Undang yang berbeda. Tampaknya kepentingan politis lebih mendominasi alasan belum dibahasnya Rancangan Undang-Undang Yayasan pada waktu itu. 29 Setelah melalui pergantian Pemerintahan, barulah Rancangan Undang- Undang Yayasan dibicarakan di DPR, disetujui untuk disahkan menjadi Undang- Undang pada tanggal 11 Juli 2001 dan diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2001 sebagai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. 30 Diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia tentang Yayasan dengan Nomor 16 Tahun 2001, diharapkan usaha untuk mencapai kepastian hukum dan ketertiban hukum tentang Yayasan di Indonesia dapat diwujudkan. Adanya hukum positif dalam aturan-aturan tertulis yang secara jelas dan lengkap berarti memberikan landasan yuridis yang pasti tentang Yayasan, serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai badan hukum yang mempunyai maksud 28 Hamid Attamini, Setneg Tidak Hambat Rancangan Undang-Undang, dalam Harian Suara Pembaruan, 10 Maret 1992, hal. XVI, sebagaimana dikutip oleh Chatamarrasjid Ais, Ibid, hal. 170. 29 Ibid. 30 Ibid. dan tujuan pendiriannya yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan menambah nilai akan keberadaan dan status hukum Yayasan mengenai kewajiban-kewajiban liabilities, kedudukan dan tugas yang jelas dari para Pendiri, Pembina, Pengawas dan Pengurus, serta memberikan perlindungan hukum bagi aset-asetnya. 31 Lahirnya UU Yayasan tersebut dipandang tergolong lama, jika hal itu diukur sejak negara kita merdeka. Kelahirannya seolah-olah menunggu setelah adanya reformasi atau baru terpikirkan ketika negara memasuki era reformasi. Selain itu juga dikarenakan kemungkinan selama ini persoalan Yayasan yang ada dipandang tidak begitu merugikan masyarakat pada umumnya. Persoalan Yayasan lebih banyak menyangkut masalah intern. Akan tetapi setelah dua tahun sejak diundangkannya Undang-Undang Yayasan No. 16 Tahun 2001, UU Yayasan ini dirubah kembali dengan alasan yang terdapat dalam konsideran Undang-Undang No.28 Tahun 2004 tentang Yayasan sebagai revisinya, yakni karena Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 dalam perkembangannya belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, serta terdapat beberapa substansi yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran. Perubahan yang dilakukan tidak secara menyeluruh, hanya beberapa pasal saja yang diubah, dan kedua Peraturan Perundangan ini saling berkaitan. 32 31 Arie Kusumastuti dan Maria Suhardiadi, Hukum Yayasan di Indonesia, Jakarta : Perpustakaan Nasional, 2002, hal. 9. 32 Gatot Supramono, Op.Cit, hal. 8.

D. Perangkat Organ Yayasan

Dokumen yang terkait

Analisa Kecenderungan Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 1999 - 2003 untuk Meramalkan Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 2004 - 2008 di RSU Dr. Pirngadi Medan dengan Metode Deret Berkala

0 31 87

Implementasi UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Dalam Pengelolaan Yayasan Di Yayasan Pesantren Modern Daar Al-Uluum Asahan-Kisaran

4 85 114

Perubahan Akta Pendirian Yayasan Setelah Keluarnya Uu No 16 Tahun 2001 Jo Uu No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

4 107 145

Salinan UU 28 Tahun 2004 Perubahan UU 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

1 1 12

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 9

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 33

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 3

UU No 16 2001 tentang Yayasan

1 0 23