Anggaran Dasar dianggap disetujui dan Menteri wajib mengeluarkan keputusan persetujuan.
2. Pembubaran Yayasan
Dalam menjalankan roda kegiatannya tentu saja terkadang muncul berbagai permasalahan yang dihadapi Yayasan, baik permasalahan ini timbul dari
dalam lingkungan Yayasan, maupun dari pihak luar Yayasan. Dan tidak menutup kemungkinan pula permasalahan yang timbul berunjuk pada berakhirnya sebuah
Yayasan. Proses pembubaran Yayasan sendiri diklasifikasi dalam dua macam, yakni
Yayasan yang bubar dan Yayasan yang dibubarkan. Yayasan yang bubar, maksudnya Yayasan bubar dengan sendirinya karena faktor internal. Sedangkan
Yayasan yang dibubarkan berarti pembubaran dilakukan secara paksa karena intervaksi orang ketiga, dan pembubaran ini umumnya berdasarkan atas penetapan
Pengadilan. Adapun Yayasan yang bubar karena faktor internal, yakni :
a. Jangka waktunya telah berakhir, dalam artian jangka waktu berdirinya Yayasan
yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah habis masa waktunya. b.
Apa yang tercantum dalam Anggaran Dasar mengenai tujuan Yayasan telah tercapai ataupun tidak tercapai.
c. Seperti yang dibahas sebelumnya, pembubaran Yayasan terjadi secara otomatis
manakala terjadi penggabungan antar Yayasan yang bersangkutan. Sedangkan Yayasan yang dibubarkan secara paksa dikarenakan :
a. Yayasan melakukan pelanggaran terhadap ketertiban umum dan kesusilaan.
b. Yayasan tidak mampu membayar utang ketika dinyatakan pailit.
c. Harta kekayaan Yayasan tidak cukup melunasi utangnya setelah pernyataan
pailit dicabut. Yayasan yang dibubarkan secara paksa berdasarkan putusan Pengadilan
tentu dikarenakan adanya pihak ketiga yang mengajukan permohonan tersebut. Lalu siapa sajakah pihak yang dapat mengajukan permohonan pembubaran
tersebut? Di dalam UU Yayasan tidak terdapat aturan yang membahas mengenai permasalahan ini.
Gatot Supramono dalam bukunya berpendapat, “Pembubaran Yayasan dengan alasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, maka pihak
yang tepat menjadi pemohonnya ialah Kejaksaan, karena Kejaksaan sebagai pihak yang mewakili kepentingan umum. Hal ini sejalan dengan
tugasnya, karena Kejaksaan yang mewakili kepentingan umum, sedangkan perbuatan Yayasan melanggar kepentingan umum. Selanjutnya tentang
alasan Yayasan tidak mampu membayar utang setelah dinyatakan pailit maupun alasan harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi
utangnya setelah pernyataan pailit dicabut, menurut beliau yang dapat mengajukan permohonan pembubaran Yayasan adalah krediturnya, karena
kreditur yang memiliki kepentingan untuk membubarkan”.
44
a. Dalam hal ditentukan oleh Anggaran Dasar.
Jika melihat pada alasan dan cara pembubaran Yayasan di Belanda hampir
sama dengan di Indonesia. Menurut Pasal 300 NBW, Yayasan dapat dibubarkan karena :
b. Jika Yayasan nyata dalam keadaan insolvensi.
c. Oleh hakim dalam hal-hal yang ditentukan oleh Undang-Undang.
Pengadilan pun dapat membubarkan Yayasan dalam hal :
44
Ibid, hal. 150.
1. Apabila Anggaran Dasarnya bertentangan dengan ketentuan, bahwa kepada
para Pendiri tidak dapat diberikan pembayaran uang. 2.
Apabila keuangan Yayasan tidak mencukupi lagi untuk merealisasikan tujuannya, dan tidak dapat dikumpulkan uang dalam jangka waktu pendek
dengan salah satu jalan yang sah. 3.
Jika tujuan Yayasan telah tercapai atau tidak dicapai lagi. Apabila Yayasan bubar dikarenakan alasan berakhirnya jangka waktu atau
tujuan Yayasan sudah tercapai atau tidak tercapai, Pembina menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Yayasan. Dalam hal Pembina tidak menunjuk
likuidator, maka Penguruslah yang bertindak selaku likuidator. Dan apabila Yayasan bubar karena putusan Pengadilan, maka Pengadilanlah yang menunjuk
likuidator. Demikian pula jika Pembubaran Yayasan karena pailit, maka berlaku Peraturan Perundang-Undangan di bidang Kepailitan yaitu perlu menunjuk
kurator. Harta kekayaan sisa hasil likuidasi Yayasan yang bubar ini diserahkan
kepada Yayasan lain yang mempunyai kegiatan atau maksud dan tujuan yang sama dengan Yayasan yang bubar, atau badan hukum lain yang mempunyai
kesamaan kegiatan Yayasan yang bubar. Penyerahan kepada Yayasan dengan tujuan yang sama ini mungkin dimaksud agar tujuan Yayasan yang bubar itu
tercapai melalui Yayasan yang diberikan sisa hasil likuidasi tersebut. Selain itu apabila Yayasan yang bubar tidak menyerahkan kekayaan sisa
hasil likuidasi tersebut kepada Yayasan lain, maka kekayaan tersebut diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai maksud dan tujuan Yayasan
yang bubar tersebut. Yang menjadi pertanyaan, yang dimaksudkan Negara ini kepada siapa? UU Yayasan tidak memberi penjelasan terhadap hal ini.
Gatot Supramono mengatakan, “oleh karena tidak ada penjelasan Undang- Undang mengenai hal ini, maka dapat dikatakan kekayaan ini diserahkan kepada
Departemen Sosial, dan departemen ini harus mencatat dalam buku register tentang hal tersebut, kemudian di waktu mendatang mempergunakan kekayaan
tersebut sejalan dengan maksud dan tujuan Yayasan yang telah bubar.”
45
BAB III TINJAUAN UMUM PENDIRIAN YAYASAN
A. Tujuan Pendirian Yayasan