Tujuan Pendirian Yayasan Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

yang bubar tersebut. Yang menjadi pertanyaan, yang dimaksudkan Negara ini kepada siapa? UU Yayasan tidak memberi penjelasan terhadap hal ini. Gatot Supramono mengatakan, “oleh karena tidak ada penjelasan Undang- Undang mengenai hal ini, maka dapat dikatakan kekayaan ini diserahkan kepada Departemen Sosial, dan departemen ini harus mencatat dalam buku register tentang hal tersebut, kemudian di waktu mendatang mempergunakan kekayaan tersebut sejalan dengan maksud dan tujuan Yayasan yang telah bubar.” 45 BAB III TINJAUAN UMUM PENDIRIAN YAYASAN

A. Tujuan Pendirian Yayasan

Setiap organisasi termasuk Yayasan, memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat kuantitatif mencakup pencapaian laba maksimum, pertumbuhan organisasi dan produktivitas. Sementara tujuan kualitatif dapat disebutkan sebagai efisiensi dan efektivitas organisasi, manajemen organisasi yang tangguh, pelayanan kepada masyarakat ataupun citra perusahaan. 46 45 Ibid, hal. 157. 46 Indra Bastian, Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik, Jakarta: Erlangga, 2007, hal. 2. Tujuan itu sendiri adalah suatu hasil akhir atau segala sesuatu yang akan dicapai yang disebut dengan “sasaran” atau “target”. Kedua istilah ini digunakan dalam pengertian yang sama untuk menunjukkan hasil akhir yang akan dicapai. Keduanya mempunyai nilai orientasi dan kondisi yang diinginkan, terutama peningkatan prestasi organisasi. 47 Yayasan tidak dibenarkan bertujuan untuk yang bersifat komersial, melainkan mencapai tujuan yang ideal. Setelah adanya UU Yayasan, tujuan ideal tersebut diklasifikasikan dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Yayasan untuk mencapai maksud dan tujuan didirikannya, dapat Tujuan Yayasan dapat diarahkan kepada pencapaian sesuatu di lapangan kesejahteraan umum atau sesuatu di lapangan kepentingan umum. Di sisi lain, tujuan itu dapat terbatas, hanya untuk golongan tertentu saja tanpa menyebut nama per individu, melainkan hanya disebut menurut golongannya ataupun nama jenisnya, misalnya untuk kepentingan para tunatetra, para karyawan, pembangunan sekolah di suatu tempat tertentu ataupun untuk kepentingan anak- cucu keturunan dari pendirinya. Pada hakikatnya, pendirian Yayasan dimaksud demi kepentingan suatu kelompok atau anggota masyarakat di luar Yayasan, apabila kelompok atau anggota masyarakat tersebut memang membutuhkan bantuan, sehingga pendirian Yayasan tidak memiliki tujuan untuk mencari keuntungan bagi Pendiri atau Pengurus-Pengurus Yayasan. 47 Ibid, hal. 3. menyelenggarakan kegiatan-kegiatan. Kegiatan tersebut dapat bersifat kumulatif mencakup semua atau bersifat opsional pilihan-pilihan saja. Kegiatan-kegiatan tersebut ialah sebagai berikut : 1. Bidang Sosial : a. Lembaga formal dan nonformal. b. Panti asuhan, panti jompo. c. Rumah sakit, poliknik dan laboraturium. d. Pembinaan olahraga. e. Penelitian di bidang ilmu pengetahuan. f. Studi banding. 2. Bidang Kemanusiaan : a. Memberikan bantuan kepada korban bencana alam. b. Memberikan bantuan kepada pengungsi akibat perang. c. Memberikan bantuan kepada tunawisma, fakir miskin dan gelandangan. d. Mendirikan dan menyelenggarakan rumah singgah dan rumah duka. e. Memberikan perlindungan konsumen. f. Melestarikan lingkungan hidup. 3. Bidang Keagamaan : a. Mendirikan sarana ibadah. b. Menyelenggarakan pondok pesantren dan madrasah. c. Menerima serta menyalurkan amal, zakat, infak dan sedekah. d. Meningkatkan pemahaman keagamaan. e. Melaksanakan syiar agama. f. Studi banding keagamaan. Salah satu ciri Yayasan yang bertujuan sosial dan kemanusiaan adalah keterbukaan. Keterbukaan ini diharapkan dapat diperoleh dari laporan tahunan dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Yayasan. Pemeriksaan terhadap Yayasan perlu dilakukan agar penyimpangan Yayasan dari tujuan semula yang bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan dapat segera diluruskan dan dikembalikan pada jalur yang seharusnya. Pemeriksaan dilakukan untuk memperoleh data dalam hal timbul dugaan bahwa organ Yayasan melakukan perbuatan melawan hukum atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan. 48 Ada beberapa kepentingan tersembunyi dari orang yang terlibat dalam Yayasan yang menyimpang sebelum berlakunya UU Yayasan, diantaranya Sebelum diundangkannya UU Yayasan, seringkali Yayasan ditujukan menyimpang dari tujuan dasarnya sebagai wadah untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat. Tujuan yang sudah tertera dalam Anggaran Dasar kadang kala diabaikan oleh pihak-pihak yang lebih mementingkan kepentingan individualnya dengan melakukan usaha layaknya badan usaha yang bertujuan mengejar keuntungan dengan berbagai tindakan yang bertentangan dengan hukum dan kepentingan umum. 49 1. Ingin menambah pundi-pundi keuangan pribadi. Dalam hal ini tujuan Yayasan yang awalnya adalah untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan diselewengkan untuk mengejar profit sebanyak-banyaknya, sehingga Yayasan diperalat untuk memperkaya diri. : 2. Menghindar dari kewajiban pajak, karena Negara memberikan keringanan pada Yayasan dalam hal membayar pajak. 3. Untuk memuluskan pengurusan izin usaha pribadinya di birokrasi Pemerintah. 4. Untuk mendapatkan berbagai fasilitas dari Negara. 48 Chatamarrasjid Ais, Op.Cit. hal. 25. 49 Rita M, Risiko Hukum Bagi Pembina, Pengawas Pengurus Yayasan, Jakarta : Forum Sahabat, 2009, hal. 54-55. Permasalahan seperti yang disebut di atas belum dapat teratasi secara tuntas di masa lalu mengingat dari segi administrasi pendaftaran tidak ada kewajiban Yayasan untuk melakukan pendaftaran ke salah satu instansi Pemerintah, sehingga pihak Pemerintah tidak dapat melakukan pengawasan terhadap kegiatan Yayasan yang berdiri tersebut. Selain itu tidak ada juga kewajiban bagi Yayasan untuk mengumumkan laporan tahunan dengan menempel di papan pengumuman Yayasan atau diumumkan melalui surat kabar, sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui kondisi Yayasan. Selain itu masalah tersebut belum dapat diselesaikan secara hukum karena belum ada hukum positif mengenai Yayasan sebagai landasan yuridis penyelesaiannya. Selain itu adanya asumsi bahwa Yayasan merupakan subjek bebas pajak tidak dapat diterima, karena sebelum lahirnya UU Yayasan sudah ada beberapa peraturan yang mengatur subjek dan objek pajak Yayasan, dan terdapat pula kewajiban bagi Yayasan yaitu : 1. Yayasan atau organisasi yang sejenis diwajibkan menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP beserta peraturan pelaksananya. 2. Yayasan atau organisasi yang sejenis wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan dan SPT masa Pajak Penghasilan PPh sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh karena banyaknya Yayasan-Yayasan yang berjalan tidak sesuai dengan maksud dan tujuannya di masa lalu, Pemerintah mengambil jalan keluar dengan menerbitkan UU No. 16 Tahun 2001 jo UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, demi memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan, dan menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sesuai dengan jalurnya. Selanjutnya adapun dalam rangka menjalankan kegiatannya demi mencapai tujuan, Yayasan tentu membutuhkan dana untuk membiayai kegiatannya. Perolehan dana ini dapat berupa bantuan-bantuan atau sumbangan sukarela dari negara, masyarakat, atau pihak lain yang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan. Hal ini membuat Yayasan seolah-olah berkegantungan pada sumbangan-sumbangan yang diberikan para sukarelawan dan membuat Yayasan cenderung kurang mandiri dalam menjalankan kegiatannya. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan-tujuan sosial yang dimiliki oleh Yayasan, Yayasan dapat menjalankan atau melaksanakan kegiatan usaha yang memiliki sifat komersial, baik dalam mendirikan badan usaha maupun ikut serta dalam suatu badan usaha lainnya 50 1. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan. . Pasal 3 ayat 1 UU Yayasan juga memberi kesempatan pada Yayasan dengan menyebutkan, Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha atau ikut serta dalam suatu badan usaha. Akan tetapi Pasal 7 UU Yayasan membatasinya dengan menyatakan bahwa : 50 Dijan Widijowati, Hukum Dagang, Yogyakarta : Andi, 2012, hal. 99. 2. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh pernyataan tersebut paling banyak 25 dua puluh lima persen dari seluruh nilai kekayaan Yayasan. 3. Kegiatan usaha dari badan usaha yang didirikan tersebut ataupun dimana Yayasan melakukan penyertaan harus tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, atau Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. 4. Anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha yang didirikan tersebut. Pemberian kesempatan pada Yayasan dalam mendirikan badan usaha ini menimbulkan pertanyaan apakah boleh bagi Yayasan untuk mendirikan badan usaha dan melakukan kegiatan bisnis, apalagi mengingat tujuan dasar Yayasan ialah bersifat ideal. Pada masa lalu sebelum diundangkannya UU Yayasan, tidak ada peraturan yang melarang bagi Yayasan untuk mendirikan badan usaha. Meskipun tidak ada satu pun peraturan yang melarang, akan tetapi terdapat pedoman oleh Departemen Kehakiman pada saat itu, dimana Yayasan diperkenankan melakukan bisnis hanya sebesar 10 dari modal yang ditempatkan dalam suatu perusahaan. Jumlah 10 itu dimaksudkan agar kemurnian Yayasan sebagai institusi yang berwatak sosial dapat terus dijaga. Dengan kata lain, supaya Yayasan cuma menanam modal dan tidak mengeksploitasi perusahaan. Akan tetapi Menteri Kehakiman pada waktu itu kurang setuju dengan jumlah tersebut, sehingga ditingkatkan menjadi 20, bahkan perkembangan selanjutnya diperkenankan 100. 51 Selama ini Yayasan dianggap sebagai organisasi nirlaba yang sama sekali tidak boleh mencari keuntungan nonprofit oriented. Pengertian “nirlaba” non- for-profit sering disalah artikan bahwa Yayasan tidak boleh mencari keuntungan, tidak boleh menjalankan usaha dan tidak boleh bersifat komersial. Makna sebenarnya dari “nirlaba” adalah Yayasan tidak membagikan laba atau keuntungan yang diperolehnya karena Yayasan tidak mempunyai pemilik ataupun anggota. Selain itu Pasal 3 UU Yayasan juga memperbolehkan Yayasan melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha atau ikut serta dalam suatu badan usaha. Tidak terdapat penjelasan pada Pasal tersebut, akan tetapi dalam UU Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 terdapat penambahan penjelasan yang sebelumnya tidak disebutkan dalam UU Yayasan yang lalu bahwa ketentuan tersebut dimaksud untuk menegaskan bahwa Yayasan tidak digunakan sebagai wadah usaha dan Yayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara langsung, tetapi harus melalui badan usaha yang didirikan atau melalui badan usaha lain dimana Yayasan menyertakan kekayaannya. 52 Mendirikan badan usaha artinya mendirikan perusahaan. Yayasan mendirikan perusahaan, dengan maksud perusahaan itu yang mencari keuntungan. 51 Anwar Borahima, Op.Cit, hal. 122. 52 Panggabean, Praktik Pengadilan Menangani Kasus Aset Yayasan Dan Upaya Penanganan Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta : Permata Aksara, 2012, hal. 74. Yayasan mencari keuntungan melalui perusahaan yang didirikan, dan hanya berkedudukan sebagai Pendiri perusahaan. Yayasan dilarang mengurus atau mengelola langsung perusahaan, melainkan perusahaan diurus oleh pihak lain dalam menjalankan usahanya. 53 Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan mengatur bahwa setiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan pendaftaran perusahaan di Departemen Perdagangan. Dengan kewajiban tersebut jika tidak dilakukan pendaftaran, maka mempunyai akibat hukum bagi perusahaan itu sendiri. Bagi Firma maupun CV, berakibat kedua perusahaan tersebut statusnya menjadi Persekutuan Perdata. Dan bagi Yayasan karena bukanlah perusahaan, apabila tidak melakukan pendaftaran, maka tidak berakibat hukum apapun. Larangan terhadap Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan untuk tidak merangkap jabatan ini untuk menghindari terjadinya perbenturan waktu dalam menjalankan tugas dan kecenderungan pihak Yayasan lebih condong mengurus perusahaan karena imbalannya lebih tinggi dibandingkan mengurus Yayasan. Hal ini dapat berakibat Yayasan tidak terkontrol secara penuh dan dikhawatirkan dapat menjadikan Yayasan tidak dapat mencapai tujuannya. 54 Tidak dapat dipungkiri banyak Yayasan yang tidak murni sebagai nonprofit oriented, tetapi sudah mengarah pada tujuan komersial. Bahkan ada beberapa lembaga yang berlabel Yayasan, padahal isinya Koperasi atau Perusahaan. Untuk 53 Gatot Supramono, Op.Cit, hal. 113. 54 Ibid, hal. 112. mengetahui Yayasan tersebut berbisnis atau tidak, dapat dilihat dari unsur-unsur perusahaan. Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan. 55 Secara umum tujuan pendirian perusahaan dapat dibedakan menjadi tujuan ekonomis dan tujuan sosial. Tujuan ekonomis berkenaan dengan upaya perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya. Dalam hal ini perusahaan berupaya menciptakan laba, ataupun menciptakan pelanggan. Sedangkan untuk tujuan sosial, perusahaan diharapkan untuk memperhatikan keinginan investor, karyawan, maupun masyarakat luas. 56 Meskipun disadari bahwa keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan perusahaan, tetapi tujuan-tujuan lain hanya akan tercapai jika perusahaan mampu tetap hidup berkembang dan memperoleh keuntungan. Untuk keperluan tersebut perusahaan harus diorganisir dan dijalankan dengan baik. 57 Apabila dikaitkan dengan usaha-usaha Yayasan, maka dapat dikatakan bahwa Yayasan tersebut telah menjalankan perusahaan. Walaupun Yayasan menjalankan perusahaan, tetapi usaha Yayasan itu adalah bukan untuk profit semata, melainkan keuntungan yang didapatkan itu ditujukan untuk kemanfaatan benefit. Dengan kata lain, jika Yayasan berbisnis maka bisnis Yayasan bukan merupakan tujuan utama, melainkan hanya alat untuk mencapai tujuan. 58 Sebelum disahkannya UU Yayasan, bila Yayasan ingin melakukan kegiatan usaha, cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan nama-nama pribadi untuk mewakili Yayasan dalam suatu perusahaan. Dalam perkembangannya Yayasan diperkenankan melakukan inventasi 20 agar Yayasan hanya menanam modal tanpa mengatur perusahaan. Setelah 55 Ibid. 56 M.Fuad, Pengantar Bisnis, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006, hal. 22. 57 Ibid, hal. 23. 58 Anwar Borahima, Op.Cit, hal. 154. diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas UUPT menyebabkan perkembangan peningkatan penanaman modal hingga 45 empat puluh lima persen, dan terus meningkat hingga Yayasan diperkenankan untuk mendirikan PT. 59 Terlepas dari itu semua, perlu ditambahkan bahwa Yayasan memperoleh berbagai fasilitas atau kemudahan karena ia bertujuan sosial dan kemanusiaan. Tujuan sosial yang dimiliki Yayasan, yaitu untuk menyejahterahkan masyarakat pada umumnya telah menyebabkan negara yang telah dibantu dalam menjalankan kewajibannya memberikan fasilitas dan kemudahan pada Yayasan. Yayasan telah membantu Pemerintah dalam berbagai bidang seperti bidang pendidikan, kesehatan, memelihara fakir miskin, dan sebagainya. Sebaliknya, Pemerintah Setelah diundangkannya UU Yayasan, terdapat penegasan dalam Pasal 7 ayat 2 yang menyebutkan Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25 dua puluh lima persen dari seluruh nilai kekayaan Yayasan. Seandainya Yayasan memiliki cukup dana untuk mencapai tujuan sosial dan kemanusiannya, dengan sendirinya Yayasan tersebut tidak perlu melakukan kegiatan usaha. Di Inggris ada lembaga-lembaga yang khusus menghimpun dana untuk diberikan kepada Yayasan sehingga Yayasan yang dibantu tidak perlu melakukan kegiatan usaha atau dengan perkataan lain hanya melakukan kegiatan sosial semata-mata. 59 Chatamarrasjid Ais, Op.Cit, hal. 91. telah memberikan berbagai kemudahan seperti dalam hal permodalan, perpajakan, dan lain-lain. 60

B. Jangka Waktu Pendirian Yayasan

Dokumen yang terkait

Analisa Kecenderungan Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 1999 - 2003 untuk Meramalkan Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 2004 - 2008 di RSU Dr. Pirngadi Medan dengan Metode Deret Berkala

0 31 87

Implementasi UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Dalam Pengelolaan Yayasan Di Yayasan Pesantren Modern Daar Al-Uluum Asahan-Kisaran

4 85 114

Perubahan Akta Pendirian Yayasan Setelah Keluarnya Uu No 16 Tahun 2001 Jo Uu No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

4 107 145

Salinan UU 28 Tahun 2004 Perubahan UU 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

1 1 12

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 9

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 33

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

0 0 3

UU No 16 2001 tentang Yayasan

1 0 23