2. Sifat Yayasan yang transparan membuat masyarakat tidak menimbulkan
berbagai penafsiran sehingga dapat mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuannya di bidang sosial, agama dan
kemanusiaan. 3.
Dengan kehadiran UU Yayasan membuka peluang bagi Yayasan untuk mendirikan suatu badan usaha komersial demi menunjang pencapaian maksud
dan tujuan Yayasan di bidang sosial, kemanusiaan dan keagaman. Adapun sisi negatif yang dipaparkan antara lain :
1. Pemerintah terlalu arogan memaksakan kehendaknya, dimana seperti yang
diketahui Yayasan lahir dan tumbuh bahkan sebelum Negara Indonesia ini ada dan merdeka, jadi perlu dilakukan revisi terhadap beberapa aturan yang
dianggap tidak begitu pas untuk diterapkan pada Yayasan.
E. Penyelesaian-Penyelesaian Yang Dilakukan Yayasan Atas Hambatan-
Hambatan Yang dihadapi dalam Rangka Penyesuaian-Penyesuaian Atas Berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16
Tahun 2001 tentang Yayasan
Salah satu hambatan yang dihadapi di Yaspendhar Medan dalam rangka penyesuaian atas berlakunya UU Yayasan ialah adanya penolakan penyesuaian
Anggaran Dasarnya oleh Depkumham karena adanya kesamaan nama Yayasan dengan Yayasan lain yang lebih dahulu terdaftar secara sah, dan ketika diajukan
kembali penyesuaiannya ternyata telah melewati batas waktu yang ditentukan dalam UU Yayasan. Terhadap permasalahan ini pihak Yayasan mengambil jalan
penyelesaian dengan cara melaksanakan pasal 11 butir 1 UU Yayasan tentang pendirian Yayasan.
Cara yang dilakukan ini merupakan salah satu cara yang banyak dipakai Yayasan-Yayasan yang terlambat dalam melakukan penyesuaian Anggaran Dasar.
Akan tetapi dalam konteks Yaspendhar Medan, di dalam Akta Yaspendhar Medan Nomor 01 tanggal 02 Desember 2008 pada premisse akta tercantum sejarah
Yayasan yang dahulu didirikan berdasarkan Akta Nomor 30 tanggal 30 Mei 1967 yang dibuat Notaris Panusunan Batubara dan Akta Nomor 36 tanggal 18 Oktober
1989 tentang Penegasan Keputusan Rapat Badan Pengurus yang dibuat Notaris Darmansyah Nasution, S.H., dan telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Medan
Nomor 940YysPrub1989 pada 03 November 1989 sehingga akta Yaspendhar Medan berhubungan dengan akta-akta yang terbit sebelumnya. Dan terhadap hal
ini Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Dirjen AHU memberikan pengesahan dengan nomor AHU-14.AH.01.04 tahun 2009, sehingga Yaspendhar
Medan telah sah sebagai badan hukum. Adapun terbitnya Akta Yaspendhar Medan Nomor 01 tanggal 02
Desember 2008 juga disertai dengan surat pernyataan Yaspendhar Medan yang menyatakan Akta Yaspendhar Medan Nomor 01 tanggal 02 Desember 2008
merupakan satu kesatuan dengan akta-akta Yaspendhar yang telah terbit sebelumnya, dan merupakan bentuk kelanjutan dari Yaspendhar. Selain itu pihak
Yayasan juga membuat akta penegasan tentang izin-izin dan aset-aset yang tidak terpisah antara Yaspendhar dengan Yaspendhar Medan, dan semua harta benda
yang masih terdaftar dengan nama Yayasan lama, dihibahkan kepada Yaspendhar Medan, seperti hak-hak atas tanah dan bangunan, surat-surat izin mendirikan
bangunan, surat izin penyelenggaraan program studi, dan lainnya.
Berkaitan dengan nama Yayasan yang harus diubah karena adanya kesamaan dengan nama Yayasan yang telah diakui lebih dahulu oleh hukum
secara sah, pihak Yayasan meminta saran kepada Depkumham, dan disarankan untuk menambah nama kota di belakangnya, dan hasil rapat-rapat yang dilakukan
organ Yayasan pun setuju dengan usul tersebut sehingga nama Yayasan diubah menjadi Yayasan Pendidikan Harapan Medan.
Salah satu kelemahan dari UU Yayasan yang tidak diikuti oleh peraturan pelaksananya, sehingga membuat masyarakat kurang memahami proses-proses
seperti pendirian, pengesahan status badan hukum, perubahan Anggaran Dasar, dan hal lainnya. Dalam konteks yang terjadi pada Yaspendhar Medan, Pemerintah
sepertinya kurang sigap dalam membuat suatu pedoman atau mekanisme cek nama suatu Yayasan sehingga membuat keadaan kesamaan nama seperti di atas
kurang dapat dicegah. Selain itu tidak ada pula ketentuan yang mewajibkan pihak
Yayasan melalui Notarisnya untuk melakukan cek nama sebelum melakukan permohonan kepada Depkumham. Dan tidak ada pula pedoman yang mengatur
bagaimana cara pengecekan nama tersebut. Pada tahun 2014 lalu Pemerintah baru menerapkan suatu sistem yang
digunakan oleh Depkumham untuk mencegah adanya kesamaan pemakaian nama Yayasan dengan sistem yang dinamakan Sistem Administrasi Badan Hukum yang
disingkat SABH. SABH merupakan sistem pelayanan administrasi badan hukum secara elektronik yang diselenggarakan oleh Dirjend AHU dengan maksud untuk
meningkatkan pemberian pelayanan kepada masyarakat dan mempercepat proses pengesahan badan hukum Yayasan. Dengan adanya sistem ini maka pengesahan
Yayasan sebagai badan hukum mulai dari tata cara pemesanan nama maupun pengecekannya dan pengisisan format pendirian pengesahan badan hukum dapat
dilakukan melalui media internet. Adapun pemesanan maupun pengecekan nama Yayasan secara online ini
dapat dilakukan oleh masyarakat umum atau oleh Notaris. Penerapan sistem ini tentu akan sangat membantu pihak Yayasan maupun Notarisnya dalam melakukan
proses pengesahan akta pendirian, karena pengecekan dan pemesanan nama sudah dapat dilakukan secara praktis dan dapat diproses siapapun dalam waktu singkat.
Terlepas dari segala permasalahan yang terselesaikan maupun yang belum teratasi, tidak dapat dipungkiri kehadiran Yayasan merupakan suatu nafas bagi
Yayasan dengan memberikan kepastian hukum dan landasan hukum bagi perkembangannya. Kehadirannya sebagai landasan yang kokoh demi menopang
Yayasan-Yayasan agar berdiri tegak sesuai dengan maksud dan tujuan di bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan dan tidak melenceng dari jalurnya, harusnya
disertai juga dengan perananan organnya yang bijak dan profesional dalam melaksanakan kegiatannya dengan menjunjung tinggi landasan tersebut sebagai
pedoman demi mencapai keberhasilan dalam maksud dan tujuan pendiriannya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan