Hubungan Pelabuhan Air Bangis dengan Daerah

26 Masyarakat di Pelabuhan Air Bangis berprofesi sebagai pedagang, pelaut, distributor dan juga ada sebagai kuli angkut barang dari pelabuhan ke daerah hinterland . Biasanya barang yang diangkut ke daerah hinterland adalah garam, kain, tembikar, candu dan lain sebagainya. Adapun masyarakat di daerah hinterland Air Bangis berprofesi sebagai penambang emas, terutama daerah Rao, dan juga banyak diantara mereka sebagai petani lada. 28

2.2 Hubungan Pelabuhan Air Bangis dengan Daerah

Hinterland dan Foreland. Peranan pelabuhan sangat penting sebagai pusat aktivitas kegiatan kemaritiman. Artinya, berbicara tentang kemaritiman tidak bisa dilepaskan dengan masalah eksistensi dan fungsi dari pelabuhan. Ada hubungan antara pelabuhan dengan daerah hinterland , dan foreland dalam mendukung aktivitas pelabuhan itu. 29 Aktivitas sebuah pelabuhan berawal dari pertemuan antara pedagang yang membutuhkan barang komoditi yang dimiliki oleh pedagang lain. 30 Daerah hinterland dari Pelabuhan Air Bangis yaitu Ujung Gading, Simpang Empat, Kinali, Talu, Panti, Bonjol, Rau, Muara Sipongi, dan lain sebagainya. 31 Daerah hinterland ini dihubungkan oleh jalan-jalan kecil yang sering dilewati kuda 28 Gusti Asnan, “Persaingan di Pantai Barat Sumatera”, dalam Taufik Abdullah dan A. B. Lapian eds., Indonesia dalam Arus Sejarah, Kolonisasi dan Perlawanan, Jilid IV, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2012, hal. 46; dan H.L. Osthoff, op.cit., hal. 138-139. 29 Singgih Tri Sulistiyono, Pengantar sejarah Maritim Indonesia, Jakarta: DIKTI- DEPDIKNAS, 2004, hal. 101-103. 30 Mhd. Nur, “Kota-kota Pelabuhan Nusantara dalam Perspektif Sejarah”, dalam Ikahimsi, Edisi I, No. 2 Juli-Desember 2011, hal. 61. 31 Lihat Lampiran I. 27 pedati dan pejalan kaki menuju Pelabuhan Air Bangis. 32 Topografi daerah hinterland ini berbukit-bukit dan lereng gunung yang curam karena berada dalam gugusan pegunungan Bukit Barisan. Hubungan antara Pelabuhan Air Bangis dengan daerah hinterland terkait akan komoditas ekspor dan impor. Komoditas impor dari pelabuhan dibawa ke daerah hinterland untuk kepentingan masyarakat di daerah tersebut. Komoditas impor utama meliputi garam, lilin, tembikar, minyak tanah, candu opium 33 , dan alat-alat keperluan kapal. Adapun komoditas yang dihasilkan daerah hinterland dan diekspor melalui Pelabuhan Air Bangis adalah berupa hasil perkebunan lada, 34 kopi, kapur barus, kemenyan, rotan, damar, dan emas. 35 Secara jelas komoditas yang diperdagangkan antara daerah pesisir dengan daerah hinterland dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 32 S. Muller dan L. Horner, op.cit., hal. 64-65; dan Swk., op.cit., no. 1256. 33 Praktek menghisap candu sudah sangat umum bagi masyarakat pribumi. Penjualan candu pada awalnya hak prerogatif kepala daerah setempat dan diawasi langsung oleh VOC. Namun periode berikutnya VOC memonopoli perdagangan candu dan orang-orang Cina dijadikan sebagai distributor candu ke daerah hinterland Sumatera. Lihat John Ball, Indonesian Legal History: British West Sumatra 1685-1825 , Sydney: Oughtershaw Press, 1984, hal. 154-155. 34 Lada merupakan komoditi yang paling dicari oleh pedagang di Pantai Barat Sumatera. Kawasan hinterland Air Bangis merupakan daerah penghasil lada, dan daerah ini merupakan daerah kekuasaan Aceh. Ketika terjadi perebutan kekuasaan antara Aceh dengan VOC untuk memonopoli perdagangan lada, Aceh sebagai penguasa awal di daerah-daerah kota Pantai Barat Sumatera melarang masyarakat untuk melakukan perdagangan dengan bangsa Eropa. Aceh juga membuat kebijakan bagi masyarakat untuk membumihanguskan sebahagian kebun lada agar lada tidak banyak dipasaran. Namun hal ini tidak diindahkan orang Cina. Orang Cina yang menetap di sana masih saja menanam lada di lahan-lahan pertanian disekitar tempat tinggal mereka dan menjualnya ke pihak Eropa karena harganya jauh lebih tinggi daripada dijual kepada orang Aceh. M. Nur, dkk., op.cit., hal. 31. 35 Adolph Eschels-Kroon, Beschryving van Het Eiland Sumatra, Inzonderheid Ten Aanzienvan Deszelfs Koophandel, Harlem: C. H. Bohn en Zoon, 1783, hal. 19-20 dan 50. Baca juga tulisan Jane Drakard, A Malay Frontier Unity And Duality In A Sumatran Kingdom, New York: Cornell University Ithaca, 1990, hal. 33. 28 Tabel 1. Komoditas Perdagangan antara Daerah Pesisir dengan Hinterland Daerah Pesisir Atap nipah Ikan Kering Minyak tanah Baki Kain dan Kapas Nampan Barang-barang dari besi Kelapa Opium Barang-barang dari kulit Kain sarung Payung Barang-barang dari perunggu Kertas Rokok nipah Besi Kuda Sabun Cangkir Mata uang Terasi Garam Minuman keras Teh Ikan asin Minyak makan Tikar rotan Daerah Hinterland Barang-barang dari besi Getah percha Kopi Barang-barang dari emas Gula enau Kulit Barang-barang dari perak Gula merah Padi Beras Kain tenun Tanduk Beras pulut Kapur barus Tembakau Daun kopi kahwa Kapur sirih Tembikar Gambir Kemenyan Rotan Emas Madu Sumber: Arsip Sumatra’s Westkust Swk., No. 127, “ Administratief Verslag van het Gouvernement Sumatra’s Westkust” di rangkum dari beberapa laporan tahunan; Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera , Jogjakarta: Ombak, 2007, hal. 377-378; dan Tome Pires, Suma Oriental: Perjalanan dari Laut Merah ke Cina Buku Francisco Rodrigues , Yogyakarta: Ombak, 2014, hal. 194. 29 Komoditas tersebut, baik yang dibawa ke daerah hinterland maupun keluar menuju Pelabuhan Air Bangis, diangkut dengan menggunakan pedati-pedati yang ditarik oleh kuda dan juga kerbau. Namun terdapat juga kuli panggul karena keterbatasan pedati dari daerah hinterland , dan juga disebabkan oleh jalanan yang rusak parah dan berlubang serta sempit dan licin. 36 Keadaan ini juga disebabkan topografi alam kawasan hinterland Air Bangis yang berbukit-bukit, sehingga perjalanan dari daerah hinterland menuju Pelabuhan Air Bangis memakan waktu antara 6-10 hari, 37 tergantung berapa jauh daerah hinterland tersebut dengan Pelabuhan Air Bangis. 38 Komoditas yang dibawa ke Pelabuhan Air Bangis ditumpuk di gudang penyimpanan yang ada di pelabuhan sebelum dijual kepada para pedagang yang berasal dari luar daerah. Hubungan Pelabuhan Air Bangis dengan daerah foreland terkait dengan aktivitas pelayaran dan perdagangan. Daerah foreland dari Pelabuhan Air Bangis yaitu pulau-pulau yang mengitari teluk Air Bangis seperti Pulau Panjang, Pulau Harimau, Pulau Tello, Pulau Pigago, Pulau Unggas, Pulau Tamiang, dan Pulau Pangka , dan pulau-pulau yang termasuk gugusan kepulauan Batu yang berada di Samudera Hindia. Selain itu kota-kota pantai baik di selatan maupun di utara memberi peranan penting bagi Pelabuhan Air Bangis seperti Padang, Tiku, Pariaman, Sasak, Natal, dan Barus. 36 S. Muller dan L. Horner, op.cit., hal. 64-65. Lihat juga tulisan A. Pruys van der Houven, Een Woord Over Sumatra In Brieven Verzameld en Uitgegeven, Rotterdam: H. Nijgh, 1864, hal. 22. 37 Gusti Asnan, 2007, op.cit., hal. 30. 38 C.W. Janssen, Die Hollandische Kolonialwirthschaft In den Battalandern, Strassburg: Karl J. Trubner, 1886, hal. 38. 30 Pulau Panjang memainkan peran sebagai tempat bersandar kapal-kapal besar yang memasuki teluk Air Bangis. Di pulau ini terdapat perkampungan, dermaga, pos militer, menara suar dan gudang penyimpanan barang. Barang-barang dari Pulau Panjang dibawa ke muara Sungai Sikabau dengan menggunakan kapal atau perahu kecil untuk dipasarkan di kota Air Bangis. Pulau Panjang berjarak 3 mil laut dari muara Sungai Sikabau. 39 Pulau Panjang menyediakan air bersih untuk persediaan kapal besar selama berlayar. Pulau Panjang juga penghasil kelapa, kopra, minyak kelapa, dan hewan ternak kerbau. 40 Posisi Pelabuhan Air Bangis yang berada di pertengahan jalur pelayaran dan perdagangan Pantai Barat Sumatera memberikan keuntungan tersendiri bagi pelabuhan ini. Kapal-kapal yang berlayar dari utara pelabuhan Barus dan Natal menuju selatan pelabuhan Tiku, Pariaman dan Padang tetap akan melewati perairan Air Bangis. Kapal-kapal ini tidak hanya lewat, tetapi juga singgah untuk beristirahat bahkan ada yang menetap di pelabuhan ini dan melaksanakan aktivitas perdagangan di pasar-pasar Air Bangis. Berikut adalah komoditas yang diperdagangkan antar daerah pesisir Pantai Barat Sumatera dengan daerah seberangnya, tidak terkecuali Pelabuhan Air Bangis. 39 S. Muller dan L. Horner, op.cit., hal. 63-64 dan 79. 40 H. L. Osthoff, Beschrijving van Het Voorwater Langs De Westkust van Sumatra Tusschen Padang en Tapanoly, Behoorende Bij De Kaart Opgenomen 1834-1838, Batavia: Landsdrukkerij, 1840, hal. 33. 31 Tabel 2. Komoditas Perdagangan Antar Daerah Pantai Nama Komoditi Alat-alat rumah tangga Gula merah Madu Baki Ikan asin Minyak tanah Barang-barang dari besi Ikan kering Opium Barang-barang dari emas Kain tenun Padi Barang-barang dari kulit Kain dan kapas Perlengkapan kapal Barang-barang dari perak Kapur barus Perkakas dapur Barang-barang dari perunggu Kapur sirih Perlengkapan tenun Beras Kuda Rokok Beras pulut Kelapa Rotan Cangkir Kemenyan Tanduk Gambir Kertas Tembakau Getah damar Kopi Tembikar Getah perca Kopra Tikar rotan Gula enau Kulit Sumber: Arsip Sumatra’s Westkust Swk., No. 152, “ Maandrapporten van het Gouvernement Sumatra’s Westkust” di rangkum dari beberapa laporan tahunan dari 1853-1862; dan lihat juga Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera , Jogjakarta: Ombak, 2007, hal. 378-379. Komoditas dagang tersebut diangkut dengan kapal dagang, baik pribumi maupun bangsa asing, dari setiap pelabuhan ke pelabuhan lain di sepanjang Pantai Barat Sumatera. Pelabuhan Air Bangis yang strategis di tengah jalur pelayaran dan perdagangan Pantai Barat Sumatera memainkan peran sebagai penghubung daerah utara dan selatan, dan juga pemasok atau pendistribusi komoditas dagang tersebut ke pulau-pulau luar di Samudera Hindia. 32 Peta 1. Wilayah Pelabuhan Air Bangis dan Daerah Hinterland- nya. Sumber: UB Utrecht-Arkersdijck 173 DK26-11, 1842.04. Diakses dari www.commons.wikimedia.org 33

2.3 Persaingan Kekuasaan di Pelabuhan Air Bangis Abad XVII dan XVIII