89
4.2 Aktivitas Perdagangan
4.2.1 Jaringan Perdagangan dan Pasar
Jaringan perdagangan yang dimaksud di sini adalah proses sosial yang terjadi ketika berlangsungnya proses tukar menukar barang antara para pelaku perdagangan
yang mencakup penduduk lokal atau saudagar pribumi, timur asing, dan mancanegara yang berlangsung pada beberapa kawasan di Pantai Barat Sumatera, termasuk di
Pelabuhan Air Bangis. Jaringan perdagangan itu ada, jika kegiatan perdagangan itu berlangsung antara dua atau lebih daerah. Ada dua bentuk jaringan perdagangan yang
ada di Pelabuhan Air Bangis, yaitu perdagangan antar daerah kota pantai dengan
hinterland
, dan perdagangan kota pantai dengan daerah
foreland
baik itu antar kota pantai, antar pulau lepas pantai, atau antar daerah kota pantai dengan luar negeri.
Jaringan perdagangan antara daerah pantai dengan daerah
hinterland
di kawasan Pantai Barat Sumatera, mengikuti hubungan tradisional di antara kedua
daerah tersebut. Jaringan perdagangan ini ada, sebagai bentuk adanya hubungan atau ikatan territorial, sosial, ekonomi, dan budaya yang sudah lama terjalin di antara
kedua daerah tersebut. Sejak abad XIX, sudah terdapat delapan jalur perdagangan
145
antara daerah kota pantai dengan daerah
hinterland
. Tiga diantaranya ada di kawasan
145
Delapan jalur perdagangan ini, yaitu: -
Rute antara kawasan Singkel dan Barus dengan daerah Pak-Pak. -
Rute antara Sibolga dengan Angkola. -
Rute antara Natal dengan pedalaman Mandailing. -
Rute antara Air Bangis dengan Rao. -
Rue antara Pariaman dengan Tanah Datar. -
Rute antara Padang dengan Tanah Datar dan Solok. -
Rute antara Bandar X dengan Solok Selatan. Ibid.,
hal. 144.
90
utara Pantai Barat Sumatera
noordelijke afdeling
dan lima berada di kawasan selatan
zuidelijke afdeling
. Pelabuhan Air Bangis tergabung ke dalam lima rute di kawasan selatan. Rute jalur perdagangan Pelabuhan Air Bangis adalah dengan Rao
yang ada di daerah
hinterland
. Perdagangan antara Pelabuhan Air Bangis dengan daerah Rao dihubungkan
dengan jalan setapak. Barang-barang dagangan dibawa oleh kuli angkat, kuda beban dan pedati.
146
Para pedagang yang berdagang di kawasan ini terdiri dari berbagai bangsa. Di samping orang Minangkabau juga ada orang Mandailing, Cina, Indo, dan
Eropa. Namun untuk periode sebelum tahun 1850-an peran pedagang Minangkabau lebih dominan.
Kebanyakan penduduk yang mendiami daerah Pelabuhan Air Bangis berasal dari negeri-negeri
hinterland
Minangkabau dan Mandailing yang mempunyai hubungan langsung dengan pelabuhan via jalan-jalan setapak dan jalur sungai. Jadi,
sebagian besar penduduk
hinterland
seperti Rao, Bonjol dan Ujung Gading, membawa komoditas perdagangannya ke pasar-pasar pelabuhan Air Bangis. Di
Pelabuhan Air Bangis, pedagang-pedagang dari daerah
hinterland
tersebut, sebetulnya sudah mempunyai orang-orang atau pedagang-pedagang tertentu
147
yang
146
S. Muller dan L. Horner, Reizen en onderzoekingen in Sumatra , Gedaan Op Last der Nederlandsche Indische Regering, Tusschen de Jaren 1833 en 1838,
’S-Gravenhage: K. Fuhri, 1855, hal. 64-65; Lihat juga tulisan A. Pruys van der Houven, Een Woord Over Sumatra In Brieven
Verzameld en Uitgegeven, Rotterdam: H. Nijgh, 1864, hal. 22.
147
Orang-orang atau pedagang-pedagang tertentu ini maksudnya adalah para penghulu yang berprofesi sebagai pedagang perantara antara pedagang kecil dari daerah hinterland dengan pedagang
luar seperti orang Eropa, dan orang Timur Asing.
91
akan mereka datangi, untuk menjual komoditi atau produk dagang yang mereka bawa tersebut.
148
Bentuk perdagangan yang kedua di Pelabuhan Air Bangis adalah perdagangan antara pelabuhan Air Bangis dengan daerah
foreland
baik itu antar kota pantai, antar pulau lepas pantai, atau antar daerah kota pantai dengan luar negeri. Kawasan
perdagangan antar kota pantai yaitu hubungan perdagangan yang dilakukan Pelabuhan Air Bangis dengan kota pantai lainnya, baik di utara seperti Natal, Sibolga,
Barus, dan Singkel, maupun ke selatan seperti Tiku, Pariaman, dan Padang. Hubungan dengan kota-kota pantai tersebut, tetap dilakukan pedagang-
pedagang dari Pelabuhan Air Bangis. Pedagang-pedagang di Pelabuhan Air Bangis ini umumnya pedagang lokal Minangkabau, pedagang Cina dan timur asing yang
banyak mendiami Pelabuhan Air Bangis. Banyaknya pedagang asing yang mendiami Pelabuhan Air Bangis dikarenakan tidak adanya peranan raja atau penguasa setempat
dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran kawasan antara Pelabuhan Air Bangis hingga Kota Padang sebelum Pemerintah Belanda menjadikan wilayah ini basis
ekonomi dan politiknya.
149
Setelah perdagangan antar kota pantai, perdagangan yang dilakukan Pelabuhan Air Bangis juga dengan daerah pulau-pulau lepas pantai seperti ke pulau
Nias dan Pulau Batu. Untuk perdagangan yang dilakukan Pelabuhan Air Bangis
148
Pola perdagangn seperti ini sebenarnya sudah berlangsung sejak zaman VOC. Lihat Adolph Eschels-Kroon, Beschryving van Het Eiland Sumatra, Inzonderheid Ten Aanzienvan Deszelfs
Koophandel, Harlem: C. H. Bohn en Zoon, 1783, hal. 21-49; dan lihat juga Arsip Sum
atra’s Westkust Swk., No. 1233, Politieke Verslag van Residentie Tapanoeli, 1864, ANRI.
149
Gusti Asnan, op.cit., hal. 158.
92
dengan kawasan negeri luar, yakni dimulai ketika Pelabuhan Air Bangis di buka Pemerintah Hindia Belanda untuk perdagangan besar tahun 1839, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Negeri luar yang dimaksud adalah kawasan Indonesia Timur seperti Batavia, Makasar, dan Ambon, serta negeri-negeri Asia dan Eropa, yang
kapalnya berlabuh di Pelabuhan Air Bangis Dengan adanya jaringan perdagangan, maka terbentuklah suatu perkumpulan
antara pedagang dan pembeli di tempat-tempat tertentu. Dalam perkumpulan tersebut terjadi aktivitas perdagangan. Tempat-tempat perkumpulan tersebut dikenal dengan
pasar. Pasar bisa didirikan dimana saja, tetapi pada umumnya pasar kebanyakan berada di persimpangan-persimpangan jalan dan muara sungai. Hal ini dikarenakan,
tempat-tempat seperti itu, tentu ramai dilewati penduduk. Pasar di Pelabuhan Air Bangis, berada dekat dengan pelabuhan. Hal ini sesuai
dengan tujuannya, yaitu untuk mempermudah aktivitas perdagangan di Pelabuhan Air Bangis itu sendiri. Selain di dekat pelabuhan, pasar juga terdapat di muara Sungai Air
Bangis dan Sungai Sikabau. Pasar di Pelabuhan Air Bangis dikelola oleh Pemerintah Belanda dan pemerintah lokal. Pasar yang dikelola Pemerintah Belanda, biasanya
pasar yang menampung komoditas ekspor utama wilayah tersebut. Pasar ini berada di wilayah pelabuhan dengan fasilitas gudang-gudang, untuk penyimpanan dan
pengumpulan barang. Pasar yang dikelola oleh pemerintah lokal atau penghulu, biasanya sederhana
saja, tidak ada bangunan permanen yang dibangun. Di sekitar Pelabuhan Air Bangis, pasar seperti ini banyak dijumpai. Para penghulu juga ikut berdagang, biasanya
93
sebagai pengumpul komoditas ekspor dari daerah
hinterland
, dan menjualnya lagi ke pedagang asing di Pelabuhan Air Bangis. Pasar ini biasanya dilakukan setiap hari
namun dengan tempat yang berbeda-beda. Pasar seperti ini disebut juga dengan pekan. Setiap pasar akan mendapat jatah pekan sesuai dengan hari yang telah
ditentukan penghulu, namun bisa saja suatu pasar dibuka dua kali dalam seminggu, jika terdapat kelebihan komoditi di wilayah tersebut.
4.2.2 Ekspor dan Impor