Wabah Malaria KEMUNDURAN PELABUHAN AIR BANGIS

114 Sibolga sebagai pusat ekonomi dan politik di utara Pantai Barat Sumatera, seiring daerah hinterland Tapanuli telah dikuasai Belanda. 174 Akibat keputusan pemerintah dari pusat ini, pembangunan pelabuhan dan kota Air Bangis menjadi terbengkalai. Gedung-gedung pemerintah, fasilitas umum, dan fasilitas pelabuhan tidak pernah ditambah lagi, dan bangunan yang sudah ada pun tidak ada dana yang cukup untuk merenovasinya. Situasi seperti ini lambat laun membuat pedagang-pedagang yang bermukim di wilayah Pelabuhan Air Bangis, terutama pengusaha timur asing seperti orang Cina, India, dan Arab merasa rugi, karena aktivitas pelayaran dan perdagangan yang lesu, dan kapal asing yang mengunjungi pelabuhan Air Bangis semakin sedikit. Akibatnya, para pengusaha yang sudah lama bermukim di wilayah tersebut, pindah ke Pelabuhan Padang dan Sibolga. 175 Pindahnya pedagang-pedagang timur asing ini membuat aktivitas perdagangan dan pelayaran di Pelabuhan Air Bangis semakin menurun.

5.2 Wabah Malaria

Kemunduran Pelabuhan Air Bangis juga disebabkan berjangkitnya penyakit malaria di Pelabuhan Air Bangis. Penyakit Malaria disebabkan oleh bakteri atau parasit plasmodium yang dibawa oleh nyamuk. 176 Penyakit malaria ini cepat sekali berkembang dan menjadi wabah yang menakutkan di Air Bangis. Hal ini dikarenakan 174 Mengenai isi perdebatan tentang wilayah Air Bangis, lihat Arsip, Sumatra’s Westkust Swk., No. 1512, Vraagpunten over het Ayer Bangies, 1839, ANRI. Lihat lampiran III . 175 Arsip, Kolonial Verslag van Nederlandsch Oost-Indie van 1902, Bijlage A. ANRI. 176 I. Snapper, “Medical Contributions from the Netherlands Indies”, in Pieter Honig and Frans Verdoom eds., Science and Scientists in the Netherlands Indies, New York: Board for the Netherlands Indies, 1945, hal. 312-313. 115 keadaan lingkungan alam Pelabuhan Air Bangis yang berawa-rawa dan banyaknya area resapan air yang tersumbat di perkampungan warga, sehingga menyebabkan genangan-genangan air. Selain itu daerah ini juga memiliki intensitas hujan yang tinggi. Pemerintah Belanda di Air Bangis sudah melakukan upaya penanganan terhadap penyebaran penyakit malaria, yaitu dengan memperbaiki dan memperbanyak drainase. Adapun tujuannya adalah agar perkampungan warga dan area pelabuhan menjadi kering dan tidak ada genangan air tempat nyamuk berkembang biak. Namun usaha tersebut belum mendatangkan hasil karena korban malaria masih berjatuhan dan semakin hari semakin bertambah. 177 Akibat dari wabah malaria di wilayah Air Bangis, menjadikan wilayah ini ditinggalkan pengusaha dan pedagang asing yang awalnya bermukim di wilayah ini. Penduduk setempat pun banyak yang meninggalkan Air Bangis menuju Natal dan Sibolga. Keadaan ini meyebabkan aktivitas pelayaran dan perdagangan di Pelabuhan Air Bangis lesu. Pada tahun 1882, Pemerintah Belanda akhirnya mendatangkan dokter pribumi, dr. Radja Dorie Lubis, untuk menangani dan memberikan pengobatan kepada penduduk yang terkena penyakit malaria. Sewaktu di Air Bangis dr. Radja Dorie lubis tidak hanya menangani penyakit malaria, tetapi juga mengobati penyakit kolera yang diderita penduduk. 177 M. Nur, dkk., Dinamika Pelabuhan Air Bangis dalam Lintasan sejarah Lokal Pasaman Barat , Padang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, 2004, hal. 130. 116 Gambar 12. Dokter Radja Dorie Lubis Dokter di Air Bangis Sumber: Arsip KITLV Leiden, Colllection KITLV, Digital Image Library. diakses dari www.kitlv.nl

5.3 Kebijakan Pemerintah dalam arus Pelayaran dan Perdagangan