Pengembangan Pelabuhan Air Bangis sebagai Pusat Ekonomi Belanda dan

67 Pada akhirnya, penataan kota Air Bangis yang telah direncanakan Pemerintah Hindia Belanda tidak berjalan secara maksimal. Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, hal ini dikarenakan pada tahun 1842 Air Bangis tidak lagi menjadi ibu kota kresidenan. Ibu kota kresidenan untuk kawasan utara dipindahkan ke Sibolga seiring dikuasainya wilayah Tapanuli, dan tentunya residen dan para pejabat pemerintahan juga pindah ke Sibolga.

3.2 Pengembangan Pelabuhan Air Bangis sebagai Pusat Ekonomi Belanda dan

Perdebatannya Tahun 1837 merupakan tahun penting bagi wilayah Air Bangis, karena pada tahun tersebut wilayah Air Bangis dijadikan sebagai pusat Pemerintahan Belanda setingkat keresidenan di kawasan utara Gouvernement Sumatra’s Westkust. 115 Pembentukan Keresidenan Air Bangis tentu tidak terlepas dari kebijakan politik dan ekonomi Pemerintah Belanda yang ambisius. Daerah-daerah di kawasan utara Pantai Barat Sumatera seperti Mandailing dan Tanah Batak yang baru dikuasai diikat dengan sistem dan kebijakan Pemerintah Belanda. Oleh karena itu rentang tahun 1837 hingga 1860-an sering dilakukan reorganisasi pemerintahan di wilayah keresidenan ini. Pemilihan wilayah Air Bangis sebagai Ibu kota keresidenan dan juga sebagai pusat perekonomian Pemerintah Belanda di kawasan utara Pantai Barat Sumatera memiliki beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu: 115 Besluit van 29 Noverber 1837, op.cit. 68 1. Wilayah Air Bangis sudah lama dikuasai oleh Pemerintah Belanda yakni sejak tahun 1825 116 , sedangkan wilayah lainnya dikuasai setelah itu. 2. Wilayah Air Bangis memiliki benteng pertahanan yang sudah ada sejak VOC mendirikan loji dagang mereka di wilayah tersebut tahun 1687. 117 3. Air Bangis memiliki dua sungai yakni Sungai Air Bangis dan Sungai Sikabau yang dapat dilayari ke daerah hinterland menggunakan perahu-perahu penduduk setempat. 118 4. Air Bangis memiliki pelabuhan yang terletak di muara sungai dan teluk Air Bangis. Pelabuhan di Air Bangis tergolong aman dari terjangan ombak Samudera yang ganas, karena teluk Air Bangis memiliki pulau-pulau yang dapat mengurai hantaman ombak samudera sebelum mencapai bibir pantai. 119 5. Air Bangis memiliki jalan-jalan setapak yang menghubungkan daerah pelabuhan dengan daerah-daerah hinterland yang menyediakan komoditas ekspor. Daerah-daerah hinterland tersebut seperti Rao, Ujung Gading, Simpang Empat, Kinali, Bonjol, Muara Sipongi, dan Mandailing. 120 116 E. B. Kielstra, 1888, op.cit., hal. 220. 117 Adolph Eschels-Kroon, Beschryving van Het Eiland Sumatera, Inzoderheid Ten Aaanzienvan Deszelf Koophandel , Harlem: C. H. Bohn en Zoon, hal. 44. 118 J. C. M. Radermacher, Beschryving van het Eiland Sumatera, In Zo Verre het Zelve Nog Toe Bekend Is, [s.l] : [s.n], 1781, hal. 51; lihat juga Gusti Asnan, 2007, op.cit., hal. 51. 119 S. Muller dan L. Horner, Reizen en onderzoekingen in Sumatra , Gedaan Op Last der Nederlandsche Indische Regering, Tusschen de Jaren 1833 en 1838, ‘s-Gravenhage: K. Fuhri, 1855, hal. 63-64; dan lihat juga P. H. van der Kemp, Eene Bijdrage Tot E. B. Kielstra’s Opstellen Over Sumatra’s Westkust, ‘s-Gravenhage: [s.n.], 1894, hal. 84. 120 Swk., op.cit, No. 1253; lihat juga Gusti Asnan, 2007, op.cit., hal. 299. 69 Faktor-faktor di atas menggambarkan posisi Air Bangis yang sangat strategis dan mempunyai daya tarik tersendiri, sehingga Pemerintah Belanda menjadikan wilayah ini sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Tahun 1839 Pemerintah Belanda membuat kebijakan dengan membuka Pelabuhan Air Bangis sebagai pelabuhan bebas untuk perdagangan umum berdasarkan besluit dari Gouverneur Generaal tertanggal 04 Februari 1839. 121 Kebijakan ini membuat Pelabuhan Air Bangis menjelma menjadi pelabuhan ekspor- impor yang ramai di kawasan utara Pantai Barat Sumatera. Melihat keadaan ini, pemerintah daerah Air Bangis melalui kolonel sipil dan militer Pantai Barat Sumatera mengajukan permohonan permintaan dana kepada Direktorat Keuangan di Batavia, untuk memperluas dan mengembangkan Pelabuhan Air Bangis. Direktorat keuangan dan pemerintah pusat di Batavia melakukan survei lokasi ke Air Bangis dan mengumpulkan laporan-laporan keuangan pemerintah Air Bangis. Hasil dari peninjauan pemerintah pusat dan Direktorat Keuangan di Batavia tidak mengabulkan permohonan dana pengembangan Pelabuhan Air Bangis, sehingga terjadi perdebatan- perdebatan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dan Direktorat Keuangan Batavia. Adapun beberapa isi perdebatan tersebut yaitu, menyangkut topografi wilayah Air Bangis yang berawa dan berbukit, kualitas dan kuantitas dari 121 Arsip, Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 4 Februari 1839, No. 1, ANRI; dan lihat juga Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1841, No. 40. 70 beberapa jenis komoditas ekspor dari pelabuhan, mata pencaharian penduduk Air Bangis, luas pengaruh pelabuhan tehadap daerah hinterland , dan lain sebagainya. 122 Pemerintah pusat menilai pengembangan Pelabuhan Air Bangis akan membutuhkan dana yang besar, namun pendapatan yang dihasilkan dari pelabuhan nantinya tidak akan memberikan keuntungan yang banyak bagi pemerintah. Akan tetapi pemerintah pusat melalui Direktorat Keuangan memberikan dana untuk meningkatkan operasional di Pelabuhan Air Bangis. 123 122 Untuk melihat isi lengkap dari perdebatan tersebut lihat Arsip, Sumatera’s Westkust Swk., No. 1512, Vraagpunten over het Ayer Bangies, 1839, ANRI. Lihat lampiran III. 123 Besluit van 4 Februari 1839, op.cit., No. 1. 71

BAB IV PERKEMBANGAN PELABUHAN AIR BANGIS SUMATERA BARAT

4.1 Perkembangan Pelabuhan Air Bangis

4.1.1 Sarana dan Prasarana

Pelabuhan Air Bangis mulai dikembangkan Pemerintah Hindia Belanda, ketika wilayah ini dijadikan ibu kota Keresidenan Air Bangis tahun 1837. Pembangunan pelabuhan ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas perdagangan dan pelayaran, khususnya di pelabuhan Air Bangis dan umumnya di bagian utara Pantai Barat Sumatera. Seperti telah dijelaskan terdahulu, pembangunan sarana pelabuhan seiring dengan pembangunan sarana pemerintahan. Sarana dan prasarana yang dibangun di Pelabuhan Air Bangis berupa dermaga, gudang, perkantoran, perumahan dan fasilitas lainnya. Pekerjaan awal yang dilakukan Pemerintah Hindia Belanda dalam membangun dermaga pelabuhan Air Bangis, adalah memindahkan pusat dermaga, yang awalnya berada di Pulau Panjang, dipindahkan ke kawasan muara Sungai Air Bangis, di bibir pantai kota Air Bangis. 124 Dermaga baru ini dibangun dekat dengan kota, untuk memudahkan Pemerintah Hindia Belanda melakukan pengawasan terhadap aktivitas perdagangan dan pelayaran di sekitar pelabuhan Air Bangis. Walaupun demikian, dermaga di Pulau Panjang tidak ditutup. Dermaga Pulau 124 M. Nur, dkk., Dinamika Pelabuhan Air Bangis dalam Lintasan Sejarah Lokal Pasaman Barat, Padang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2004, hal. 104.