40
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
t iga hari, at au 3 bersedekah t iga gant ang 9, 3 lit er makanan kepada enam orang miskin. Hal ini didasarkan kepada ayat al-Qur’ an:
... Ji ka ada di ant aramu yang sakit at au ada gangguan di kepal anya l al u i a bercukur, maka waj ibl ah at asnya berf idyah, yait u
berpuasa, at au bersedekah, at au berkurban.
29
l. Berset ubuh sebelum t ahallul awal .
30
n. Terkepung t erhambat , t erhalang. m. Membunuh buruan binat ang liar.
31
F. Hikmah dan Tujuan Ibadah Haji
Ibadah haj i merupakan bagian t erpent ing, bahkan puncak, dari peribadat an seorang Muslim unt uk mendekat kan diri dan mengabdi kepada
Allah Yang Maha Kuasa. Ibadah haj i memiliki hikmah dan t uj uan yang banyak dan t inggi, sebagian besar malah t idak dinyat akan secara eksplisit
oleh Allah dan rasul-Nya. Masing-masing j ama’ ah haj i biasanya mendapat kan hikmah yang sering berbeda-beda namun hampir semuanya
menyat akan bahwa mereka memperoleh hikmah yang luar biasa. Di ant ara hikmah disyari’ at kannya ibadah haj i yang dinyat akan yang
dij elaskan oleh Nabi Muhammad SAW. adalah unt uk membersihkan j iwa
29
Surah al-Baqarah ayat 196. Lihat Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Qur’an dan Terjemahnya Bandung: Gema Risalah, reprint, 1992, hal. 47.
30
Dam untuk pelanggaraan ini lebih berat dibanding setelah tahallul awal, yaitu dalam bentuk wajib menyembelih seekor unta, atau sapi, atau tujuh ekor kambing. Lihat H.
Sutar cs. Tuntunan Praktis Ibadah Haji dan Umroh Surabaya: Indah, 2006, hal. 155-167.
31
Lihat H. Sutar cs. Tuntunan Praktis Ibadah Haji dan Umroh Surabaya: Indah, 2006, hal. 155-167.
41
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
dari pengaruh dosa dan kesalahan sehingga mampu dan layak menerima kemuliaan Allah di akhirat kelak, sebagaimana sabdanya:
Orang yang mel aksanakan haj i ke Bait ul l ah ini, dan t idak berkat a kot or dan t idak pul a f asiq, maka ia t erbebas dari dosa-dosanya
sepert i pada hari ia dil ahirkan ibunya.
32
Penyel enggaraan ibadah haj i bert uj uan unt uk memberikan pembinaan, pel ayanan dan perl indungan yang sebaik-baiknya
mel al ui sist em dan manaj emen penyel enggaraan yang baik at ar pel aksanaan ibadah haj i dapt berj al an dengan aman, t ert ib, l ancar,
dan nyaman sesuai dengan t unt unan agama sert a j amaah haj i dapat mel aksanakan ibadah haj i secara mandiri sehingga diperol eh haj i
mabrur. Undang-undang nomor 17 t ahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan
Ibadah Haj i menyebut kan secara eksplisit bahwa seluruh rangkaian penyelengaraan ibadah haj i bert uj uan agar j ama’ ah haj i dapat
melaksanakan ibadah haj i secara mandiri sehingga diperoleh haj i mabrur. Selengkapnya ayat ini berbunyi:
33
Tidak ada bal asan unt uk haj i mabrur kecual i surga. Memang ’ haj i mabrur’ langsung dinyat akan Nabi sebagai t uj uan
ut ama pelaksanaan ibadah haj i dan akan mendapat kan imbalan menj adi bagian dari manusia yang akan masuk surga, sebagaimana sabdanya:
34
32
Hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim serta dikutip dari dari Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi. Pedoman Hidup Seorang Muslim Madinah:
Maktabat al-’Ulum wa al-Hikam, 1419 H. hal. 476.
33
Pasal 5 Undang-Undang no. 17 tahun 1999.
34
Ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim serta dikutip dari dari Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi. Pedoman Hidup Seorang Muslim
Madinah: Maktabat al-’Ulum wa al-Hikam, 1419 H. hal. 478.
42
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
Apakah yang dimaksud dengan ’ haj i mabrur’ ? Kat a ’ mabrur’ berasal dari bahasa Arab, yang mempunyai dua makna. Pert ama, berart i baik, suci
dan bersih. Kedua, berart i dit erima dan mendapat ridha Allah SWT. Dengan demikian ’ haj i mabrur’ dapat diart ikan sebagai haj i yang baik dan
mendat angkan kebaikan bagi pelaku dan orang-orang di sekelilingnya. Menurut para ulama haj i mabrur adalah haj i yang t idak dicampuri dosa-
dosa. Ini berart i bahwa kebaj ikan haj i yang diperoleh mereka yang melakukannya t elah membent engi diri mereka dari dosa dan kemaksiat an,
baik kecil apalagi besar. Orang yang mendapat kan haj i mabrur akan semakin kuat imannya sert a semakin meningkat ibadah dan amalannya.
35
Hikmah pelaksanaan ibadah haj i bukan saj a dirasakan secara pribadi dan perorangan oleh yang melaksanakan rukun Islam kelima ini, namun
ibadah haj i bisa mendorong t erj adinya perubahan dalam suat u masyarakat . Pada zaman kolonial Belanda, pemerint ahan penj aj ahan pada wakt u it u
pernah berusaha menghal angi umat Islam Indonesia unt uk pergi melaksanakan ibadah haj i ke t anah suci dengan berbagai cara dan alasan.
Salah sat u alasan kebij akan t ersebut adalah kenyat aan sej arah bahwa gerakan kemerdekaan dan ant i penj aj ahan pada umumnya dilakukan oleh
mereka yang t elah melaksanakan ibadah haj i dan yang menyerap semangat
35
Prof. Dr. Nurcholish Madjid ed. Ensiklopedi Islam untuk Pelajar Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, jilid 2, hal. 73.
43
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
kebebasan dan gerakan kemerdekaan di t anah suci selanj ut nya menyebarluaskan dan memperj uangkannya set elah kembali ke t anah air.
36
Semua ibadat it u unt uk menguat kan rasa persat uan ant ara beberapa gol ongan yang berdekat an. Semua it u bl eum cukupunt uk
permusyawarat an bagi sedunia Isl am, diadakan permusyawarat an ’ al am Isl ami seumumnya, agar dihadiri ol eh segal a ut usan baik dari
Barat at au dar i Timur, dari Sel at an dan dari Ut ara, dengan t idak memandang bangsa dan warna. Mereka hendakl ah berpakai an sama,
berkumpul dal am sat u saat pada sat u t empat , yait u di padang ’ Araf ah dan di Mina, dengan t idak membedakan kaya dan miski n,
mul ia dan hina, raj a dan hamba. Dal am pert emuan yang amat besar it u dapat l ah mereka berkenal -kenal an sat u sama l ai n, dan
bert ambah t eguhl ah persat uan dan persaan percaya mempercayai. Mengenai hikmah haj i ini, H. Sulaiman Rasyid menguraikannya
dengan sangat menarik dan menganggapnya sebagai ’ kongres akbar umat Islam sedunia’ . Unt uk j elasnya dikut ipkan berikut ini pernyat aan beliau
secara lebih lengkap:
37
Semangat keislaman universal, at au apa yang dulunya dikenal sebagai ’ Pan-Islamisme’ , sepert i yang ingin dicapai dengan rangkaian
ibadah haj i t ersebut , inilah yang dit akut i oleh kaum penj aj ah dan mereka yang membenci keberhasilan sert a mengkhawat irkan kekuat an umat Islam
global. Dalam kait an menent ang menyebarnya Pan-Islamisme inilah
36
Ulasan yang kritis dan komprehensif dapat dilihat dalam H. Aqib Suminto. Politik Islam Hindia Belanda: Het Kantoor voor Inlandsche zaken Jakarta: LP3ES, 1986,
terutama hal. 92-98.
37
H. Sulaiman Rasyid. Al-Fiqh al-Islami: Fiqh Islam Jakarta: Penerbit At- Tahiriyah, 1954, hal. 266-267.
44
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
pengawasan bahkan pembat asan, dilakukan kepada para haj i, t erut ama yang bermukim dan menunt ut ilmu di t anah suci.
38
Memang haj i t elah menj adi st at us sosial. It u karena, ant ara lain, orang yang berhaj i dianggap orang Islam yang t elah menunaikan rukun
Islam secara lengkap kelima-limanya. Selain it u, karena melaksanakan ibadah haj i memerlukan biaya yang t idak sedikit , mereka yang mampu
berhaj i, dianggap mereka yang berada dan berhasil dari segi ekonomi. Oleh karenanya, mereka t ermasuk manusia yang menerima anugerah lebih dari
Tuhan Yang Maha Kuasa. Adalah ironis mengingat haj i ingin menanamkan nilai luhur ke dalam sukma manusia yang berhasil menunaikannya, t ernyat a
Meskipun demikian, banyak pengamat yang menyesalkan ada dan berkembangnya berbagai persepsi yang keliru dan sikap yang kurang t epat
t erhadap ibadah haj i. ’ Haj i’ menj adi st at us sosial yang dilembagakan, bahkan menj adi gelar at au t it el yang disegani dalam masyarakat dan
memperoleh pra-anggapan sebagai orang sal eh dan t akwa, oleh karenanya harus diist imewakan. Salah sat u dari sifat haj i ’ mabrur’ adalah kerendahan
hat i dan keset iakawanan sosial, namun t idak sedikit orang yang menunaikan ibadah haj i dengan t uj uan unt uk meningkat kan st at us sosial
sert a agar lebih t erpandang dalam lingkup komunit asnya.
38
Uraian lebih gamblang telah banyak diungkap, yang terutama diantaranya adalah H. Aqib Suminto. Politik Islam Hindia Belanda: Het Kantoor voor Inlandsche zaken
Jakarta: LP3ES, 1986.
45
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
bagi sebagian malah menj erumuskannya menj adi lebih berbangga dan sombong, sert a berj arak dengan kelompok awam masyarakat nya.
39
39
Lihat, antara lain, tulisan dan hasil wawancara Masdar Farid Mas’udi yang berjudul ‘Ironis, Haji menjadi Status Sosial yang Dilembagakan.’ yang dapat diakses dari
http:islamlib.comidindex.
46
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
BAB III PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI