Macam-macam Haji PEDOMAN MANASIK HAJI

33 Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008. USU Repository © 2008 6 Tawaf Wada’ , yait u mengelilingi ka’ bah t uj uh kali sebelum meninggalkan kot a suci Makkah. 7 Menj auhkan diri dari semua larangan at au yang diharamkan. Adapun yang diharamkan selama mengerj akan ibadah haj i, adalah a ’ Raf at s’ , segala perbuat an yang menimbulkan nafsu birahi, b ’ Fasiq’ melakukan dosa besar sepert i mencuri, meminum minuman keras, at au mengulang-ulang melakukan dosa kecil, sepert i bergunj ing, c ’ Jidal’ bert engkar, berselisih at au berdebat yang t idak berpaedah. d memakai pakaian yang berj ahit , e memot ong dan meminyaki rambut , f melakukan akad nikah, g berburu dan membunuh binat ang,

D. Macam-macam Haji

Di lihat dari segi cara pelaksanaan rangkaian ibadah, haj i dapat dibedakan kepada t iga macam: a. Haj i Tamat t u’ , yait u yang melakukan ’ umrah di bulan haj i dan set elah it u melakukan ibadah haj i pada t ahun it u j uga. Disebut ’ t amat t u’ , bersenang-senang karena ibadah haj i dan umrah dilakukan pada bulan haj i t anpa kembali ke negeri asalnya. b. Haj i If rad, yait u mengerj akan haj i dan ’ umrah sat u per sat u, t idak bersamaan. Ini biasanya dengan melakukan haj i t erlebih dahulu, dan 34 Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008. USU Repository © 2008 set elah selesai dari amalan-amalan haj i, ia baru melakukan ihram unt uk ’ umrah, dan melakukan amalan-amalan ’ umrah. c. Haj i Qiran, adalah berihram unt uk haj i dan ’ umrah secara bersamaan. Para j ama’ ah haj i boleh saj a unt uk memilih salah sat u dari ket iga bent uk haj i t ersebut , dan t idak ada yang dimakruhkan. Namun para ulama berbeda pendapat t ent ang bent uk haj i mana yang paling ut ama dari ket iga macam haj i t ersebut . Mazhab Syafi’ i, yang paling banyak dianut oleh umat Islam Indonesia, berpendapat bahwa haj i if rad dan t amat t u’ lebih ut ama dari haj i qiran. 25 Sebagai bagian dari t ugas penyelenggaraan ibadah haj i, undang- undang menugaskan Ment eri Agama unt uk menerbit kan pedoman manasik haj i. Inilah sebabnya mungkin mengapa bent uk haj i ini yang umumnya dipilih oleh kebanyakan j amaah haj i Indonesia.

E. PEDOMAN MANASIK HAJI

26 Di samping dit erbit kan dalam bent uk buku, kumpulan manasik haj i ini dapat diakses dalam websit e informasi haj i, miliki Depart emen Agama Republik Indonesia. 27 25 Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali Jakarta: Lentera, 1996, hal. 222-3. 26 Lihat ayat 2 pasal 15, Undang-Undang No. 17 tahun 1999 yang berbunyi: ‘Menteri berkewajiban menerbitkan pedoman manasik dan panduan perjalanan ibadah haji.’ 27 Informasi ‘Manasik Haji’ ini diakses dari [http:www.informasihaji.com pokok_haji]. Manasik cukup menarik dan mudah dipahami karena 35 Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008. USU Repository © 2008 disaj ikan dalam bent uk t anya-j awab. Panduan manasik haj i ini dibagi ke dalam delapan masalah, yait u: 1. Mabit di Mina dan Naf ar Mabit di Mina ial ah bermalam di Mina pada hari-hari t asyriq. Mabit ini hukumnya waj ib, meskipun ada yang mengat akannya sunat . Sedangkan Nafar adalah keberangkat an j amaah haj i meninggalkan Mina. Jika dilakukan set elah bermalam di Mina t iga malam, j adi t anggal 13 Dzulhij j ah, disebut ’ Nafar Tsani’ , sedangkan j ika dilakukan lebih awal, disebut ’ Naf ar Awal’ . Namun yang t erakhir ini harus membayar dam denda sat u ekor kambing. 2. Tahallul Tahallul adalah keadaan seseorang yang sudah bebas halal dari ihramnya karena t elah menyelesaikan amalan-amalan haj inya. Ini dit andai dengan mencukur sebagian rambut nya. Tahalul t erbagi dalam dua bagian t ahallul awal dan t ahallul t sani. Yang pert ama dilakukan set elah selesai dua dari t iga ibadah melont ar j amrah aqabah dan bercukur, melot nar j amrah ’ aqabah, t awaf ifadah besert a sa’ i, t awaf ifadah besert a sa’ i dan bercukur. 3. Dam Dam, dari segi bahasa berart i darah. Dalam t radisi Arab, mereka yang melakukan kesalahan at au kekeliruan, hingga mengakibat kan t erl uka 36 Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008. USU Repository © 2008 at au malah kemat ian, set idaknya mengakibat kan kerugian pada pihak lain, harus membayar gant i rugi. Gant i rugi at au denda ini umumnya dengan menyerahkan binat ang t ernak. Dari sinilah t imbul pengert ian mengalirkan darah dengan menyembelih hewan t ernak dalam rangka memenuhi ket ent uan manasik haj i. Dam harus dilakukan di t anah suci, t idak boleh dit unda hingga t iba di t anah air. Jika t idak sanggup membayar dam, kewaj iban ini dapat digant i dengan ibadah puasa, at au memberi makan bagi f akir-miskin. 4. Haj i Wanit a Selain persyarat an lain, wanit a yang berhaj i harus ada suami at au mahram yang menyert ainya. Mahram ialah pria lain yang dilarang menikah dengan wanit a t ersebut . Namun dalam keadaan aman, wanit a boleh pergi haj i dengan t eman wanit a lainnya yang dapat dipercaya. Dalam rangkaian ibadah haj i, ada beberapa ket ent uan khusus bagi wanit a, ant ara lain t idak boleh mengeraskan suaranya ket ika membaca t albiyah dan berdoa dan t idak perlu berlari-lari kecil ket ika melaksanakan sa’ i. 5. Jama’ ah Sakit Uzur Jamaah haj i yang sakit dan uzur mendapat kan beberapa perlakuan dan keringanan t ert ent u dalam melaksanakan ibadah haj i. Namun mereka t et ap harus wukuf di Arafah, meskipun t et ap t erbaring di 37 Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008. USU Repository © 2008 mobil ambulans. Mereka j uga harus melakukan t awaf ifadah meskipun dengan cara dit andu. Beberapa ibadah haj i lain dapat diwakilkan. 6. Shalat Jamaah di Masj id Haram dan Masj id Nabawi Meskipun bukan bagian int egral dari ibadah haj i, hampir semua j amaah haj i Indonesia menyempat kan diri unt uk berziarah ke Madinah dan j ika bisa menunaikan ’ arba’ in’ , yait u shalat j amaah lima wakt u di Masj id Nabawai sebanyak 40 kali wakt u shalat . 7. Tayammum dan Shalat di Pesawat Terbang Sebenarnya para ulama berbeda pendapat t ent ang sah-t idaknya bert ayammum di pesawat t erbang, namun karena kondisi darurat umumnya menerima bolehnya bert ayammum di pesawat ini. Demikian j uga dengan keabsahan shalat di pesawat t erbang. Tat acara shalat di pesawat t erbang t ent u disesuaikan denga kondisi yang t erbat as ini. 8. Munaj at di Mult azam dan Shalat di Hij ir Ismail Munaj at adalah mencurahkan isi hat i, berserah diri dan mendekat kan kalbu kepada Allah Sang Maha Pencipt a. Munaj at ini sunat dilakukan di beberapa t empat yang memiliki nilai hist oris dalam sej arah agama Islam, t ermasuk Mult azam dan Hij ir Ismail. Mult azaman adalah t empat yang t erlet ak ant ar Haj ar Aswad dan pint u Ka’ bah. Sedangkan Hij ir Ismail adalah bagian bangunan dari Ka’ bah yang t erlet ak ant ara Rukun Syamin dan Rukun ’ Iraqi yang dit andai dengan t embok berbent uk 38 Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008. USU Repository © 2008 set engah lingkaran. Bent uk munaj at ini sel ain berdzikir dan berdoa, sebaiknya j uga diawali dengan shalat sunat

E. Dam dan Macam-macamnya

Dokumen yang terkait

Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau dari Persepektif Hukum Administrasi Negara (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)

1 53 87

Perolehan Izin Praktik Dokter Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

16 156 73

Implementasi Pendaftaran Penduduk Sebagai Upaya Tertib Administrasi Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Pemko Medan)

10 127 104

Karakteristik Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Asal Kota Medan Di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010

1 35 105

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 53 81

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 7

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 1

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 22

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 11

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

0 0 2