47
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
Oleh karenanya, ini merupakan bagian dari administ rasi negara yang memerlukan seperangkat perat uran yang mengat ur hubungan ant ara
administ rasi negara dengan warga masyarakat , dalam hal ini t erut ama dengan j amaah haj i. Ini j uga t ermasuk bagaimana masyarakat , persisnya
j amaah haj i, mendapat perlindungan t erhadap keput usan-keput usan administ rasi negara t ersebut .
41
A. Latar Belakang Pengaturan Penyelenggaraan Haji
Pada zaman penj aj ahan Belanda, penyelenggaraan ibadah haj i diat ur dalam Pel grims Ordonant ie t ahun 1922, yang kemudian dirubah dan
dit ambah dalam bent uk Pel grims Verordening t ahun 1938. Meskipun Republik Indonesia t elah diproklamasikan pada 17 Agust us
1945, pengat uran t ent ang ibadah haj i masih t et ap meruj uk perundang- undangan warisan kolonial . Barulah pada 1960, pemerint ah mengeluarkan
Perat uran Presiden Nomor 3 t ent ang penyelenggaraan haj i. Perat uran Presiden ini masih merobah kebij akan sebel umnya yang mempert ahankan
pemerint ah lebih bert indak sebagai pembuat kebij akan, at uran sert a pengawasan, dan t idak langsung ikut melaksanakan proses perj alanan dan
peribadat an haj i.
41
Lihat Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, hal. 1.
48
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
Kebij akan ini mengalami perubahan dengan dikeluarkannya Keput usan Presiden No. 112 t ahun 1964 t ent ang Penyelenggaraan Bidang
Haj i secara Int er-depart ement al. Pengat uran ini kemudian dirubah dan disempurnakan secara bert urut -t urut oleh Keput usan Presiden No. 6 t ahun
1969 t ent ang Penyelenggaraan Bidang Haj i oleh Pemerint ah, Keput usan Presiden No. 53 t ahun 1981 t ent ang Penyelenggaraan Bidang Haj i, dan
Keput usan Presiden No. 62 t ahun 1995 t ent ang Penyelenggaraan Bidang Haj i.
Uraian di at as mempert egas bahwa hingga 1960, ibadah haj i dilaksanakan secara mandiri t anpa ket erlibat an pemerint ah.
Penyelenggaraan ibadah haj i secara bersama-sama yang dikoordinasikan oleh pemerint ah sebagai penanggung-j awab mulai dilaksanakan sej ak 1960
dengan dikeluarkannya Perat uran Presiden No. 3 1960 t ersebut . Hal ini kemudian diperkuat lagi dengan Keput usan Presiden No. 112 1964 t ent ang
Penyelenggaraan Bidang Haj i secara Int erdepart ement al.
42
Dengan bergulirnya roda reformasi pada 1997, upaya unt uk melakukan reformasi di berbagai bidang kehidupan menj adi dimungkinkan
dan usaha merombak t at a pemerint ahan dan merespons aspirasi masyarakat menj adi lebih t erbuka. Di kal angan umat Islam t elah lama
berkembang keinginan agar pengat uran t ent ang penyelenggaraan ibadah
42
Lihat Dr. Jazuni, SH., MH. Legislasi Hukum Islam di Indonesia Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 405-6.
49
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
haj i ini diat ur dalam bent uk undang-undang, bukannya Keput usan Presiden at au yang set ara dengannya.
Rancangan Undang-undang RUU t ent ang penyelenggaraan ibadah haj i merupakan usul inisiat if DPR. Ada t iga puluh enam orang anggot a DPR
dari berbagai f raksi yang ada, yait u 18 orang FKP Fraksi Karya Pembangunan, 8 orang FPP Fraksi Persat uan Pembangunan, 6 orang
FABRI Fraksi Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia dan 4 orang FPDI Fraksi Part ai Demokrasi Indonesia. Ini berart i RUU ini mendapat dukungan
yang kuat dan luas dari berbagai kalangan polit ik yang ada.
43
Pada 7 Januari 1999, para pengusul RUU memberikan penj elasan dalam rapat Badan Musyawarah. Dalam penj elasan it u dikat akan ant ara lain
bahwa DPR mengalami krisis cit ra karena dianggap kurang peka t erhadap aspirasi rakyat sehingga muncul, ant ara lain, krit ik t erhadap t idak adanya
RUU usul inisiat if selama hampir 25 t ahun t erakhir. Salah sat u upaya unt uk memperbaiki cit ra lembaga legislat if ini adalah mengopt imalkan
penggunaan haknya di bidang perundang-undangan, t erut ama hak inisiat if RUU t ersebut diaj ukan dengan surat nomor: 08 LEGNAS KESRA XII
1988 pada 17 Desember 1988 kepada pimpinan DPR-RI. Selanj ut nya RUU t ersebut disebarluaskan kepada seluruh anggot a DPR dalam rapat paripurna
pada 5 Januari 1999.
43
Dr. Jazuni, SH., MH. Legislasi Hukum Islam di Indonesia Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005, hal. 404.
50
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
mengaj ukan RUU yang hampir t idak pernah digunakan sel ama rej im Orde Baru. Dengan pert imbangan it ulah serangkaian RUU diaj ukan oleh kalangan
DPR, dan RUU t ent ang penyelenggaraan ibadah haj i merupakan salah sat u di ant aranya.
DPR menyet uj ui RUU t ent ang Penyelenggaraan ibadah haj i yang berisi t iga puluh pasal it u unt uk disahkan menj adi undang-undang pada
t anggal 15 April 1999. Selanj ut nya, ia disahkan pada t anggal 3 Mei 1999 dan diundangkan pada hari yang sama menj adi Undang-undang Nomor 17 t ahun
1999 t ent ang Penyelenggaraan Ibadah Haj i dan t ercant um dalam LN Lembaran Negara No. 53 t ahun 1999 TLN Tambahan Lembaran Negara
No. 3832.
B. Dasar Hukum