103
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
wakt u, hingga dat anya sering t idak akurat dan cenderung direka- reka.
78
C. Kendala dan Rintangan yang Dihadapi
Pada musim haj i 1427 Hij riyah, Presiden Republik Indonesia membent uk Tim Invest igasi dan Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haj i. Hal
ini didorong t erut ama oleh insiden kelaparan yang dialami hampir seluruh j amaah haj i Indonesia disebabkan perusahan cat ering
yang bert anggungj awab t idak melaksanakan kewaj ibannya.
Keput usan yang dit uangkan dalam Keput usan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 t ent ang Pembent ukan Tim Invest igasi dan
Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haj i Tahun 1427 Hij riyah it u langsung menyebut kan pada bagian ’ Menimbang’ :
Bahwa ket erl ambat an pasokan makanan bagi Jemaah Haj i Indonesi a di Araf ah Mina dal am Penyel enggaraan Ibadah Haj i t ahun 1427
Hij riyah, t el ah mengakibat kan t erganggunya kel ancaran penyel enggaraan Ibadah Haj i dimaksud secara umum, dan
kekhusyukan pel aksanaan bagi Jamaah Haj i Indonesia khususnya.
79
Set elah melaporkan hasil invest igasi dan evaluasinya kepada Presiden, Tim ini, yang diwakili oleh ket uanya, Tholkhah Hassan, mant an
Ment eri Agama Republik Indonesia, menyat akan bahwa manaj emen
78
Sebagian besar dari kesenjangan yang tercantum dalam pasal ini telah dipaparkan dalam buku Laporan Pelaksanaan Operasional Penyelenggaraan Haji Tahun 2006 Medan:
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi-Debarkasi Medan, 2006.
79
Lihat klausul a dari konsideran ’Menimbang’, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Investigasi dan Evaluasi
Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1427 Hijriyah.
104
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
penyelenggaraan haj i masih memiliki banyak kelemahan. Di ant aranya yang t erpent ing adalah a lemahnya koordinasi, b kurangnya kont rol yang
ket at , c lemahnya j aringan kerj a, dan e seringnya berubah regulasi, baik di Indonesia, maupun di Arab Saudi.
80
Banyak pihak sebenarnya sudah lama mengemukakan bahwa salah sat u penyebab t imbulnya berbagai permasalahan haj i dari wakt u ke wakt u
dengan perulangan problema yang hampir sama adalah sist em penyelenggaraan ibadah haj i yang monopolist ik. Ini ant ara lain
dikemukakan oleh Din Syamsuddin, Ket ua Umum PP Muhammadiyah, salah sat u organisasi massa t erbesar di Indonesia. Ke depan yang perlu dilakukan
oleh Pemerint ah di bawah pengawasan DPR adalah melakukan program de- monopolisasi dengan secara bert ahap dan berkesinambungan, mengurangi
porsi pemerint ah sebagai operat or penyelenggara, sehinga akhirnya pemerint ah berf ungsi lebih sebagai regulat or dan supervisor.
81
Namun demikian, semua keberhasilan di at as bukan berart i bahwa penyelenggaraan pelayanan embarkasi dan debarkasi di Bandara Polonia
Medan t elah sempurna dan t idak perlu dit ingkat kan lagi pada masa mendat ang. Diakui masih adanya beberapa f akt or yang sering menghambat
80
Lihat entri berita ’Tim Investigasi dan Evaluasi Penyelenggaraan Haji Lapor pada Presiden’, http:www.Indonesia.go.ididindex2.php?option=com.
81
Lihat berita ’Din: Sudah Saatnya Sistem Penyelenggaraan Haji Dirombak’, yang dapat diakses dari Jurnal Haji Harian Republika, http202.15.208jurnalhajidetail.asp?id=.
105
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
t ercapainya t uj uan yang diharapkan. Yang t erut ama di ant ara fakt or-fakt or penghambat t ersebut adalah:
a. Sering t erj adinya sesuat u yang di luar perencanaan yang ada.
Yang paling sering t erj adi adalah kej adian ket erlambat an pesawat t erbang, yang umumnya karena hal-hal yang t erj adi di Bandara
Jeddah, Saudi Arabia, yang akhirnya mempengaruhi dan merusak j adwal dan kondisi kerj a di Asrama Haj i dan Bandara Polonia Medan.
b. Gerakan reformasi yang mendorong semakin sadarnya rakyat
at as hak-haknya, sert a gelombang globalisasi yang mencanggihkan t eknologi informasi dan t elekomunikasi menyebabkan masyarakat
semakin t ahun dan mampu membandingkan sesuat u dengan yang lain. Ada kecenderungan kuat di kalangan j amaah haj i unt uk lebih
berani dan t erbuka unt uk menunt ut apa yang menurut mereka merupakan hak-hak mereka, baik sebagai warga negara, maupun
sebagai konsumen. c.
Kebij akan, at uran dan prosedur yang sering berubah-ubah, sehingga sebagian unsur kepanit iaan kurang memahami dan
menguasai, apalagi sosialisasinya yang t idak memadai dan merat a di kalangan j amaah haj i sebagai konsumen dan masyarakat luas.
d. Masih t erj adinya kerancuan dan kesimpangsiuran hak dan
kewaj iban, t erut ama ant ara PPIH dan P3IH yang resmi dengan
106
Risyad akar Lubis : Proses Penyelenggaraan Ibadah Haj Ditinjau Dari Sudut Hukum Administrasi Negara Studi Kasus Pada Bandara Embarkasi Polonia Medan, 2008.
USU Repository © 2008
kelompok-kelompok t erkait , t ermasuk dalam penent uan regu dan rombongan, apalagi j ika dikait kan dengan adanya beberapa KBIH
kelompok bimbingan ibadah haj i. e.
Masih adanya anggapan di kalangan pegawai negeri, baik sipil maupun milit er, bahwa penyelenggaraan ibadah haj i set iap t ahunnya
merupakan kesempat an unt uk memperoleh pendapat an t ambahan, hingga keikut sert aan dan prilaku mereka t idak sepenuhnya dilandasi
semangat pelayanan dan dedikasi kepegawaian.
D. Upaya Penanggulangan