BAB IV TINJAUAN UMUM MENGENAI NIKAH WISATA DI PUNCAK DESA
TUGU SELATAN KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT
A. Pengertian Nikah Wisata
Dalam hukum perkawinan Islam terdapat beberapa bentuk perkawinan yang dilarang. Diantaranya adalah kawin mut’ah atau kawin kontrak. Dalam
bab ini akan membahas tentang nikah wisata atau biasa dikenal dengan nikah mu’aqqat. Dinamakan nikah wisata atau nikah mu’aqqat, ini
merupakan salah satu praktek nikah mut’ah yang terjadi di masyarakat, karena pernikahan jenis ini telah di tentukan batas waktu berlangsungnya
pernikahan, dan pernikahan ini hanya untuk bersenang-senang saja antara pria dan wanita untuk memuaskan nafsu biologisnya saja, bukan untuk
bergaul sebagai suami istri dengan membina rumah tangga yang sejahtera. Tentang nikah wisata, karena ada fenomena yang terjadi di masyarakat
yang hendak nikah dengan syarat formal dipenuhi namun diniatkan untuk sementara. Masalah ini pun menjadi sorotan publik karena dianggap
mencederahi hak perempuan. Yang lebih memperhatikan, fenomena itu telah menjadi lahan bisnis bagi sekelompok orang, seperti di daerah puncak
Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Pada bulan-bulan tertentu, wisatawan asal Timur Tengah membanjiri kawasan tersebut untuk
menekahi sesaat dengan perempuan-perempuan lokal.
52
Masalah ini menjadi perhatian Majelis Ulama Indonesia MUI sehingga perlu untuk mengeluarkan fatwa. Dalam Musyawarah Nasional
Munas VIII MUI di Twin Plaza, Jakarta 25 – 28 Juli, membahas 7 tujuh materi dari 15 lima belas usulan fatwa yang akan diverifikasi tim materi
fatwa MUI Pusat. Salah satu dari 7 tujuh materi itu adalah tentang nikah wisata.
54
Dalam Musyawarah Nasional Munas, Majelis Ulama Indonesia MUI mengelurkan fatwa mengharamkan nikah wisata atau pernikahan
yang dilakukan oleh wisata muslim untuk jangka waktu selama ia dalam perjalanan wisata. Nikah wisata atau biasa dikenal dengan nikah mu’aqqat
yang merupakan praktek nikah mut’ah hukumnya haram. Pernikahan yang dimaksudkan adalah bentuk pernikahan yang dilakukan dengan memenuhi
syarat dan rukun pernikahan namun pernikahan itu diniatkan untuk sementara saja.
55
Ma’ruf Amin mengatakan bahwa praktek pernikahan semacam itu biasanya terjadi tidak secara resmi namun dibawah tangan dan umumnya
dilakukan di beberapa daerah tertentu.
56
Di beberapa daerah, praktek nikah wisata itu dilakukan oleh penduduk setempat karena alasan ekonomi dimana
54
MUI, “nikah wisata atau nikah muaqqat haram hukumnya”, artikel diakses pada 21 January
2011 dari
http:sosialbudaya.tvone.co.id20100727mui_nikah_wisata muaqqat_haram_hukumnya
55
Ibid., -
56
Munas VIII MUI, “nikah wisata haram hukumnya”, artikel diakses pada 21 January 2011 dari
http:www.dakwatuna.com2010mui-haramkan-nikah-wisata-nikah-muaqqat
53
para turis yang menikahi mereka biasanya harus membayar “mahar” dalam jumlah lumayan besar.
Rayan Mufti, seorang pengacara, dia menggamabarkan pernikahan wisata sebagai prostitusi yang disahkan. Pernikahan ini populer di kalangan
pria yang ingin melakukan zina dengan surat ijin. Ini benar-benar percabulan karena pernikahan-pernikahan ini dirancang hanya untuk kenikmatan
seksual tanpa tanggung jawab dari sebuah pernikahan yang selayaknya. Pernikahan tersebut terutama merugikan kaum wanita yang diperlukan
seperti komoditi, dan pernikahan tersebut dapat juga merugikan bagi anak- anak yang akan lahir, karena mereka seringkali berakhir tanpa ayah.
57
Abdullah Al Jifin, seorang peneliti Islam, mengatakan bahwa pernikahan yang memiliki periode waktu tertentu yang sudah ditetapkan
sebelumnya tidak dianggap legal di mata syariah. Pernikahan wisata yang dimaksudkan untuk berakhir setelah periode waktu tertentu adalah haram.
58
Dr. Sameer Zamou, seorang konsultan untuk penyakit kulit dan kelamin, memperingatkan bahwa pernikahan itu bisa membuat mereka yang
terlibat terkena penyakit menular seksual, seperti herpes dan AIDS.
59
Saleh Al-Daboul, Propesor sosiologi kriminal di Sekolah Tinggi Keamanan Raja Fahd di Riyadh, mengatakan banyak problem sosial yang
berasal dari pernikahan semacam itu, suami seringkali meninggalkan istri
57
Pakar syariah, “haram hukumnya praktek nikah wisata”, artikel diakses pada 21 January 2011 dari
http:www.suaramedia.compakar-syariah-haramkan-praktik-qpernikahan-wisataq.html
58
Ibid., -
59
Ibid., -
54