para  turis  yang  menikahi  mereka  biasanya  harus  membayar  “mahar”  dalam jumlah lumayan besar.
Rayan  Mufti,  seorang  pengacara,  dia  menggamabarkan  pernikahan wisata sebagai prostitusi  yang disahkan. Pernikahan  ini populer di kalangan
pria yang ingin melakukan zina dengan surat ijin. Ini benar-benar percabulan karena  pernikahan-pernikahan  ini  dirancang  hanya  untuk  kenikmatan
seksual  tanpa  tanggung  jawab  dari  sebuah  pernikahan  yang  selayaknya. Pernikahan  tersebut  terutama  merugikan  kaum  wanita  yang  diperlukan
seperti  komoditi,  dan  pernikahan  tersebut dapat  juga  merugikan  bagi  anak- anak yang akan lahir, karena mereka seringkali berakhir tanpa ayah.
57
Abdullah  Al  Jifin,  seorang  peneliti  Islam,  mengatakan  bahwa pernikahan  yang  memiliki  periode  waktu  tertentu  yang  sudah  ditetapkan
sebelumnya  tidak  dianggap  legal  di  mata  syariah.  Pernikahan  wisata  yang dimaksudkan untuk berakhir setelah periode waktu tertentu adalah haram.
58
Dr.  Sameer  Zamou,  seorang  konsultan  untuk  penyakit  kulit  dan kelamin, memperingatkan bahwa pernikahan itu bisa membuat mereka yang
terlibat terkena penyakit menular seksual, seperti herpes dan AIDS.
59
Saleh  Al-Daboul,  Propesor  sosiologi  kriminal  di  Sekolah  Tinggi Keamanan  Raja  Fahd  di  Riyadh,  mengatakan  banyak  problem  sosial  yang
berasal  dari  pernikahan  semacam  itu,  suami  seringkali  meninggalkan  istri
57
Pakar syariah, “haram hukumnya  praktek nikah wisata”, artikel diakses pada 21 January 2011 dari
http:www.suaramedia.compakar-syariah-haramkan-praktik-qpernikahan-wisataq.html
58
Ibid., -
59
Ibid., -
54
dan anak-anak mereka tanpa peduli akan nasib mereka. Bahwa banyak anak- anak dari pernikahan semacam itu di luar negeri yang ayahnya bahkan tidak
mau mengakui mereka sebagai darah dagingnya sendiri.
60
Ali Al  Hamdan, duta besar saudi untuk Yaman,  juga  menggambarkan pernikahan  wisata  sebagai  prositusi  yang  disahkan  dan  menyalakan  fatwa
aneh dari beberapa cendkiawan atas fenomena tersebut.
61
Dari pengertian istilah nikah wisata sebagaimana tersebut di atas dapat diambil  kesimpulan  sementara,  bahwa  melalui  nikah  wisata  sesorang  pria
hanyalah  menempatkan  “istri”  sebagai  wanita  sewaan  yang  dapat  ditinggal begitu  saja  setelah  waktu  yang  diperjanjikan  berakhir  dan  nafsu  biologis  si
pria terpenuhi.
B. Praktek Nikah Wisata
1.      Tujuan Nikah Wisata
Sebagai  mana  tersirat  pada  defenisi  nikah  wisata,  pernikahan jenis  ini  hanya  bertujuan  untuk  pelampiasan  nafsu  biologis,  tidak  ada
keinginan  untuk  membentuk  suatu  rumah  tangga  yang  permanen sebagai mana yang di perintahkan oleh agama.
Sedangkan praktek yang terjadi di Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua  Kabupaten  Bogor  yang  merupakan  daerah  puncak  sudah
menjadi  kawasan  wisata  sejak  tahun  1970-an.  para  turis  baik  lokal
60
Ibid., -
61
Ibid., -
55
maupun  manca  Negara  berdatangan,  terutama  turis  Timur  Tengah marak  berdatangan  sejak  tahun  1992-an,  mereka  berdatangan  pada
bulan-bulan tertentu yaitu pada bulan Mei, Juni, dan Juli.
62
Di Desa Tugu Selatan terdapat kampung Sampay atau yang lebih di  kenal  dengan  nama  Warung  Kaleng  merupakan  salah  satu  dari  3
kampung yang berada di Kilometer 84 dengan panjang tidak lebih dari 50  Meter  jalur  menuju  puncak  terdapat  Warung-Warung  dan  Villa-
Villa yang berjejer disebelah kanan kiri jalur. Para Turis Timur Tengah datang ke Indonesia khususnya ke Desa
Tugu  Selatan  untuk  menikmati  hiburan-hiburan  dan  wisata  alam, mereka  tinggal  dan  menginap  di  Villa-Villa  kurang  lebih  1  Minggu
hingga sampai 1 Bulan.
63
Seiring  perkembangan  zaman  dengan  keberadaan  turis-turis Timur  Tengah  di  kampung  Sampay  menimbulkan  pro  dan  kontra,
soalnya  disatu  sisi  wilaya  tersebut  dikenal  sebagai  salah  satu  tempat nikah wisata atau yang dikenal kawin kontrak untuk memuaskan nafsu
birahi  dengan  banyaknya  para  pekerja  seks  komersial,  tapi  disatu  sisi lain  dengan  banyaknya  turis  tersebut  memberikan  pengasilan  yang
banyak bagi sebagian warga kampung tersebut. Pada  dasarnya  warga  kampung  Kaleng  menolak  adanya  kawin
wisata  dan  tempat  prostitusi  karena  bertentangan  dengan  akidah.  Para
62
Rusli Doelbari, Kepala Desa Tugu Selatan, Wawancara Pribadi, Cisarua, 12 maret 2011.
63
Ibid., -
wanita pelaku kawin wisata tersebut bukan warga setempat melainkan dari  luar  desanya.  Para  turis  Timur  Tengah  tidak  bedanya  dengan
orang-orang  Eropa,  Amerika,  dan  yang  lainya  datang  ke  Bali  untuk menikmati  wisata  alam  dan  sebagainya,  dan  mereka  tidak  menutup
kemungkinan  menginginkan  pelayanan  yang  ples-ples,  di  Bali pelayanan  ples-ples  lebih  bebas  tersedia,  di  puncak  pun  tidak  jauh
bedanya  dengan  di  Bali,  para  turis  Timur  Tengah  datang  kesini  untuk menikmati  suasana  alam  dan  ramah  tamah  masyarakat  setempat.
kemungkinan  juga  mereka  membutuhkan  pelayanan  ples-ples,  dan pelayanan  ples-ples  ini  mereka  datangkan  dari  luar  Desa  Tugu
Selatan.
64
Sehingga  dengan  hanya  menyandarkan  pemenuhan  kebutuhan biologis pada tujuan pernikahan, maka pernikahan sejenis ini tidak ada
bedanya  dengan  prostitusi,  hanya  saja  dalam  pernikahan  ini  adanya akad sebagai formalitas aja.
2. Syarat dan Rukun nikah Wisata
Dalam  pernikahan  wisata  ini,  juga  terdapat  syarat  dan  rukun nikah tidak jauh beda dengan kawin kontrak nikah mutah, yaitu:
a.      Calon Istri Istilah  istri  dalam  nikah  wisata  tidaklah  sama  dengan
pernikahan yang dituntun oleh syariat, hal ini sebagaimana dalam
64
Ibid.,-
57