Pendahuluan Ketentuan-Ketentuan Dalam Pernikahan

BAB II NIKAH MIS-YAR DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Nikah Mis-yar

Sejalan dengan perubahan waktu dan peradaban manusia yang kian hari semangkin maju, populasi yang terus meningkat dan sarana transfortasi sebagai faktor mudanya manusia berimigrasi dari satu tempat ketempat yang lain. Seakan mudahnya mengubah luasnya bola dunia menjadi bulatan kecil yang tidak bisa kita masukan kedalam genggam tangan. Perjalanan yang penuh dilakukan pra ekspeditor seperti Columbus, Copernicus, Deandels, atau Ibnu Batuta yang menelan waktu berbulan-bulan bahkan puluhan tahun , dapat ditempuh saat ini hanya dengan hitungan jam. 20 Pada kondisi dunia yang akan tanpa sekat dan batas, terjadinya asimilasi dan percampuran budaya menjadi salah satu yang tidak bisa dihindarkan, salah satu terjadinya percampuran budaya adalah dengan melangsungkan pernikahan campur antara penduduk negara atau suku tertentu dengan yang lainnya. Perkawinan yang terjadi antara orang laki-laki yang sedang melakukan perjalanan baik liburan, tugas kerja, menjalani studi atau yang lainnya, dengan perempuan setempat, dikenal dikalangan masyarakat Arab dengan 20 Adi Irfan Jauhari, “Nikah Mis-yar dan Hak Wanita Dalam Perkawinan : Studi Analisi Hukum Islam”, Tesis S2 Konsentrasi Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 52 16 sebutan nikah Mis-yar. Perkawinan Mis-yar adalah pengaruh dari semangkin cepat dan mudahnya transfortasi antara negara dan daerah dibelahan dunia. 21 Kata Mis-yar sendiri jika dilacak menurut bahasa fushah Resmi Arab tidak akan kita temukan, sebab kata ini berasal dari ungkapan ‘amiyah bahasa percakan Arab. 22 Orang Arab sendiri sering menggunakan kata Mis-yar untuk sebuah aktifitas perjalanan yang memuat tujuan hiburan. Seperti piknik, plesir atau jalan-jalan. Pengertian Mis-yar berasal dari bahasa Arab sara, sira, sirah, tasayaran, masdar dan juga masirah, yang berarti berjalan dan perjalanan. Dari sudut terminologi pernikahan Mis-yar adalah pernikahan dimana pengantin lelaki tinggal di rumah pengantin perempuan tetapi pengantin perempuan tidak pula berpindah ke rumah pengantin lelaki. 23 Menurut Ahmad Al-Tamimi, Mis-yar ialah pernikahan yang dibina dengan akad yang sah menurut syarah dan memenuhi rukun-rukunnya, tetapi pasangannya bertolak ansur dari segi tempat tinggal dan nafkah. 24 Menurut Ibnu Mani’ia, pernikahan Mis-yar adalah pernikahan yang memenuhi semua syarat dan rukunnya, tetapi kedua-dua pasangan saling 21 Muhammad Fu’ad Syakir, Perkawinan Terlarang; Al-Misyar, Al-‘Urfi dan Mut’ah Jakarta: Cendekia, 2002, Cet- 1, h. 65. 22 Yusuf Qardlawi, Zawaju Mis-yar Haqiqatuhu Wa Hukmuhu, Kairo: Maktabah Wahbah, 1999, h. 11 23 Muhammad To’mah al-Qudhah, “Zawaj al-Misyar: Hukmuhu al-Shar’i”, artikel diakses pada tanggal 22 Juni 2011 dari www.arabLawInfo.com 24 Ibid., 17