Syarat dan Rukun nikah Wisata

waktu dapat merusak akad yang di ucapkan, maka dalam nikah wisata merupakan suatu keharusan. d. Mas Kawin Mas kawin yang ada dalam nikah wisata sesungguhnya adalah sebagai ongkos untuk membayar kesenangan yang telah didapatkan dari tubuh wanita yang disewakan. 68 hal ini berbeda dengan pemberian mas kawin yang ada dalam nikah permanen selain sebagai simbol penghalalan hubungan antara pihak dan juga simbol pengakuan atas kewenangan istri dalam lapangan harta.

C. Dasar Hukum Pengharaman Nikah Wisata

1. Dalil-Dalil Pengharaman Nikah Wisata Dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an pengharaman nikah wisata yang merupakan praktek kawin mut’ah terdapat pada surat Al Mu’minun ayat 5-7 dan surat Al Ma’arij ayat 29-31 yang berbunyi:                         ﻥﻭﻨﻤﺅﻤﻟﺍ 23 : 7 - 5 Ayat-ayat tersebut di atas menjadi dalil pengharaman seluruh kemaluan wanita bagi kaum mu’min, kecuali kemaluan wanita yang 68 Luthfi, Kawin Kontrak, hal. 19. 59 dihalalkan oleh Allah melalui akad nikah secara syar’iat atau hubungan penghambaan. Sedangkan wanita dalam nikah wisata yang merupakan praktek kawin mut’ah jelas bukan kedua-duannya, mereka hanyalah wanita sewaan. 69

2. Dalil-Dalil Pengharaman Nikah Wisata Dari Hadits

Ada beberapa hadits yang menyatakan keharaman nikah wisata yang merupakan praktek kawin mut’ah, di antaranya adalah: ﺀﺎﺴﻨﻟﺍ ﺔﻌﺘﻤ ﻥﻋ ﻰﻬﻨ ﻡﻠﺴﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺼ ﷲﺍ لﻭﺴﺭ ﻥﺍ ﺏﻟﺎﻁ ﻰﺒﺍ ﻥﺒ ﻰﻠﻋ ﻥﺒ ﺩﻤﺤﻤ ﻥﻋ ﺔﻴﺴﻨﻻﺍ ﺭﻤﺤﻟﺍ ﻡﻭﺤﻟ لﻜﺍ ﻥﻋﻭ ﺭﺒﻴﺨ ﻡﻭﻴ ﻪﻴﻠﻋ ﻕﻔﺘﻤ 70 Artinya: “Dari Muhammad bin Ali, dari Ali bin Abi Tholib: bahwasannya Rasulullah SAW melarang kawin mut’ah dan makan daging keledai jinak pada peristiwa khaibar”. HR. Muttafaq ‘alaih. Ar. Rabi bin Sabrah Al Juhani berbicara kepada ku bahwa ayahnya berbicara kepada ku bahwa ia bersama Rasulullah SAW, 71 sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: ﻡﻠﺴﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ لﻭﺴﺭ ﻪﻨﺍ ﻊﻤ ﻥﺎﻜ ﻪﻨﺍ ﻰﻨﻬﺠﻟﺍ ﺓﺭﺒﺴ ﻥﻋ ﻰﻓ ﻡﻜﻟ ﺕﻨﺫﺍ ﺩﻗ ﻰﻨﺍ ﺱﺎﻨﻟﺍﺎﻬﻴﺍﺎﻴ ﺊﻴﺸ ﻥﻬﻨﻤ ﻩﺩﻨﻋ ﻥﺎﻜ ﻥﻤﻓ ﺔﻤﺎﻴﻘﻟﺍ ﻡﻭﻴ ﻰﻟﺍ ﻙﻟﺫ ﻡﺭﺤ ﺩﻗ ﷲﺍ ﻥﺍﻭ ﺀﺎﺴﻨﻟﺍ ﻥﻤ ﻉﺎﺘﻤﺘﺴﺒﻻﺍ لﺨﻴﻠﻓ 69 Ibid., h. 35 70 Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, Terjemah Al-lu‘lu ‘Wal Marjan Jilid II No. Hadist 889: Koleksi Hadist Yang Disepakati Oleh Al-Buchory dan Muslim Semarang: Al-Ridha, 1993, Cet- 1, h. 221 71 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga Jakarta: eLSAS, 2008, Cet-1, h. 36 60 ﺒﺴ ﻴﺸ ﻥﻫﻭﻤﺘﻴﺘﺍ ﺀﺎﻤﻤﺍﻭﺫﺨﺎﺘ ﻻﻭ ﻪﻠﻴ ﺌ ﺎ ﻡﻠﺴﻤ ﻩﺍﻭﺭ 72 Artinya: “Dari sabrah r.a. katanya bahwa dia bersama-sama Rasulullah saw. Beliau bersabda: Wahai manusia sebelum ini aku telah mengizinkan kalian memut’ah wanita. kini ketahuilah bahwa Allah telah mengharamkannya hingga hari kiamat. Maka barangsiapa mempunyai ikatan dengan mereka, lepaskanlah dan jangan kau ambil sedikitpun dari apa yang telah kamu berikan kepada mereka”. HR. Muslim. Dan dari Salim bin Abdullah, bahwasannya ia berkata “Abdullah bin Umar telah didatangi seseorang, lalu dikatakan kepadanya: sesungguhnya Abdullah bin Abbas memerintahkan melakukan mut’ah.” Ibnu Umar lalu berkata: Subhanallah, aku tidak mengira ibnu Abbas akan berbuat demikian, mereka orang-orang yang hadir berkata: benar, ia memerintahkan melakukannya. Ibnu Umar menanggapi: tidakkah ibnu Abbas masih anak kecil ketika Rasulullah SAW masih hidup?. Kemudia ibnu Umar berkata lagi: Rasulullah SAW telah melarang kita darinya dan kami bukanlah orang-orang yang melacur”. 73 Menurut para Ijma ketika Rasulullah SAW mengharamkannya hingga hari kiamat, tidak satu pun para sahabat yang membantahnya. Demikian pula, ketika larangan tersebut diulang lagi oleh Umar ra 72 Razak, Rais Lathief, Terjemahan Hadis Shahih Muslim Jilid II No. Hadis 812 Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1980, cet- 1, h. 167 73 Luthfi, Kawin Kontrak, h. 37 61