14
yang  lain  meyatakan  bahwa  kebolehan  berpoligami  hanyalah  bersifat  darurat atau  kondisi  terpaksa,  karena  agama  adalah  memberikan  kesejahteraan
mashlahat  bagi  pemeluknya.  Sebaliknya,  agama  mencegah  adanya  darurat atau kesusahan. Darurat dikerjakan jika hanya sangat terpaksa.
6
2. Dasar Hukum Poligami
a. Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam
Mengenai  dasar  penetapan  hukum  poligami  sendiri  terpengaruh dengan  proses  sejarah  poligami  dan  juga  hal-hal  yang  berkaitan  dengan
konsep  tujuan  berpoligami.  Bangsa  Arab  dan  non  Arab  sebelum  Islam datang sudah terbiasa berpoligami. Ketika Islam datang, Islam membatasi
jumlah  isteri  yang  boleh  dinikahi.  Islam  mengajarkan  dan  memberikan arahan untuk berpoligami yang adil sejahtera.
7
Allah  SWT  membolehkan  berpoligami  sampai  empat  orang  isteri dengan  syarat  berlaku  adil  kepada  mereka.  Adapun  adil    dalam  melayani
isteri,  seperti  urusan  nafkah,  tempat  tinggal,  pakaian,  giliran,  dan  segala hal  yang  bersifat  lahiriah.  Jika  tidak  bisa  berlaku  adil  maka  cukup  satu
orang  isteri  saja.
8
Hal  ini  berdasarkan  firman  Allah  SWT  dalam  QS.  An- Nisaa ayat 3 yang berbunyi:
6
Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, h. 117
7
Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, h. 119
8
Abd.  Rahman  Ghazaly,  Fiqh  Munakahat,  Jakarta:  Prenada  Media,  2003,  cet.  Ke-1, hal.129-130
15
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
4 3
“
Dan jika  kamu  takut  tidak  akan  dapat  berlaku  adil  terhadap  hak-hak
perempuan  yang  yatim  bilamana  kamu  mengawininya,  Maka  kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya”. Q.S. An-Nisa4: 3 Apabila  seorang  laki-laki  merasa  tidak  mampu  berlaku  adil,  atau
tidak memiliki harta untuk membiayai  isteri-isterinya, dia harus menahan diri dengan hanya  menikah dengan satu orang saja.
Sayyid  kutub  berpandangan  bahwa  sering  kali  terjadi  dalam kehidupan  hal-hal  yang  tidak  dapat  dipungkiri  dan  dilewatkan
keberadaannya,  seperti  halnya  melihat  masa  subur  laki-laki  yang berlangsung  hingga  umur  70  tahun  atau  diatasnya,  sementara  kesuburan
seorang  perempuan  terhenti  ketika  mencapai  umur  50  tahun  atau sekitanya.  Maka  dari  itu,  terdapat  jarak  waktu  20  tahun  masa  subur  laki-
laki dibandingkan masa subur perempuan.
9
Imam Malik berkata dalam al- Muwatha‟ bahwa Ghailan bin Salman
memeluk  Islam  sedang  mempunyai  sepuluh  isteri.  Maka  Rasulullah  SAW bersabda:
9
Abu Usamah Muhyidin dan Abu Hamid, Legalitas Poligami Menurut Sudut Pandang Ajaran Islam, Yogyakarta: Sketsa, 2006, cet. Ke-1, h. 28
16
10
Artinya: “Dari  Usman  bin  Muhammad  bin  Abi  Suwayd:  Sesungguhnya
Rasulullah  SAW  berkata  kepada  Ghailan  bin  Salamah  ketika masuk  Islam  dan  ia  mempunyai  sepuluh  orang  isteri.  Beliau
bersabda  kepadanya: Pilihlah empat orang diantara mereka dan ceraikanlah yang lain
nya”. HR. Daruquthni Dalam hadits lain, Imam Daruquthni meriwayatkan:
11
Artinya:  Dari Ar- Rabi‟ bin Qais berkata: “Sesungguhnya kakeknya Haris
bin  Qais  telah  memeluk  agama  Islam  dan  ia  memiliki  delapan orang  isteri,  maka  Rasulullah  SAW  memerintahkan  kepadanya
untuk memilih empat isteri saja dari mereka”. HR. Daruquthni
Mempunyai  isteri  lebih  sari  satu  sangatlah  penting  bagi  seorang suami  untuk  berlaku  seadil  mungkin  terhadap  isteri-isterinya.  Karena
tujuan  perkawinan  dalam  Islam  adalah  untuk  menciptakan  keluarga  yang sejahtera, suami dan isteri-isterinya serta anak-anaknya dapat hidup rukun,
damai  dan  berkasih  sayang.  Sebagaimana  yang  dimaksudkan  dalam  al- Qur‟an surat ar-Ruum ayat 21:
10
Ali bin Umar Daruquthni, Sunan Daruquthni, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, jil. 2, h. 166
11
Ali bin Umar Daruquthni, Sunan Daruquthni, h. 166
17
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
30 21
Artinya: “Dan  di  antara  tanda-tanda  kekuasaan-Nya  ialah  dia
menciptakan  untukmu  isteri-isteri  dari  jenismu  sendiri,  supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian  itu  benar-benar  terdapat  tanda-tanda  bagi  kaum  yang
berfiki.” QS. Ar-Ruum30: 21 Ayat  selanjutnya  yang  berkaitan  dengan  perkawinan  poligami  yaitu
yang terdapat dalam surat an-Nisa ayat 129:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
4 129
Artinya: “Dan  kamu  sekali-kali  tidak  akan  dapat  berlaku  adil  di  antara
isteri-isterimu,  walaupun  kamu  sangat  ingin  berbuat  demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu
cintai,  sehingga  kamu  biarkan  yang  lain  terkatung-katung.  dan jika  kamu  mengadakan  perbaikan  dan  memelihara  diri  dari
kecurangan,  Maka  Sesungguhnya  Allah  Maha  Pengampun  lagi
Maha Penyayang”. QS. An-Nisa 4: 129
Kalau  dilihat  pada  surat  an-Nisa  ayat  3  dan  129  yang  telah disebutkan diatas, dengan jelas menunjukkan bahwa asas perkawinan yang
dianut  dalam  Islam  pun  adalah  monogami.  Namun,  kebolehan  poligami apabila syarat-syarat yang menjamin keadilan seorang suami kepada isteri-
isterinya, baik adil dalam segi material maupun dari segi spiritual.
18
Islam memandang
poligami lebih
banyak membawa
madharatresiko  dari  pada  manfaatnya,  karena  manusia  itu  menurut fitrahnya mempunyai watak cemburu, iri hati dan suka mengeluh. Watak-
watak tersebut  akan mudah timbul dengan kadar tinggi,  jika hidup  dalam kehidupan  keluarga  yang  poligamis.  Dengan  demikian,  poligami  itu  bisa
menjadi  sumber  konflik  dalam  kehidupan  keluarga,  baik  konflik  antara suami dengan isteri-isteri  dan  anak-anaknya, maupun konflik antara isteri
beserta anaknya masing-masing.
12
Oleh  karena  itu  asas  perkawinan  dalam  Islam  adalah  menganut asas monogami.
b. Poligami Dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia