Ringkasan Kasus Duduk Perkara Pertimbangan

63

BAB III IZIN POLIGAMI SEBUAH AMBIVALENSI HUKUM

A. Deskripsi Putusan Pengadilan Agama Bekasi

Pengaturan poligami di Indonesia telah diatur oleh pemerintah dalam rangka melindungi warga Negara khususnya perempuan dari tindak ketidakadilan melaului Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 3, 4 dan 5. Dan sejak diundangkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, telah diatur beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang laki-laki yang hendak berpoligami harus seizin isteri pertama. Meski kalimat ini tidak tercantum secara eksplisit, akan tetapi banyak sumber agama Islam yang mengarah ke sana. Mengenai kasus yang ada, penulis meneliti satu putusan poligami di Pengadilan Agama Bekasi. Berikut deskripsi putusan izin poligami dengan nomor: 205Pdt.G2008PA.Bks, yang penulis kemukakan sebagai berikut:

1. Ringkasan Kasus

Adalah Zulkarnain bin Kairul Muluk Al-Hatta nama samaran dari perkara No. 205Pdt.G2008PA.Bks, berstatus menikah dengan Siti Zubaidah binti Abdul Qadir nama samaran dari perkara No. 205Pdt.G2008PA.Bks, dengan kutipan akta nikah nomor: 14307VII2000 tanggal 02 Juli 2000 di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cirebon. Dari hasil pernikahannya, mereka dikaruniai dua orang anak bernama Nurul Syamsiyah nama samaran dari perkara No. 205Pdt.G2008PA.Bks lahir tanggal 14 64 April 2001 dan Faris Zulkarnain nama samaran dari perkara No. 205Pdt.G2008PA.Bks lahir tanggal 22 Januari 2005. Kehidupan rumah tangga pemohon dan termohon diliputi kerukunan dan keharmonisan sebagaimana layaknya suami isteri, sampai suatu saat Zulkarnain bin Kairul Muluk Al-Hatta berkenalan dengan Nur Lailawati binti Budi Priyanto nama samaran dari perkara No. 205Pdt.G2008PA.Bks, umur 23 tahun, pekerjaan swasta, bertempat tinggal di Komplek Ciputat Baru Jl. Teratai Buntu Blok AA No. 3A Rt 00106, Kelurahan Sawah Lama, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang. Mereka sepakat untuk membina hubungan mereka kejenjang pernikahan meskipun tahu bahwa Zulkarnain bin Khairul Muluk Al-Hatta telah mempunyai isteri dan anak, dan calon isteri kedua juga menyatakan tidak akan mengganggu gugat harta bersama antara pemohon dan termohon.

2. Duduk Perkara

Tersebutkan bahwa Zulkarnain bin Khairul Muluk Al-Hatta sebagai pemohon dan Siti Zubaidah binti Abdul Qadir serta Nur Lailawati binti Budi Priyanto sebagai calon isteri ke dua pemohon. Pemohon meminta izin kepada Pengadilan Agama Bekasi untuk menikah ke dua kali dengan cara poligami dengan alasan karena pemohon berkemampuan untuk beristeri lagi serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh agama dan pemohon akan sanggup berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya. 65

3. Pertimbangan

Pertimbangan-pertimbangan hakim Pengadilan Agama Bekasi dalam perkara poligami nomor: 205Pdt.G2008PA.Bks yakni, mengabulkan permohonan pemohon dan menetapkan memberikan izin kepada pemohon untuk menikah lagi poligami dengan seorang perempuan bernama Nur Lailawati binti Budi Priyanto. Didasari atas pertimbangan pemohon berkemampuan untuk beristeri lagi dan sanggup berlaku adil terhadap isteri- isteri dan anak-anaknya serta tidak akan membedakan satu sama lain. Kemudian pemohon telah menyatakan kesediaan atas tanggung jawab dalam membina rumah tangganya di masa yang akan datang. Pertimbangan selanjutnya yaitu Majelis Hakim menimbang keterangan saksi-saksi yang menyatakan sesuai dengan termohon nyatakan. Pertimbangan poligami juga dikuatkan dengan jawaban lisan yang pada intinya disimpulkan bahwa termohon membenarkan dalil-dalil pemohon serta tidak keberatan untuk memberikan izin kepada pemohon untuk menikah lagi dengan perempuan yang bernama Nur Lailawati binti Budi Priyanto demi kemaslahatan dan untuk menghindari hal-hal yang melanggar agama, setelah Majelis Hakim mendengar pernyataan termohon dan kedua saksi agar lebih baik jika pemohon diizinkan untuk menikah lagi poligami, Majelis Hakim juga melihat tidak adanya halangan secara hukum Islam dan perundang- undangan di Indonesia, maka Majelis Hakim mengabulkan permohonan tersebut. 66

B. Landasan Yuridis Putusan Pengadilan Agama