Konsep Adil Menurut al-Sunnah

35

b. Konsep Adil Menurut al-Sunnah

Salah satu sumber hukum terpenting dalam Islam setelah al- Qur‟an adalah al-Sunnah. Menurut para ulama, al-Sunnah merupakan wahyu Allah selain al- Qur‟an, yang tidak kalah pentingnya dengan al-Qur‟an. Dikatakan wahyu, sebab al-Sunnah adalah sekumpulan praktek keagamaan yang berasal dari seorang utusan Allah, yang membawa syari‟atnya. Karena itu segala tindakannya merupakan suatu amaliah yang tidak lepas dari peran dia sebagai penyambung antara Allah dan makhluknya. 36 Dengan bahasa lain, al-Sunnah merupakan wahyu yang ghair al- Matluw tidak dibacakan, melainkan hanyalah berupa wahyu dimanifestasikan dalam pekerjaan, perkataan dan ketetapan Rasulullah SAW. Karena itu al-Sunnah berbeda dengan al- Qur‟an yang lafaz dan maknanya dari Allah, sehingga al-Sunnah dapat saja disampaikan dari sisi mananya saja, yang tidak persis sama dari redaksi yang diterima dari sebelumnya. Sedangkan al- Qur‟an tidak demikian, al-quran harus sama dengan redaksinya, tidak boleh ditambah atau dikurang. 37 Dengan demikian posisi al-Sunnah sama pentingnya dengan al- Qur‟an, oleh karena itu banyak hukum al-Qur‟an yang butuh penjelasan 36 Muhammad Abu Zahw, Al-Hadits Wa al-Muhadditsun aw- „Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bi al-Sunnah al-Nabawiyyah, Kairo: Syirkah Syahamah, tth, h. 11 37 Muhammad Abu Zahw, Al-Hadits Wa al-Muhadditsun aw- „Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bi al-Sunnah al-Nabawiyyah, h. 15 36 lebih lanjut dari al-Sunnah, atau bahkan al-Sunnah menetapkan hukum yang tidak ditetapkan dalam al- Qur‟an. 38 Banyak hal yang dibicarakan dalam al-Sunnah. Segala segi kehidupan dari mulai persoalan pribadi hingga dalam persoalan sosial dapat ditemukan di dalamnya. Banyak ulama dari generasi ke generasi yang mengkaji kandungannya, bahkan banyak diantara mereka yang mengawal sekuat tenaga kehujjahan al-Sunnah sebagai hukum ke dua setelah al- Qur‟an. Salah satu tema yang dibicarakan dalam al-Sunnah adalah keadilan. Berbagai riwayat yang menjelaskan tentang adil itu penting, menunjukkan bahwa tema ini mendapat perhatian yang cukup segnifikan dari al-Sunnah. Sebab sudah menjadi tabi‟at manusia tidak mau diperlakukan tidak adil. Karena itu siapapun yang dapat mewujudkan keadilan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain, dia termasuk orang yang istimewa, baik dihadapan Allah maupun dihadapan manusia pada umumnya. Dalam khazanah ilmu hadis, ilmu yang mengkaji riwayat dan kandungan hadis, dikenal istilah „adalah seorang rawi sebagai salah satu syarat bagi sebuah hadis. Menurut pakar disiplin ilmu hadis, „adalah merupakan derivasi dari kata „adalah, ya‟dili, „adlan wa „adalalatan. 39 Itu berarti suatau sifat yang dimiliki oleh seorang mubaligh yang berakal sehat, 38 Adil Muhammad Darwis, Nazarat fi al-Sunnah wa Ulum al-Hadits, Kairo:Kulliyah Da‟wah al-Islamiyyah, 1998, h. 32 39 Ibrahim Anis dkk, Mu‟jam al-Wasit, tt: tpn, tth, h. 617 37 dia juga harus selam dari hal-hal yang menyebabkan kefasikan dari rusaknya kehormatan diri, yang kuat ingatannya tidak mudah lupa, dia juga harus hafal jika ia menceritakan dari hafalannya dan ia terpecaya tulisannya jika menceritakan dari tulisannya, yang mengetahui terhadap apa yang merusak makna jika ia meriwayatkan dengan apa yang ditulisnya tersebut. 40 Jadi dalam perspektif ilmu hadis, ilmu yang mengkaji al- Sunnah, orang yang adil disini adalah orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. Sama halnya dengan al- Qur‟an didalam al-Sunnah juga terdapat tiga kata yang biasa digunakan untuk menunjukkan makna keadilan. Ketiga kata itu adalah al- „adl, al-Qist dan al-Mizan. Masing–masing kata ditunjukkan kepada pengertian adil sesuai dengan konteks yang sedang dibicarakan. Khusus kata al- ‟adl, banyak riwayat yang berkaitan dengan kata al- „adl yang ditujukan kepada makna keadilan. Diantaranya adalah: 41 40 Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar al-Syuyuthi, Tadrib al-Rawi fa Syarh Taqrib an- Nawawi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tth, h. 163 41 Muhammad bin Ismail al-Bukahri, al- Jami‟ al-Sahih al-Mukhtasar, Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987, juz. 2, h. 144 38 Artinya: Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “tujuh orang yang akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat, yaitu imam yang adil, pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Tuhannya, orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dan dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul ddan berpisah karenanya, dan seorang laki-laki yang diajak oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan cantik menawan, dan ia berkata kepada wanita itu: “Saya takut kepada Azab Allah”, dan seorang yang bersedakah secara sembunyi, sampai-sampai tangan kirinya sendiri tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berlinang air mata dalam kesendiriannya”. HR. Al-Bukhaari. Imam Ibnu Hajar berpendapat bahwa kata al- „adil pada redaksi hadis di atas merupakan isim fail pelaku dari kata al- „adl. Dalam satu riwayat juga ada yang menggunakan istilah al-Imam al- „adl sebagai kata pengganti dari dari kata al-Imam al- „adil, yang oleh Imam Ibnu Abdil Barr dianggap lebih kuat maknanya, karena orang yang berlaku adil disebut dengan menggunakan kata bendanya, yakni al- „adl. 42 Adapun yang dimaksud dengan Imam ialah orang yang memiliki jabatan yang besar. Masuk dalam pengertian ini juga setiap orang yang berkuasa atas berbagai urusan kaum muslimin. Sedangkan pengertian dari adil itu sendiri ialah orang yang mengikuti perintah Allah SWT dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan tanpa melampaui batas, tidak lebih dan tidak kurang. 43 42 Ibu Hajar Al-Asqalani, Fath al-Bari: Syarh Sahih al-Bukhari, Beirut: Dar al- Ma‟rifah, 1374 H, juz. 2, h. 144 43 Ibu Hajar Al-Asqalani, Fath al-Bari: Syarh Sahih al-Bukhari 39 Masih tentang keadilan yang menggunakan kata al- „adl adalah hadis berikut: 44 Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “tiga orang yang tidak akan ditolak doanya, yaitu orang yang berpuasa sehingga ia berbuka, imam yang adil, dan doanya orang yang dizalimi. Allah mengangkat doa tersebut ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit, lalu Tuhan berkata: “sesunggugnya aku yang akan menololngmu”. HR. Ibnu Majah. Selain kata al- „adl untuk menunjukkan makna keadilan, hadis juga sering menggunakan kata al-Qist, seperti hadis berikut: 45 Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil mendapat tempat yang mulia di sisi Allah, kedua tangannya disamping orang-orang yang berlau adil dalam menghukumi, dan terhadap keluarga mereka, dan terhadap apa yang mereka kuasai”. HR. Muslim. Imam Nawawi mengatakan, baahwa yang dimaksdu al-Muqsitun adalah al- „adilun orang-orang yang adil. Kata al-Qist yang dibaca kasrah qaf nya berarti al- „adl. Adapun al-Qasthu dengan dibaca fathah huruf qaf nya berarti menyimpang, seperti yang diungkapkan dalam surat al-Jin 44 Muhammad bin Yazid al-Quzwaini, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikr, 2004, vol. 1, h. 547 45 Muslim bin Hijjaj, Sahih Muslim, Beirut: Dar ihya al-Taurats, tth, vol. 2, h. 1458 40 ayat 15: “wa ammal qosithuna fakanu lijahannama hathoba adapun orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka jahannam”. 46 47 Artinya: Dari Ibn al-Musayyab, dia mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Demi zat yang juwaku berada dalam genggamannya, hampir saja aku turun diantara kalian Ibnu Maryam Nabi Isa AS sebagaimana orang memutuskan perkara hakim yang berlaku adil , mematahkan salib, membunuh babi, dan meninggalnya jizyah, dan harta berlimpah ruah, hingga tidak ada seorangpun yang menerimanya”. HR. Muslim. Di samping kedua kata di atas, yakni kata al- „adl dan al-Qist, kata al-Mizan juga bisa digunakan untuk pengertian keadilan. Al-Mizan secara bahasa berarti timbangan atau neraca. Al-Mizan juga dapat diberi makna al- „adl keadilan oleh karena dengan timbangan yang benar itulah salah satu pihak tidak merasa terzalimi, sehingga keduanya merasakan keadilan. 48 46 Al-Nawawi, Syarh Sahih Muslim, Beirut: Dar Ihya al-Taurats al- „araby, 1392 H, vol. 12, h. 211 47 Muslim bin Hijjaj, Sahih Muslim, h. 85 48 Muslim bin Hijjaj, Sahih Muslim, vol. 1, h. 161 41 Artinya: Dari Abu Musa RA, beliau berk ata: “Rasulullah SAW berdiri di tengah-tengah kita dengan memberikan lima kalimat, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak tidur, dan tidak patut baginya tidur, Dia menurunkan dan menaikkan timbangan, diangkat kepadanya amal yang dilakukan di malam hari sebelum datanya amal di siang hari, dan juga sebaliknya”. HR. Muslim Ibnu Qutaibah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-Qist pada redaksi hdis adalah al-Mizan, karena al-Qist itu berarti al- „adl, dan dengan al-Mizan neraca atau timbangan itulah terwujudnya keadilan. 49 Dalam sebuah hadis dikatakan: 50 Artinya: Dari Abu Dar da RA, dari Nabi SAW bersabda: “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat timbangannya dari pada ahklak yang baik”. HR. Abu Daud.

3. Adil Berpoligami Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah