27
C. Konep Adil Dalam Poligami Menurut Perspektif Hukum Islam
1. Pengertian Adil
Banyak sekali istilah dalam bahasa Indonesia yang memiliki pengertian
yang kompleks dan sulit untuk merumuskan secara baku. Kata adil misalnya, ketika dipahami lebih dari satu orang, maka mereka akan berbeda penilaian
tentang adil yang dimaksud. Adil menurut dia belum tentu adil juga bagi masyarakat yang lain. Adil menurut orang sekarang, belum tentu adil untuk
orang yang hidup di masa mendatang.
24
Adil secara bahasa adalah musytaq dari kata „adala, ya‟dilu, „adalan
fahuwa „aadilun. Al-„Adl berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan yang satu dengan yang lain. Istilah lain dari al-
„adl adalah al- Qisth, al-Mitsl, dan al-Mizan.
Secara terminologi adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, maupun dari segi ukuran sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah
dan tidak berbeda satu sama lain. Dengan kata lain adil berarti berpihak atau berpegang kepada kebenaran. Ada juga yang mengartikan adil itu dengan
“wad‟u al-Syai fi mahallihi” meletakkan sesuatu pada tempatnya.
25
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu benang merah bahwa adil kata adil mengandung dua pengertian. Pertama, adil berarti berbuat sama
24
Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Lampiran UU No. 1 Tahun 1974, Jakarta:Tintamas, 1975, h. 13
25
Abdul Azis Dahlan ed, Ensiklopedi Hukum Islam, h. 25-26
28
terhadap siapa pun, tidak memihak atau tidak berat sebelah.
26
Adil jenis ini disebut dengan adil komutatif. Bahwa setiap orang akan diperlakukan sama
tanpa melihat latar belakangnya. Bentuk keadilan komutatif ini bisa relevan dalam satu konteks, tetapi
belum tentu dalam konteks yang lain. Misalnya dalam pembagian waris. Keadilan jenis ini tidak berlaku, karena adil menurut hukum yang berlaku
adalah tidak menyamakan laki-laki dan perempuan. Laki-laki mendapatkan dua bagian sedangkan perempuan mendapatkan satu bagian saja.
Pengertian adil yang kedua yaitu i ‟tau kulli dzi haqqin haqqah berbuat
kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Adil jenis ini disebut juga dengan keadilan distrebutif. Setiap seseorang akan diperlakukan sama sesuai
dengan apa yang menjadi haknya. Misalnya, seorang suami akan membedakan perlakuan terhadap isteri baru, yang masih gadis dengan isterinya yang
pertama yang sudah tidak gadis. Maka ia akan bermukim lebih lama di rumah isteri yang baru itu.
Abdul Karim Usman mengemukakan bahwa, keadilan disteributif adalah keadilan hukum. Ia mengatakan: “la yatahaqqaqu al‟adlu fi al-hukmi
alla biisholi kulli dzi haqqin haqqahu keadilan hukum tidak akan tercapai kecuali dengan memberikan kepada seseorang apa yang menjadi haknya”.
27
26
Abd. Karim Usman, Ma‟alim al-Tsaqaafahal-Islamiyyah, Beirut:Muassasah al-Risalah,
1982, h. 78
27
Abd. Karim Usman, Ma‟alim al-Tsaqaafahal-Islamiyyah, h. 80
29
2. Konsep Adil Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah